24 • Rasa
Kalimat yang barusan Dion ungkapkan untuk Sakura membuat keduanya terpaku di tempat dalam keheningan yang mematikan.
Tanpa sadar, gerimis halus mulai turun, namun mereka berdua masih tetap berdiri di balkon, saling bertatapan. Sakura menatap Dion tak percaya, justru Dion menunggu jawaban Sakura walau rasanya ia ingin mati karena irama jantungnya tak terkendali.
"Kamu suka sama aku?" celetuk Sakura.
Darah Dion berdesir hangat. Ya, setiap Sakura bicara pasti ada efek yang membuat Dion menyimpulkan bahwa dirinya naksir gadis di hadapannya itu.
"Iya," jawab Dion yang kemudian terdiam lagi.
Baru kali ini ada lelaki yang mengungkapkan perasaannya pada Sakura. Jadi, ini adalah pengalaman baru yang Sakura rasakan dalam sejarah hidupnya. Sakura senang, tapi juga bingung harus melakukan apa.
"Gue tau ini terlalu cepet. Kita juga baru kenal." Dion menarik napas dalam sebelum melanjutkan kalimatnya. "Tapi, gue yakin sama perasaan gue."
Sakura tertunduk sejenak, menatap kakinya yang menapak lantai. Sakura benar-benar tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Semua ini membuatnya kaget dan tak menyangka seorang Dion ternyata menyimpan rasa untuknya.
"Kenapa kamu suka sama aku?" Sakura berucap seraya kembali menatap Dion.
Dion menggeleng samar. "Gue nggak tau. Tapi, setiap kita ketemu, gue ngerasa gue masih punya harapan."
Sakura mengerutkan kening, belum sepenuhnya mengerti ucapan Dion. Dion melanjutkan, "Sejak nyokap sakit sekitar lima bulan yang lalu, gue mulai males ngapa-ngapain. Nggak ada yang bikin gue semangat. Bokap sibuk kerja, kakak gue sibuk sama urusannya sendiri. Cuma Zhynix yang selalu ada. Tapi, gue tetep ngerasa ada yang kurang."
"Tapi ... setiap aku liat kamu di sekolah, kamu keliatannya baik-baik aja. Ketawa terus sama temen-temen kamu," ujar Sakura. "Kayak nggak ada beban hidup."
Dion tersenyum sambil mengembus napas berat. "Gue nggak mau mereka khawatirin gue."
"Tapi kan mereka temen kamu. Kalo kamu cerita tentang mama kamu, pasti mereka bisa kasih support," ungkap Sakura.
"Gue nggak biasa cerita-cerita kayak gitu, Sa." Suara Dion mengecil. Cowok itu mengusap wajah dengan satu tangan, lalu menatap langit gelap yang terbentang luas.
"Gue hampir bunuh diri karna ditinggal Mama," cetus Dion.
Sakura tersentak.
"Selama ini gue paling deket sama Mama. Mama yang paling peduli sama gue. Jadi, setelah Mama pergi, gue ngerasa nggak punya harapan lagi di sini. Nggak ada yang bisa gue bikin bangga juga," papar Dion.
"Kok kamu ngomongnya gitu? Kan masih ada papa sama kakak kamu," kata Sakura.
"Kalo nggak ada nyokap rasanya kayak nggak ada yang spesial, Sa." Dion menyahut.
Sakura menghela napas berat secara perlahan dan mengulurkan satu tangannya untuk meraih tangan Dion. Gadis itu membungkus tangan kanan Dion dengan kedua tangannya sambil tersenyum.
"Aku tau sekarang kamu lagi terpukul banget atas kepergian Mama kamu. Mungkin juga kamu belom bisa sepenuhnya terima kenyataan. Aku paham," tutur Sakura. "Aku juga nggak bisa larang kamu buat lakuin apa, karna itu semua hak kamu."
Dion tidak bicara, ia mendengarkan penuturan Sakura. Tangannya yang digenggam Sakura membuat degup kencang itu kembali hadir dan makin menggila.
"Tapi, ada satu hal aku minta ke kamu." Sakura melanjutkan. "Jangan jadiin ini satu alesan yang bikin kamu jatuh. Kamu harus tetep semangat walaupun Mama kamu udah pergi. Yakin deh, Mama kamu pasti mau liat anaknya bahagia."
"Kalo kamu mikirnya nggak ada yang bisa kamu bikin bangga, kamu inget aja ... Mama kamu selalu liat kamu dari Surga dan selalu nunggu kesuksesan kamu." Sakura menepuk sekali punggung tangan Dion, kemudian melepas genggaman itu.
Dion tersenyum dan ia tentu terharu mendengar penuturan Sakura. Sakura selalu berhasil memberi kekuatan untuknya walau gadis itu tidak menyadarinya.
"Stay strong. I know you can do it!" seru Sakura.
Senyuman Sakura membuat semangat Dion seakan kembali lagi. "Makasih banyak, Sa."
Sakura mengangguk. Karena gerimis halus telah membasahi pakaian mereka, akhirnya keduanya melipir dari balkon. Dion mengajak Sakura kembali ke lantai satu, dan selama perjalanan ke sana mereka tetap berbincang ringan.
"Sakura, soal tadi ... yang gue nembak lo—"
"Oh, itu." Sakura menyeletuk, membuat omongan Dion terpotong.
Dion melirik cewek di sampingnya itu dengan sedikit panik. "Lo udah punya jawaban?"
"Udah." Sakura tersenyum lagi.
Jeng jeng jeng.
"Umm ... apa jawabannya?" Mendadak Dion jadi gugup setengah mati.
Bukannya menjawab, Sakura malah diam sambil menahan senyum. Tak lama dari itu, tiba-tiba dengan langkah cepat Sakura menuruni anak tangga dan meninggalkan Dion.
Lantas Dion berseru, "Sakura!"
• • 🌸 • •
Davila meninju permukaan meja besar di dapur. Ia menatap nyalang Saddaru yang tengah meneguk minuman kaleng. Saddaru sama sekali tidak peduli dengan apa yang Davila lakukan. Padahal, sudah berkali-kali Davila ngajak berantem tapi Saddaru memilih untuk diam.
Setelah kaleng minumannya kosong, Saddaru beranjak dari kursi dan nyelonong keluar dari dapur. Anak itu bersikap seakan Davila tidak ada.
"Muezzanden Saddaru!" panggil Davila yang sudah kesal karena terus-terusan terkacangi.
"Diem, Dav, gue capek." Saddaru berucap dengan suaranya yang berat.
Davila tak peduli. Dia mengejar Saddaru dan menyamakan langkahnya dengan sepupunya itu. Langkah Saddaru mengarah ke lantai dua.
"Gue nggak mau tau lo harus stay di Deathrow. Gue bakal marah kalo lo lebih pilih Zhynix. Sumpah, Dar." Davila berkata.
"Gue udah bilang, kalaupun gue lebih pilih Zhynix, gue nggak bakal lupain Deathrow," balas Saddaru, "bego lo, padahal gue baru ngomong tadi."
"Bodo amat, gue nggak peduli. Gue maunya lo di Deathrow. Fokus sama anak-anak Deathrow!" papar Davila. "Lo sama gue nggak bisa dipisahin, Dar. Dari dulu lo selalu sama gue, ke mana-mana sama gue terus. Semenjak lo kenal Alan sama antek-anteknya, lo jadi lupain gue. Bangsat lo."
"Lo bangsat." Saddaru jadi kesal.
Davila mengusap rambut light blonde-nya sambil berucap lagi. "Sekarang gue udah bebas, Dar. Gue bakal sama lo terus. Gue bakal bikin Deathrow balik kayak dulu. Gue mau Deathrow berjaya lagi."
"Terserah." Dengan gaya cueknya, Saddaru melipir ke arah kanan —menuju balkon lantai dua.
Ternyata di luar sedang gerimis. Tak peduli akan hal itu, Saddaru mengeluarkan benda berbentuk persegi dengan ukuran kecil. Ia mengambil sebatang rokok dari sana, juga menyalakan pemantik api untuk membakar ujung rokok tersebut.
"Gue kangen ngebantai orang." Davila tiba-tiba berkata seperti itu.
Saddaru melirik sinis lelaki berusia dua puluh tiga itu seraya menghempas asap putih di udara.
"Kalo lo tetep batu lebih pilih Zhynix, ya udah." Davila berucap santai, tapi kalimatnya penuh maksud tertentu.
"Apa? Lo mau apa?" celetuk Saddaru.
"Mau ancurin Zhynix, lah. Pake nanya," cetus Davila.
"Gue tampar mata lo, ya?" Saddaru menatap Davila begitu tajam, tapi ekspresinya tidak berlebihan.
Davila tersenyum, tapi senyumannya terlihat licik. "Lo tau sendiri, gue bakal lakuin apapun biar apa yang gue mau terwujud."
"Gue juga." Saddaru maju satu langkah mendekati Davila yang berposisi di pojok balkon. "Dan gue mau lo mati sekarang."
"Gue nggak bakal mati, Dar, lo tau itu. Lo saksiin sendiri, kan, gue pernah ditusuk berkali-kali? Ditembak? Ketabrak mobil?" Davila tersenyum miring, terlihat begitu bangga. "Liat sendiri sekarang. Davila Naraka still alive as well."
Saddaru menghisap rokoknya lagi sebelum membalas omongan Davila. Tapi, saat Saddaru baru mengucapkan satu kata, seseorang datang menghampirinya dengan sedikit tergesa-gesa.
Idah.
"Mas, ini hapenya kegeletak di dapur. Bunyi-bunyi terus ... takutnya ada yang penting," ucap Idah seraya menyerahkan ponsel berlapis case hitam doff milik Saddaru.
Saddaru menerimanya dan membiarkan Idah pergi. Cowok itu membuka lock pada ponselnya dan melihat ada 4 missedcalls dari Figo. Bukan hanya itu, Figo juga meninggalkan beberapa pesan singkat.
Figo: Woy my bro saddaru! Lo ke mana sih susah bgt ditelpon udh kayak selebgram
Figo: Gw brg bocah masih di rmh dion nih. Lo ke sini aja kek malming bro
Figo: Ada berita baru anjir dar gatau dah ini bagi lo berita buruk atau berita baik
Figo: Mau tau gak lo
Figo: bales setan
Figo: Dion jadian sama sakura
Figo: Mampus lo hahahhahaa
• • • • •
yeyeyeye updated!!!
gimana chapter 24? kasih komentar kalian yaaa!!!
biar asik, isi ini yuk 👇🏻
tulis satu kata buat manusia-manusia di bawah ini!!!
• DAVILA
• SADDARU
• DION
• FIGO
• SAKURA
😁😁😁😁🤪
NEXT PART? SPAM COMMENT DI SINI!
see you agaiiiinn!!♥️
babay!🦉
anak-anak raden versi cantik 👆🏻
((( lo pasti kalah cantik sama Figo )))
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro