#6.10
.
.
.
***
Semilir angin dengan perlahan menyentuh jiwa damai. Terasa begitu nyaman dengan sedikit perasaan hangat menyelimuti. Menyebabkan puspa pesona mekar dalam balutan senja. Sehingga berhasil membuat serangga penghisap madu memutuskan untuk singgah meski langit akan redup. Tidak bisa menolak pesona manis. Udara dengan gemulai menerbangkan kelopak cantik. Menyelinap melewati dedaunan dengan tenang. Lantunan gemerisik terdengar halus mengetuk gendang telinga. Tidak menyadari bahwa Mentari sudah meninggalkan singgasana. Menenggelamkan diri dalam genggaman waktu dengan penuh wibawa. Helai mahkota langit kelam dengan lembut bergerak. Membiarkan udara mengalir tanpa keluhan. Bola mata debu gemintang samar membulat sempurna.
"Kita pulang sekarang," ucap Helios pelan. Suara pria tampan tersebut hampir tidak terdengar. Tidak. Pria dengan helai mahkota langit kelam sedang berusaha untuk mengatur agar tidak terdengar gemetar. Kalimat tersebut-tidak seharusnya diucapkan dengan senyuman manis. Telapak tangan besar milik pria tampan tersebut menarik pergelangan mungil.
"Sudah kubilang, kau menyeretku." bola mata batu berlian melirik halus. Terlihat teduh dengan pelukan hangat samar redup. Kaki jenjang mengambil langkah sedikit berlari. Tidak ingin tertinggal dalam gelita dengan keheningan menguasai. Langkah kaki mereka berbeda. Pria dengan helai mahkota langit kelam memiliki kaki panjang. Pria tampan ini terlihat melangkahkan kaki seperti biasa-tidak untuk gadis manis. Dia harus memberikan perhatian lebih untuk bisa berada pada kedudukan sama.
Tindakan pertama adalah membuat pria tampan tersebut untuk percaya padanya. Teman, di dunia ini tidak ada yang gratis. Tidak terkecuali dengan bernafas. Udara mendapatkan izin untuk berkeliaran bebas dalam buana. Menyebarkan gas sehingga berhasil memberikan kehidupan untuk makhluk hidup. Harga untuk bernafas tidak begitu mahal. Tetapi sering dirampas dan diabaikan. Menyedihkan.
Gadis manis dengan surai berkah Mentari menghela nafas. Dia menginginkan Helios Lewis'D Auberon. Pria tampan ini bisa memberikan jalan pada gadis itu untuk kembali ke bumi. Untuk mendapatkan pria tersebut, gadis manis memerlukan sebuah pengorbanan kecil. Peluang agar pria dengan helai mahkota langit kelam berpihak dan mengucapkan sumpah setia masih samar. Dia tidak tahu seperti apa pemikiran dan tujuan pria tersebut. Mungkin saja setelah ini, Helios akan menjualnya ke pasar gelap. Tidak mungkin, sih. Toh, buat apa pria tampan tersebut pergi ke ibu kota hanya untuk mencari sejarah dunia ini? Gadis tersebut tidak boleh meremehkan dan bertindak gegabah. Tetapi bukan berarti tidak boleh menggila, kan?
Lengan mungil memutuskan untuk memulai mengambil tindakan. (Y/n) dengan keras menarik pergelangan tangan. Begitu cepat sehingga berhasil membuat pria dengan helai mahkota langit kelam tersentak dalam aksi. Tubuh jangkung pria tampan tersebut dengan perlahan menjadi limbung. Tidak. Genggaman tidak terlepas. Sebab tidak pernah berniat untuk melepaskan rumah. Pria dengan helai mahkota langit kelam akan terjatuh. Gadis manis mengukir tajam senyuman miring pada labium merah muda. Dengan begini, dia akan menang.
DUAR!!
.
.
.
Di lain tempat dalam waktu yang sama.
Ruangan luas terlihat begitu dingin. Udara rendah menyelimuti setiap tempat. Tidak menyisakan ruang kecil untuk bernafas. Kegelapan selalu menemukan cara untuk kembali memeluk erat. Ranjang lebar penuh dengan kain sutra dengan lembut berkuasa. Renaja sudah menetapkan bahwa akan memberikan perlindungan. Untuk saat ini, mengistirahatkan tubuh sejenak tidak akan menyakitkan.
Kanvas langit terlukis pilu dengan kelabu kelam menjadi dasar utama. Gumpalan kapas merapat hitam; tergantung kasar pada ruang terbentang di atas bumi. Melepaskan jeritan melengking dengan air mata menyedihkan. Dia sudah berumur. Tidak. Wajah tampan tersebut masih terlihat muda. Bibir dengan tajam mengukir senyuman. Aroma tanah basah memenuhi setiap rongga paru-paru. Membiarkan tetesan menyelinap melewati dedaunan dengan tenang.
Hujan kali ini terasa menenangkan dan damai. Begitu berbeda dengan waktu itu.
"Dia kembali." suara sedang laki-laki dewasa terdengar memasuki gendang telinga. Wajah rupawan menunduk pelan. Menyebabkan surai perak sedikit berjatuhan. Bola mata terlihat begitu indah. Kala Rembulan bergerak sesuai dengan poros, ia meninggalkan sedikit jejak serbuk dalam langkah.
"Aku tahu." suara terdengar tertahan. Udara dalam paru-paru dengan perlahan menipis. Netra dengan perlahan menyapu pemandangan di luar jendela kaca besar. "Bagaimana dia?"
Laki-laki dengan surai perak mengukir senyum teduh. Dia mengangguk pelan. Bola mata serbuk Rembulan berbinar samar. "Dia tidak berubah. Masih begitu manis dan mempesona. Aku kembali terjatuh padanya."
"Aku tidak akan menyerahkan gadisku. Tidak pada siapapun. Meskipun itu adalah Veldanava atau iblis merah. Tidak terkecuali dengan dirimu."
Laki-laki dengan surai perak menaikkan alis. Bibir mengukir tajam garis miring. Dia mendengus geli mendengar penuturan seseorang tersebut. "Siapa yang bilang kalau dia gadismu?"
"Sedari awal dia adalah milikku."
"Aku menjadi penasaran, apa kau akan tetap bisa berkata seperti itu dalam waktu dekat? Yah, habis sebentar lagi kau akan mati, sih."
Netra dengan perlahan mengalihkan pandangan. Jemari panjang terlihat kasar dengan beberapa gores luka mengering samar. "Kau benar," ucapnya singkat. Dia memberikan senyum lembut dengan perasaan hangat menyelimuti hati. Membuat ruangan luas mendapatkan setitik cahaya. "Karena itu aku bersyukur. Setidaknya aku tidak akan bertemu dengannya ketika sudah memiliki istri dan anak."
Benar. Setelah itu, dia akan kembali dan mendapatkan gadisnya untuk selamanya.
.
.
.
Time skip!
Bola mata batu berlian dengan perlahan menyembunyikan diri. Melindungi sesuatu yang berharga dari dunia hina. Jemari lentik meraih cangkir mungil. Penuh dengan cairan hangat racikan teh. Kepulan asap tipis mengikat udara. Memberikan aroma menenangkan setiap semilir angin tertawa. Labium merah muda samar mengulas senyum tipis. Gemerisik dedaunan terdengar damai. Tetapi tidak dengan pria tampan bernama Helios Lewis'D Auberon.
"Tck." pria tersebut berdecak kesal. Kedua alis menukik dengan tajam. Bola mata debu gemintang memberikan tatapan tajam. Merah muda samar terlukis pada kanvas pipi. Rahang terlihat mengeras setiap detik berjalan. Kemeja putih membalut sempurna tubuh kekar. Mencetak dengan jelas dada bidang sebab bagian atas sedikit menyempit. Pria tersebut menggulung lengan kemeja hingga ke sikut. Memperlihatkan lengan kokoh yang bisa membuat kaum hawa menjerit dan menggila.
"Berhenti berdecak dan menatapku seperti itu. Kau terlihat jelek," ucap (Y/n). Gadis tersebut menyesap cangkir berisi racikan teh dengan tenang.
Bola mata debu gemintang memberikan tatapan tidak percaya. Gadis ini, sudah jelas bahwa gadis tersebut sedang mengejek dirinya. Lihatlah bagaimana labium merah muda tersebut mengukir sebuah senyuman. Dia sudah dipermainkan. Tidak. Sedari awal sudah begitu. Pria dengan helai mahkota langit kelam tahu akan hal tersebut.
"Sepertinya cermin di sebelah sana tidak terlalu berguna untukmu, ya?" Helios mengerahkan dagu pada dinding. Pria dengan helai mahkota langit kelam menyandarkan punggung tegap pada kursi. Dia menyilangkan tangan tepat di depan dada bidang. Air wajah pria tampan tersebut tidak berubah. Masih terlihat jengkel.
"Bagaimana kau bisa tahu?" tanya gadis manis penasaran. "Sebenarnya aku takut bercermin. Karena setiap aku melihat pantulan diriku disana, aku semakin jatuh cinta dengan diriku sendiri."
"Kau menggelikan," ucap Helios. Pria tampan tersebut merinding ketika mendengar penuturan gadis manis. Dia terlalu percaya diri.
"Aku terlahir sebagai seseorang yang mempesona. Kau tidak bisa menyalahkanku."
"Hentikan," ucap pria dengan helai mahkota langit kelam. Perasaan jengkel dan geli menyelimuti hati dengan tebal. Gadis manis tersebut selalu berhasil membuatnya ingin memuntahkan kembali racikan teh yang dia minum sebelumnya.
Gadis manis menyandarkan punggung mungil dengan pelan. Labium merah muda mengulas senyum manis. "Aku tahu kalau kau cemburu denganku, Heli. Baiklah, sebagai seseorang yang baik, aku akan memberikanmu saran. Kalau kau jelek dan kasar, tidak ada yang ingin menikah dengamu. Yah, tidak masalah. Artinya aku bisa selalu bersamamu, kan?" jemeari lentik meletakkan cangkir. Gadis itu sedikit memiringkan kepala. Membuat surai dengan berkah Mentari sedikit berjatuhan. "Tapi kau masih punya kekuasaan dan harta, sih."
"Yah, meski begitu, sepertinya kau masih bisa menikah. Tampang tidak penting, kekuasaan dan harta selalu menjadi yang utama. Walaupun mungkin kebanyakan lomt yang akan mengejarmu." sambung gadis manis. Bola mata batu berlian memberikan perhatian penuh pada pria tampan dengan helai mahkota langit kelam. Labium merah muda tersebut terkatup lucu. Dia sengaja melakukannya.
Helios terdiam. Tubuh jangkung itu berdiri dari duduk. (Y/n) tidak bisa melihat seperti apa bola mata debu gemintang. Tindakan Helios yang tiba-tiba membuat gadis manis tersebut tersentak. Kaki panjang melangkah mendekat. Bibir merah tua tersebut sedikit berkedut. Helios berjalan kebelakang kursi tempat gadis manis duduk. Apa yang sedang direncanakan pria tampan tersebut? Detik berikutnya, lengan kekar sudah melingkar pada leher jenjang. Benar, Helios saat ini sedang menghimpit (Y/n) mengakibatkan gadis tersebut tercekik.
"Heli—sialan, aku tidak bisa bernafas!" seru gadis tersebut. Telapak tangan mungil memukul lengan kekar. Sebenarnya pria dengan helai mahkota langit kelam tidak bersungguh-sungguh melakukan hal tersebut. (Y/n) tahu hal tersebut. Sebab tenaga yang Helios keluarkan tidak begitu banyak. Gadis manis membiarkan pria tampan tersebut bertindak seperti apapun. Hal ini bisa membuat mereka tidak canggung dan menjadi dekat, setidaknya begitu. "Bagaimana kau bisa—ohok!!—mencekik seorang gadis?!"
"Aku sudah berkata untuk berhenti!" pria dengan helai mahkota langit kelam sedikit menambah kekuatan. Tidak. Dia tidak melukai gadis manis tersebut. Hanya sedikit gemas saja. Setelah beberapa saat mereka bergelud.tidak Helios memutuskan untuk melepaskan gadis tersebut.
(Y/n) dengan segera mengambil udara. Paru-paru sudah kosong. Dengan perlahan kembali terisi. Membuat kehidupan berjalan seperti semestinya. Bola mata batu berlian mendelik tajam, "Kau gila!"
Bola mata debu gemintang menyipit. Menyembunyikan keindahan benda langit dari dunia. Sebab bisa hilang setiap detik berjalan. Menyelimuti seluruh jejak dalam materi gelap. Bibir merah muda mengukir senyum. Membuat seluruh makhluk hidup menahan nafas dan menghentikan kerja paru-paru untuk sejenak. Suara berat itu dengan perlahan memasuki gendang telinga, "Hanya padamu."
.
.
.
TBC
Kangen Harumi? Gk? :'D
19 November 2021
See ya!
Edit : Scene mencekik.g diatas itu terinspirasi sama drakor Fight For My Way eps 2 kalo gk salah wkwk.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro