11 • Es Krim
"Sakura!"
Panggilan dari Garrisco membuat sang pemilik nama menoleh. Sambil tersenyum lebar, Sakura memamerkan sebuah es krim yang ia dapatkan dari kantin.
"Ke mana aja?" tanya Garrisco yang habis lari-larian mencari Sakura dan sekarang ia sudah berdiri tepat di hadapan cewek itu.
"Beli ini," jawab Sakura masih tetap memamerkan es krim vanilla berlapis cokelat putih itu.
Garrisco terlihat lega melihat Sakura baik-baik saja, tapi ia masih panik juga. "Nggak ada yang ngomong macem-macem sama lo, kan?"
Sakura menggeleng. "Nggak."
Garrisco mengangguk seraya menetralkan deru napasnya yang memburu. Dia lelah mencari-cari Sakura yang tadi mendadak hilang dari kelas, dan ternyata bocah itu melipir ke kantin yang keadaannya terbilang ramai.
"Lo nggak bilang gue kalo mau ke kantin. Main nyelonong aja," celetuk Garrisco.
"Lagian kamu tadi keliatan masih sibuk ngerjain sosiologi. Ya udah, aku nggak mau ganggu, jadinya aku ke kantin aja." Sakura menjelaskan kemudian tersenyum manis.
"Tunggu bentar emangnya nggak bisa? Nggak nyampe lima menit juga udah selesai," cetus Garrisco.
Sakura kini menggeleng. "Nggak. Aku takut kehabisan es krim yang ini. Dan tadi pas banget es krimnya tinggal satu. Untung aku gerak cepet."
Es krim tersebut adalah es krim yang sama saat pertama kali Sakura menginjak kaki di SMA Galaksi 5. Saat itu Sakura tidak tahu letak kelasnya di mana, tidak tahu juga ruang guru di mana, maka berakhirlah Sakura mendarat di kantin dan membeli es krim itu.
Garrisco memandang Sakura yang asyik menjilat dan menggigit lapisan es krim itu. Ekspresi Sakura sangat apa adanya dan lucu. Kadar kecantikannya juga tak pernah berkurang bagaimana pun ekspresi yang ia buat.
"Ya udah, ayo balik ke kelas." Garrisco meraih pergelangan tangan kiri Sakura, mengajak cewek itu untuk jalan bersamanya.
Sakura menurut dan berjalan lebih lambat dibanding Garrisco. Jadi, Garrisco ada di depannya dan Sakura ada di belakang —masih sibuk menikmati es krim.
Sebenarnya dari tadi Sakura merasa takut dan risih karena orang-orang di sekitarnya memerhatikan dirinya dengan tatapan yang bermacam-macam, dan rata-rata mereka memandang Sakura begitu sinis.
Sakura tidak tahu apa yang telah ia perbuat sampai orang-orang begitu tak menyukainya. Bukan hanya orang-orang di sekolah ini, tetapi warga di luar sana juga sama. Mungkin ini salah satu alasan Sakura tidak diperbolehkan lama-lama berada di luar rumah.
Aneh.
Kesalahan fatal yang kali ini Sakura perbuat adalah dengan tidak sengaja menabrak seseorang hingga es krimnya menemplok di jaket hitam orang itu.
"Hah, nggak sengaja!" Sakura hampir menjerit.
Ia benar-benar tidak sengaja, karena tadi dia sedang menunduk sambil memandangi es krimnya yang sisa setengah. Lalu tiba-tiba cowok itu muncul entah dari mana yang mengakibatkan Sakura tak sengaja menabraknya.
Siapa yang salah?
"Duh, gimana sih?" Suara berat penuh kesal cowok itu membuat Sakura ketakutan.
Bahkan, Sakura tak berani menatapnya. Apalagi cowok itu ternyata tidak sendirian, melainkan bersama beberapa temannya.
Sakura tahu siapa mereka.
"Maaf, ya ... Aku tadi lagi nunduk. Aku salah," sesal Sakura.
"Emang lo salah. Jalan tuh yang bener! Lo kira mata lo ada di atas kepala, gitu? Makanya lo jalan nunduk kayak tadi," omel Saga yang kini terlihat tak nyaman dengan adanya noda es krim di jaketnya itu.
Sakura cemberut. Ia melirik es krimnya dan mendadak tidak nafsu untuk menghabisi es krim itu. Garrisco yang tidak tega melihat Sakura dimarahi itu akhirnya angkat suara.
"Namanya juga nggak sengaja. Santai aja kali," ketus Garrisco pada Saga.
"Lo mau belain cewek manja ini? Percuma!" balas Saga sambil melirik sinis Sakura saat ia menyebut 'cewek manja'.
"Gue nggak belain, gue cuma nggak suka cara lo ngomong sama Sakura. Kasar!" tandas Garrisco.
"Apanya yang kasar?" Saga semakin marah. "Heh, kalo cewek modelan kayak dia dibaikin, pasti bakal makin sok manis! Bakal makin manja!"
"Sst, chill, Bro." Dion menepuk satu bahu Saga dari belakang.
Saga tidak tinggal diam. Dia melepas jaket dari badannya dan melemparnya ke Sakura. Sakura yang kaget itu refleks menangkap jaket tadi, tapi lagi-lagi jaket tersebut tersentuh oleh es krim yang masih Sakura pegang.
"Bersihin tuh!" suruh Saga dengan tidak santai. "Kalo perlu lo laundry biar kuman dari es krim itu ilang!"
Mendengar omongan Saga yang semakin tidak mengenakkan, akhirnya salah satu temannya yang berdiri di belakang dia maju —menghampiri Sakura yang wajahnya mulai memerah.
Saddaru.
Cowok itu berjalan mendekati Sakura, menatap Sakura begitu lekat dan menyadari mata Sakura yang berkaca-kaca. Pasti ucapan Saga telah membuatnya bersedih.
Saddaru mengambil es krim yang tak layak dimakan itu dari tangan Sakura, melemparnya ke arah tong sampah dan berhasil masuk dengan sempurna.
Lalu, Saddaru meraih jaket milik Saga yang tadinya ada di pelukan Sakura. Sakura hendak melarang Saddaru, tapi Saddaru tetap mengambil jaket itu dari cewek tersebut.
Dan tiba-tiba Saddaru melempar jaket tadi ke Saga dan spontan ditangkap cowok itu. Saddaru memandang Saga nyalang, artinya Saga baru saja menciptakan kesalahan yang membuat Saddaru kecewa.
"Itu nodanya sedikit, masih bisa lo lap pake tisu basah, nggak perlu laundry-laundryan. Lebay amat," ketus Saddaru. "Masih mending es krim. Kemaren gue ketumpahan jus mangga."
"Ya tapikan dia salah, Dar. Dia harus tanggung jawab, dong!" ujar Saga tak terima.
Sekarang, Saddaru kembali menatap Sakura yang masih terlihat ketakutan. Cowok itu berkata pelan padanya, "Sana ke kantin, beli tisu basah. Biar Saga bersihin sendiri jaketnya nanti."
Sakura menggeleng. "Aku takut dia marah lagi kalo aku nggak bersihin sendiri jaketnya ...."
"Dia nggak bakal berani marahin lo." Saddaru menenangkan Sakura. "Cepet sana, atau mau gue yang marah sekarang?"
"Eh, jangan." Sakura panik. Segera ia berlari meninggalkan tempat ke arah kantin yang jaraknya tak jauh dari tempat ia berdiri tadi.
Garrisco pun mengejar Sakura. Karena sesuai permintaan Lira bahwa Garrisco harus selalu ada di samping Sakura, melindungi Sakura, ke mana pun dan di manapun Sakura berada.
Sepeninggalnya Sakura dan Garrisco ke kantin, Saddaru beralih menatap Saga. Saga mengusap wajahnya seraya menunduk, menghindari tatapan tajam Saddaru.
"Gue tau lo nggak suka Sakura. Tapi, nggak selebay itu, Man. Inget, lo cowok. Mau ditaro di mana harga diri lo kalo lo perlakuin cewek kayak tadi?" celetuk Saddaru begitu ketus.
"Tau lo," sahut Figo sambil menyenggol lengan Saga.
"Gue sih kesian liat Sakura tadi, melas banget mukanya pas lo marahin." Dion tertawa seraya menepak bahu Saga.
Tidak lama dari itu, sekitar dua menitan, dia manusia tadi kembali. Sakura langsung menyerahkan sebungkus tisu basah ke Saga dan diterima baik oleh cowok itu, walau nyatanya Saga masih sangat jengkel atas kejadian yang terjadi beberapa menit lalu.
Kalau di sini tidak ada Saddaru, mungkin Saga telah memarahi habis-habisan Sakura, tak peduli bila cewek itu menangis meraung-raung.
"Sekali lagi maaf, ya," ungkap Sakura. Matanya menyiratkan penyesalan tapi Saga tak peduli akan hal itu.
"Udah lah, udah kelar, kan? Nggak ada urusan lagi? Ya udah, gue sama Sakura mau balik ke kelas." Garrisco bersuara. Tanpa berucap apapun lagi, cowok itu langsung menarik Sakura menjauh dari keempat cowok tadi.
Sambil berjalan menuju kelas yang ada di lantai dua, Garrisco berbincang ringan dengan Sakura. Sakura sebetulnya masih merasa tak enak hati akan peristiwa tadi, apalagi statusnya yang merupakan anak baru. Ia takut setelah ini dirinya akan semakin menjadi korban pembulian yang berujung maut.
Sakura takut.
"Nggak usah dipikirin soal Saga. Tenang aja, ada gue yang bakal lindungin lo." Garrisco tersenyum.
• • • • •
YEEEY UPDATE! maaf ya pendeeek. hehehehe. besok aku panjangin deh, asal kalian COMMENT YANG BANYAK💜💜🙏🏻
dan aku mau nanya beberapa hal ke kalian, harus dijawab yaa!!
• kenapa kamu baca Oscillate?
• siapa karakter yang paling kamu suka?
• karakter mana yang paling kamu nggak suka?
• satu kata buat Oscillate?
TERIMA KASIH!!! NICH AKU KASIH FUTU BUAT KALIAN PARA PECINTA OSCILLATE
BYE BYE!
- Raden, emaknya para cogan 🌚👼🏻
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro