7 - Secret and Gun
7 | SECRET AND GUN
Trust means everything. Tanpa kepercayaan,
hubungan itu nggak bakal bahagia.
♡
Davila berdiri di sana, tepat di hadapan Zelena. Mereka saling pandang dengan mata sama-sama nyalang, seakan keduanya ingin menerkam satu sama lain.
Momen itu lantas terhenti ketika Davila berdecak dan mengubah posisinya. Dia memasukkan kedua tangannya di saku jins sobek-sobek itu, lalu mengangkat dagu —memandang remeh Zelena.
"Ngapain lo ngeliatin gue?" celetuk Davila.
Mata Zelena yang indah itu seketika membulat. "Jayus lo! Ada juga lo yang pertama ngeliatin gue, ya udah gue bales!"
Keduanya lagi-lagi terdiam. Dahi mereka mengerut bukan karena bingung, tapi mereka merasa kesal terharap satu sama lain. Tidak tahan melihat wajah cakep plus menyebalkannya Davila, Zelena cepat-cepat buang muka.
"Sana pergi! Temen lo udah pergi, ngapain lo masih di sini? Mau caper?!" cetus Zelena.
"Itu bukan temen gue," desis Davila.
"Emangnya gue peduli?" balas Zelena semakin nyolot.
Makin kesal, Davila pun mundur dan bergegas pergi dari rumah ini. Niat bertemu Sakura hanya untuk sekadar menatap wajah manisnya malah berakhir sial dengan bertemu Zelena —cewek yang kemarin minta tolong pada Davila lalu berakhir marah-marah tidak jelas.
"Gue nggak bakal ngebiarin lo macem-macem sama Sakura," ceplos Zelena ketika Davila baru saja berbalik badan. "Awas lo ya."
Mendengus keras, Davila putar badan lagi dan memandang sengit cewek di hadapannya itu. "Siapa yang mau macem-macem sama Sakura?!"
"TAMPANG KAYAK LO TUH NGGAK BISA DIPERCAYA OMONGANNYA." Intonasi Zelena meninggi. "Buaya kan lo!"
"Enak aja kalo ngomong!" omel Davila. "Mulut mercon lo tuh dijaga! Cewek kok bacot banget!"
"Suka-suka gue!" tandas Zelena, santai dan berani.
Davila rasanya ingin berubah menjadi elang dan menerkam Zelena lalu memakannya sampai tersisa tulang. Cewek itu sungguh terlalu, sangat berbeda dengan Sakura yang manis dan ramah tuturnya. Davila jadi penasaran, Zelena ini benar-benar keluarga Sakura atau keturunan iblis bermulut petasan?
Davila yang kelakuannya dikenal sadis ternyata masih bisa menahan diri untuk tidak menjadikan Zelena tumbal. Mungkin bila cewek itu berulah lagi, Davila baru akan beri dia 'pelajaran'. Lihat saja.
Lantas Davila beranjak dan mengambil langkah besar menghampiri mobil merahnya di halaman rumah. Zelena segera menutup pintu dengan sedikit membantingnya dan langsung menghela napas lega karena akhirnya Davila hilang dari hadapan dia.
Zelena heran, kenapa Sakura bisa kenal cowok semenyebalkan Davila?🤔
— ♡ —
Saga masih terus menyeret Sakura dan memaksa cewek itu ikut dengannya. Darah dari tangan Sakura masih mengalir bahkan semakin pedih rasanya.
Ternyata Saga membawa Sakura ke sebuah ruangan kecil dengan pintu berbahan kaca berwarna hitam. Pintu itu tak memiliki alat sensor sidik jari, jadi tak sulit untuk membukanya.
Masih terus menggenggam erat tangan Sakura yang sudah memerah, Saga membawanya ke kursi hitam dan menyuruh Sakura duduk di sana. Cowok itu juga meletakkan koper silver yang sejak tadi ia tenteng ke atas meja, tepat di depan Sakura.
Kini Sakura bisa menghela napas lega karena akhirnya Saga melepaskan genggamannya yang sangat kuat itu. Sakura hampir menangis bila ia tak menahannya. Benar-benar sakit rasanya. Pergelangan tangannya seperti mati rasa, darah di dalamnya seakan membeku dalam waktu beberapa saat.
Belum cukup sampai di situ, Saga meraih tangan malang Sakura lagi dan membawanya ke atas koper silver. Saga membiarkan darah dari telunjuk Sakura terus keluar dan menetes di atas permukaan koper. Sakura meringis, rasa ngeri dan perih menjadi satu.
"Tahan." Saga berucap.
Makin lama tangan Sakura gemetaran dan matanya berkaca-kaca. Dia juga semakin pucat, bikin Saga cemas namun Saga terpaksa harus melakukan ini. Dilihat dari wajahnya, Saga tidak tega melihat Sakura kesakitan.
Tetes demi tetes darah terus menghujani permukaan koper hingga darah itu membentuk genangan kecil. Setelahnya, cepat-cepat Saga mengeluarkan sapu tangan mini dari saku belakang celana dan membungkus telunjuk Sakura dengan hati-hati. Sakura meringis kuat ketika Saga tak sengaja mengikat sapu tangan itu terlalu kuat.
Sejenak keadaan kembali hening. Saga beralih menatap koper silver dengan darah Sakura di sana. Sakura juga melakukan hal yang sama dan bertanya-tanya apa maksud dari itu semua. Kenapa darahnya harus ada di sana, dan apa isi dari koper itu.
"Gue harap ini berhasil," gumam Saga.
"Kamu tuh mau ngapain sih sebenernya, Ga?" tanya Sakura.
Sebelum Saga sempat menjawab, cowok itu tiba-tiba terperangah saat ia lihat dengan jelas darah Sakura menghilang dari permukaan koper, digantikan dengan asap yang keluar dan langsung menyatu dengan udara.
Seakan permukaan koper adalah penggorengan panas yang dituang sedikit air. Maka, air itu langsung kering dan disusul kemunculan asap sekilas.
Bersamaan dengan itu, penutup koper terbuka sedikit dengan sendirinya, seperti kuncinya telah berhasil dibuka. Segera Saga menyentuh koper itu dan membukanya perlahan. Jantung mereka berdebaran kuat, dalam hati menebak-nebak apa isi dari koper silver yang sangat rahasia ini.
Saga lalu menarik napas dalam-dalam dan memejamkan mata seraya mengembus napas berat. Sedikit lagi ia akan melihat isi dari koper ini. Sedikit lagi!
Sakura masih menunggu. Rasanya Saga bergerak sangat lambat hanya untuk membuka koper itu. Sakura jadi tidak sabar.
Sampai akhirnya, benda itu terbuka. Saga tercenung sesaat, begitu juga Sakura. Mereka memandangi isi koper dengan pupil mata membesar dan mulut terbuka sedikit. Mereka terkejut, tapi juga tidak begitu mengerti dengan apa yang mereka lihat.
"Sa," panggil Saga.
"Ya?" Sakura menyahut.
"Ini koper Musa de Januzaj," ucap Saga, mengingatkan, "kenapa bokap lo nyimpen pistol?"
Sakura menggeleng samar, tidak mengerti tapi dia merasa gamang setelah mengetahui isi koper tersebut. "Aku nggak tau, Ga."
"Tapi ...." Sakura menjeda sejenak. Dia menatap lekat Saga dengan mata bulatnya yang mengilatkan rasa khawatir. "Kenapa koper Papa ada di rumah kamu?"
Sebelum menjawab, Saga menutup kembali koper misterius itu dan menatap benda tersebut dalam beberapa detik. Dia kemudian kembali memandang Sakura.
"Gue pengen cari tau tentang ini semua, sampe ke akar-akarnya. Gue yakin banget ini bukan sembarang koper." Saga menelan salivanya dan mengusap wajah sebelum melanjutkan.
"Gue harap lo mau diajak kerja sama. Dan gue ingetin lagi sama lo, Sa, gue mohon, jangan bilang ini ke siapapun."
— ♡ —
Dua piring dengan menu berbeda sudah tersedia di hadapan cowok yang sedang menikmati udang tepung. Dia menggerak-gerakkan kakinya di bawah meja sambil nyengir ke arah cowok yang ada di depannya.
Saddaru yang sedang galau itu lantas berdecak dan berceloteh, "Lo jangan ngeliatin gue kayak gitu kek! Serem, Bego."
Figo tertawa dengan mulut penuh makanan. Sebelumnya Figo tengah menikmati acaranya makan indah sendirian di ruang makan, tapi tiba-tiba Saddaru datang dengan wajah tertekuk macam kucing pemarah. Ya sudah, Figo sogok makanan saja biar Saddaru tidak marah-marah.
"Udah lah, Dar, lo galauin Sakura mulu. Emangnya dia galauin lo?" celetuk Figo, menahan tawa.
Seketika itu Figo mendapatkan pelototan maut dari sahabatnya tersayang. Bukannya takut, lagi-lagi Figo tertawa. Dia jadi ingat ketika Saddaru galau setengah mati saat Sakura dibawa kabur Davila. Lalu sekarang kejadian itu terulang lagi, tapi masih dalam batas wajar.
"Coba lo telpon deh," ucap Figo kemudian.
Saddaru mendengus pelan dan mengeluarkan ponsel dari saku celana. Dia mencari kontak Sakura dan segera ia hubungi. Saddaru menatap Figo sambil mendengarkan bunyi sambungan teleponnya dengan Sakura, namun tak kunjung diangkat.
Sampai berkali-kali Saddaru mencoba, Sakura tetap mengabaikan panggilannya. Hal ini membuat pikiran Saddaru makin kalut dan berpikiran yang tidak-tidak.
Sebenarnya Saddaru tidak ingin berprasangka buruk pada Sakura. Tapi, sejak tadi malam Sakura seperti ini terus tak seperti biasanya. Cewek itu tidak tau betapa khawatir Saddaru mengenainya. Sakura tidak tau bahwa pacarnya begitu peduli dan sekarang sedang mencarinya.
"Tahan, mamen." Figo menyuruh Saddaru berhenti memanggil Sakura via telepon.
Saddaru terdiam lagi. Dia menaruh ponselnya di atas meja dan mencoba untuk tenang. Dalam hati ia meyakinkan diri bahwa Sakura baik-baik saja meski dia tak tau keberadaannya.
"Gini aja," celetuk Figo, "kalo Sakura masih inget sama lo, dia bakal ngabarin lo. Nggak tau nanti sore atau malem. Intinya dia pasti ngabarin lo. Kalo nggak, ya udah gue ga tau. Gue kan bukan peramal. Hehe."
Memang benar dalam sebuah hubungan, komunikasi dan kejujuran amat sangat penting. Tanpa itu semua, hubungan yang telah terjalin lama pun akan kandas di tengah jalan.
Saddaru baru akan membalas perkataan Figo dan tiba-tiba perhatiannya teralihkan ke layar ponselnya yang menyala. Terlihat sebuah nama tertera di sana. Tanpa pikir panjang Saddaru langsung menyambar benda itu dan menerima panggilan dari Sakura.
"Sayang?" Saddaru berucap di telepon.
"Aru?" Sakura menyahut. "Maafin aku, aku baru sekarang nelpon kamu. Aku tadi lagi jalan-jalan sebentar ... aku mau ... anu, aku bosen di rumah."
Terdengar helaan napas dari Saddaru yang membuat Figo ikutan tenang karenanya. Figo senang karena dia bisa kembali makan dengan tenang tanpa pusing memikirkan cara untuk menenangkan Saddaru yang sibuk mencari Sakura —seperti induk ayam yang kehilangan anaknya.
"Kamu di mana?" tanya Saddaru setelahnya.
"Aku di deket danau, tempat biasa." Sakura berusaha berbicara tenang, padahal dia tak enak hati karena membuat Saddaru khawatir, juga telah berbohong.
"Kamu sendirian?" tanya Saddaru lagi.
Sakura mengangguk, tanpa Saddaru ketahui cewek itu melirik Saga yang ada di sebelahnya. "Iya. Aku mau beli es krim tapi abangnya ada di dalem taman ... di luar panas banget, aku jadinya diem doang di mobil."
Terdengar kekehan kecil dari Saddaru, yang malah membuat Sakura semakin merasa bersalah. "Aku ke sana, ya," ucap Saddaru.
"Iya, sini cepetan," sahut Sakura. "Aku mau banyak cerita sama kamu."
Saddaru mengangguk. Perasaannya sudah benar-benar lega sekarang. "Aku ke sana sekarang."
Tanpa menyahut lagi, Sakura langsung mematikan sambungan telepon dan memejamkan matanya, nampak muram. Terlihat jelas ia tak nyaman dengan situasi ini, ditambah lagi kebohongan yang telah ia tanam dalam hubungannya dengan Saddaru. Tapi, Sakura harus melakukannya demi kebaikan mereka semua.
Sekarang, cewek itu menoleh ke arah Saga dan membiarkannya keluar dari mobil. Cowok itu berpamitan setelah ojek online yang ia pesan datang. Ojek itu yang akan membawanya ke rumah Sakura untuk mengambil motornya yang tersimpan di garasi rumah.
Tadinya Sakura dan Saga ingin langsung kembali ke rumah itu, tapi Saga memiliki ide lain yaitu Sakura harus bertemu Saddaru secepatnya sebelum terjadi masalah lain di antara mereka berdua.
Cewek itu setuju dan akhirnya mobil pink tersebut melesat ke tempat yang sering dikunjungi Sakura dan Saddaru untuk melepas penat. Biasanya mereka datang sore hari, namun sekarang sedikit berbeda.
"Saga, hati-hati, ya," pesan Sakura.
"Semoga Saddaru nggak marah," kata Saga yang dibalas Sakura dengan anggukan.
"Jangan lupa, rahasia kita harus aman," lanjut Saga sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan Sakura.
### BERSAMBUNG MAMEN ###
ni aku kasih foto-foto yang bakal bikin hari kalian vahagia
yang ini pacar q 👆🏻👆🏻👆🏻
————————————————
okeh bye semuanya!!! see you again!!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro