Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

꒰𖡄꒱ Kepergiannya

"Sutan, aku mau pergi ke Kyoto sebentar lagi." Shoko melihat jam di ponsel. Kemudian membalas pesan dari teman yang tinggal di Kyoto.

"Ah, baiklah." Sutan berdiri. "Aku juga harus kembali ke hotel, tapi aku masih bisa melihatmu pergi."

Shoko mempersiapkan tas pakaian dan diberikan pada pelayan untuk dibawa ke mobil. Ia dan Sutan melangkah keluar dari rumah mewah milik keluarga Ieiri menuju mobil yang sudah siap berangkat.

"Sampai jumpa, Sutan!" Shoko melambai. "Terakhir kalinya, apa kau tidak mau bersama Gojo?" Ia tertawa.

"Haha, aku tidak mau. Kenapa Kakak memaksaku bersamanya?" Sutan menggeleng. Ada apa dengan kakak sepupunya ini?

"Tidak ada, tapi kupikir kalian cocok." Shoko masuk ke mobil. Membuka kacanya. "Aku pergi, ya, Sutan! Sampai jumpa!" Mobil yang Shoko naiki melaju perlahan, lalu meninggalkan kediaman Ieiri. Meniti jalanan dengan cepat.

Sutan menghela napas. Ia terpikirkan dengan perkataan terakhir Shoko. "Kenapa Kakak berpikir aku dan pria itu cocok?" Sutan mengerjap. Dia merasa tak menemukan kecocokan di antara ia dan Gojo. Namun, itu hanya pendapatnya yang tak mengenal Gojo. Sutan pun memutuskan untuk tidak memikirkan itu.

Di dalam mobil. Shoko menelepon nama kontak Gojo Satoru. Tak lama ia menunggu, pria itu langsung menerima panggilannya.

"Kenapa?" tanya Gojo dengan nada kesal di seberang sana.

"Kau lagi jengkel, ya?" Shoko bersandar. "Kupikir sulit menjodohkan kalian berdua. Sutan baru saja putus dari pacarnya. Apa kau pikir mudah baginya untuk menerima orang baru?"

"Makanyaa ... kenapa dia dulu berpacaran dengan orang lain, sih!"

"Kau yang bodoh. Kenapa tidak mendekati Sutan dan menjalin hubungan dengannya dari dulu? Kau sudah memperhatikannya sejak SMA, bukan?" Shoko mendecih. Ada apa dengan temannya yang aneh ini? Sudahlah aneh, menyusahkan juga.

"Kau pikir mudah bagiku mendekati orang lain? Aku punya sifat yang buruk?!" keluh Gojo.

Shoko memutar bola mata malas. Ia melihat ke luar jendela setelah membuka kaca mobil agak lebar. Dia menatap jalanan yang ramai kendaraan di jalan tol. Sampai satu mobil bus yang terus membunyikan klakson menarik perhatian Shoko. Mobil itu tampak tidak terkendali dan mengarah ke arah mobil Shoko.

Shoko membelalak, lantas memukul belakang kursi sopir. "Pak! Tolong cepat minggir!"

"Huh? Shoko?" sahut Gojo.

Tak lama setelah Shoko berkata begitu. Mobil yang dia naiki langsung terlempar jauh sesudah dihantam. Bus yang tadinya tak terkendali akhirnya berhenti. Namun, langsung meledak. Meninggalkan puing-puing di udara. Menyisakan banyak korban.

🕊 ˚✧ ₊˚ʚ

Suasana kediaman Ieiri tampak suram. Satu-satunya anak gadis keluarga itu meninggal karena kecelakaan bersama orang-orang yang menaiki bus angkutan umum. Ada sekitar 20 orang di dalam bus, belum termasuk Shoko dan sopir.

Mobil SUV putih berhenti di pekarangan kediaman Ieiri. Pintunya terbuka, memperlihatkan Sutan dengan gaun hitam sampai betis. Matanya berkaca-kaca dan memerah. Ia segera berlari masuk ke dalam rumah mewah.

Sutan mendapat kabar saat ia mau pulang ke rumah-dari hotel-menjelang sore hari. Keluarga Ieiri tak sempat menghubungi dengan cepat karena larut dalam kesedihan dan mempersiapkan pemakaman. Yang memberi dia kabar adalah Gojo Satoru-entah bagaimana pria itu tahu nomor kontaknya.

Sutan menahan napas melihat mayat Shoko yang ditutup sebagian. Ada luka bakar di wajahnya. Luka yang fatal hingga Shoko hampir tidak dikenali. Sutan tak kuasa mendekat. Ada banyak orang yang menangisinya, termasuk teman-teman Shoko.

"Seluruh tubuhnya terbakar karena mobil yang Shoko naiki juga ikut meledak. Untung saja dia langsung ditarik keluar, tapi sudah tidak bisa diselamatkan," kata bibi Shoko. Ia bicara agak susah di sela tangisnya.

Sutan menunduk. Padahal, baru beberapa jam lalu ia berbincang dengan Shoko. Curhat padanya. Tertawa bersamanya. Namun tak disangka, Shoko langsung pergi. Bukan ke Kyoto, melainkan ke alam lain.

Kakak .... Bahu Sutan bergetar. Ia menggigit bibir bawahnya dengan keras. Pandangannya kabur karena air mata. Dia meremas gaun hitam yang dikenakan.

🕊 ˚✧ ₊˚ʚ

Sutan melangkah ke teras belakang rumah mewah keluarga leiri. Ia mengembuskan napas panjang guna menghilangkan sesak di dada. Dia menatap taman cantik dengan air mancur dan gazebo. Kemudian larut dalam pikiran.

Seseorang datang menghampiri Sutan. Berdiri tegak di samping Sang Gadis dan meliriknya di balik kacamata hitam. Ia melihat hidung dan kelopak mata perempuan itu memerah. Sangat kontras dengan kulit putih Sutan. Terlihat menarik untuk dipandang. Ia jadi terlena.

"Gojo-san?" panggil Sutan. Ia terkejut setelah sadar ada seseorang berdiri gagah di sampingnya. Dia kira siapa, ternyata Gojo Satoru.

"Ha? Apa?" Gojo sadar. Selama beberapa detik ia bergeming memperhatikan Sutan dengan lirikan mata. Ia sempat tidak mendengar panggilan Sutan.

"Ah, tidak ada." Sutan menggeleng. Kembali melihat taman. "Aku terkejut kau berdiri di sampingku."

Keheningan menghampiri mereka. Gojo sibuk melirik Sutan, sedangkan gadis itu masih fokus berpikir.

"Gojo-san, terima kasih, ya," ungkap Sutan. Ia tersenyum sambil menghadap Gojo.

"Buat apa?"

"Kau sudah memberi kabar padaku mengenai Kak Shoko. Andai bukan karenamu, mungkin aku akan datang terlambat dan tak sempat melihatnya untuk terakhir kali." Sutan menghela napas. Dadanya masih sesak. Ia merasa ini semua mimpi, tapi rasa sakitnya begitu nyata.

Kalau diingat ... pembicaraanku terakhir dengan Kak Shoko itu membahas pria ini, batin Sutan. Ia menatap lurus ke mata Gojo meski terhalang kacamata.

Gojo berdeham panjang, lalu berkata, "Sebenarnya, aku sempat bicara dengan Shoko lewat telepon sesaat sebelum kecelakaan itu terjadi." Dia duduk di pagar pembatas teras. "Lalu aku mendengar suara tabrakan keras dan meminta pada orang-orangku
untuk memeriksa apa yang terjadi."

"Begitu. Apa yang dia katakan lewat telepon?" tanya Sutan. Ia ingin tahu kata-kata terakhir yang diucapkan Shoko sebelum merenggang nyawa.

Gojo mengerjap, lalu menyentuh dagu. "Hmm ... oh! Dia bilang, 'Pak! Tolong cepat minggir!' begitu." Dia meniru suara Shoko. Suara yang berat itu menirukan suara perempuan. Pasti aneh terdengar.

Tawa Sutan langsung keluar dengan volume kecil. Tangannya menutup mulut. Ia memegang erat pagar pembatas dan membungkuk. Sungguh, suara Gojo sangat aneh, tapi itu terdengar lucu. Ia berusaha menahan tawa karena takut menganggu suasana duka. Namun, sulit sekali rasanya.

"Maaf, maafkan aku," kata Sutan mulai menetralisir dirinya. Ia menarik napas dan diembuskan. "Aku tidak mau membuatmu tersinggung, Gojo-" Sutan seketika bungkam. la menemukan Gojo bergeming dengan pipi agak merona merah.

Sutan jadi merasa tidak enak. "Umm, Gojo-san? Kau tidak apa-apa?"

Gojo sadar. Ia mengusap tengkuk. "Tidak apa-apa."

"Maaf, ya. Aku tidak bermaksud membuatmu tersinggung, tapi suaramu tadi terdengar lucu bagiku," kata Sutan lembut. Ia merasa tidak enak hati pada Gojo.

"Bukan masalah. Aku memang mau membuatmu tertawa, tapi ...." Gojo menyentuh dagu dan mengernyit. "Aku benar-benar terkejut kau tertawa, Sutan. Biasanya orang-orang lain akan jengkel padaku, seperti Nanami yang selalu kesal dan memarahiku karena tidak mendengarkan penjelasannya tentang pekerjaan." Ia cemberut.

... Dia terlihat seperti anak kecil yang melapor, batin Sutan. Ia mengangguk. "Ah, begitu, ya. Mungkin mereka tidak menangkap maksudmu."

"Entahlah, aku juga tidak peduli, sih." Gojo bersedekap dan tersenyum lebar.

Aku memang menyadarinya dari awal, tapi bicaranya santai dan agak kasar, ya ..., batin Sutan. Ia mengangguk sebagai respon ucapan Gojo.

"Sutan, Shoko sudah pergi." Suara Gojo berubah serius. Ia menoleh, menatap Sang Gadis. "Masalah utamanya belum selesai. Tentang pernikahan."

Sutan meringis. Sejenak ia lupa akan masalah itu. Shoko telah tiada dan sesuai kemauan para orang tua maka Sutan akan jadi kandidat selanjutnya. Sutan menghela napas panjang. "Aku tahu."

"Apa kau mau menikah?" tanya Gojo. Suaranya tidak seserius tadi.

"Aku tentu saja mau, tapi bukan sekarang."

"Ha? Dengan siapa?" Suara Gojo agak keras, dia bahkan sampai turun dari pagar pembatas.

Sutan terkejut dengan reaksi Gojo. "Um, entahlah. Aku belum menemukan seseorang yang cocok."

" ... Kau tidak mau bersamaku?" ucap Gojo.

"Hm?"

⊱ ────── {𖡄} ───── ⊰

Kematian Shoko ini memang tiba-tiba, sih, tapi kalau kecelakaan memang begitu, kan 😔🫂

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro