Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

#4


.

.
.

***

3rd Person POV

Semilir angin terasa menusuk malam ini. Aroma tanah basah memenuhi setiap rongga paru-paru. Mengisi kekosongan dengan kenangan yang pernah dilalui. Kanvas kelabu terlukis sempurna pada ruang luas terbentang diatas bumi. Gumpalan kapas merapat hitam; menyembunyikan keindahan lautan perhiasan dari dunia. Rembulan turut serta mengurung diri. Tidak memberikan kesempatan untuk membagikan setetes cahaya kepada daratan.

Air mata membasahi sebagian bentala. Menyelinap melewati dedaunan dengan tenang. Kendati demikian, langit sedang bersedih. Raungan menyedihkan terdengar pilu; tak sanggup menahan rasa sakit yang tersimpan. Laki-laki itu tersenyum tipis. Langit mengetahui gemuruh isi hati laki-laki itu.

Memori akan kenangan bersama masih melekat jelas dalam ingatan. Kerinduan mendalam terlukis pada wajah tampan laki-laki tersebut. Bola mata permata cerah itu kini meredup. Hanyut dalam pikiran akan sang kasih. Seseorang yang berani mendekati disaat makhluk lain memilih untuk memujanya. Sungguh berani gadis itu, begitulah pikirnya. Kurva bibir mengukir lengkungan. Ingatan akan pertemuan pertama dengan gadis itu juga berawal dari tangisan malam.

Petir terasa begitu dekat. Menyentuh permukaan basah membuat pantulan cahaya menyebar keseluruh sudut. Disusul oleh suara menggelegar dalam jangka waktu tak menentu. Malam yang dingin menyambut. Mempertemukan dua insan dalam guyuran hujan. Ah, laki-laki itu begitu merindukan sosok gadis manis tersebut. Hela nafas terdengar pelan. Sudah berapa lama waktu berlalu. Hingga sekarang, dirinya tidak bisa melupakan gadis itu. Tidak. Mungkin lebih tepatnya laki-laki itu tidak ingin melepaskannya.

Senyum perlahan luntur. Terbawa larut oleh air hujan. Menuju tempat rendah untuk ditampung dalam jumlah besar. Terjebak dalam genangan untuk waktu yang lama. Ingatan tidak menyenangkan terputar dalam kaset kecil. Mengingat kembali kejadian itu membuatnya muak sekaligus marah. Jemari panjang itu terkepal. Buku-buku jari memutih; tanda betapa kuat tekanan yang ia berikan pada genggaman tangan.

Manik biru cerah terjatuh pada lukisan besar dihadapan. Jemari panjang itu perlahan kehilangan kekuatan. Getir terpancar jelas dalam bola mata tersebut. Wajah manis terlihat begitu damai. Ukiran labium merah muda terlihat begitu lembut. Meski hanya sebatas lukisan, semua orang akan setuju bahwa gadis itu memiliki bibir manis. Rembulan memberikan salah satu perhiasan berharganya untuk gadis itu. Menganugerahi bola mata permata dengan segala keindahan perhiasan langit gulita.

Secara tak sadar, laki-laki itu menahan nafas. Menghentikan kerja paru-paru untuk beberapa saat. Alam memberikan seluruh perhatian hanya kepada gadis manis itu. Dia memang menciptakan dunia ini. Tetapi dirinya bukanlah Tuhan. Dia memiliki banyak kekurangan. Namun laki-laki jangkung tersebut sangat berterimakasih kepada-Nya. Tuhan menciptakan gadis itu dengan kesempurnaan. Hanya untuknya, begitulah pikir laki-laki itu. Senyum teduh terukir dikedua kurva. Sangat disayangkan jalan mereka dipenuhi oleh batu penarung. Laki-laki itu menghela nafas. Dia ingin melihat musim semi dalam nayanika gadis itu sekali lagi.

"Aku merindukanmu," bisiknya pelan. Berharap agar sang wanodya mendengar setiap lirih ucapannya. Meski hati tahu bahwa itu adalah hal percuma, dirinya tetap ingin mempercayai jikalau sang kekasih masih berada di dunia ini. Berada dibelahan dunia bagian lain untuk mempermainkan dirinya. Memberikan hukuman yang bahkan lebih mengerikan dari kematian. Jemari panjang itu menelusuri surai jelaga. Merusaknya hingga berantakan. Menyalurkan rasa kekecewaan serta kesedihan. "Aku mencintaimu. Kumohon maafkan aku. Kembalilah."

Disisi lain

[Pemberitahuan: Hadiah kompensasi atas kesalahan [Sistem] Adonis akan segera dikirim. Dimengerti. [Harem] berhasil didapatkan. [Daya Tarik] serta [Keberuntungan] berhasil ditingkatkan. Selanjutnya, mengaktifkan [Pelet] secara otomatis.]

Ini adalah contoh sistem laknad.

.
.
.

Your POV

Aku membuka mata secara perlahan. Setelah sekian waktu tidak melihat seperti apa rupa dunia. Cahaya Mentari menyambut kedatanganku. Memasuki retina mata tak sabaran membuatku menutup mata untuk kesekian kalinya. Ah, benar. Memori samar mengenai apa yang kualami sebelumnya tertuang lembut dalam ingatan. Aku mendapatkan bunga tidur tidak biasa. Diriku yang tampan perkasa ini dalam bunga tidur itu berubah menjadi seorang gadis manis dengan surai bertaburan emas cahaya matahari.

Astaga. Aku pasti sudah gila karena mendapatkan mimpi tersebut. Aku menghela nafas singkat. Setidaknya aku tahu bahwa itu hanyalah delusi yang diolah oleh otak selama tertidur. Mengambil berbagai pengetahuan, mengatur serta menyusunnya menjadi sebuah informasi. Dalam proses ini bisa menciptakan pola pikir tak rasional. Yah, walaupun terkadang bisa membantu menemukan solusi dari sebuah masalah.

Tapi itu memang bunga tidur kan? Ucapin salam ah, siapa tau ada yang jawab.

"Punten."

[Mangga.]

Aku terdiam. Sejak kapan Adonis bisa menggunakan bahasa Sunda? Dahlah lelah diriku. Aku menghela nafas kasar. Mendengar suara Adonis cukup membuatku sadar bahwa ini bukanlah mimpi. Aku kembali membuka mata. Buram. Semuanya tidak terlihat jelas. Aku mengedipkan mata beberapa kali. Berusaha untuk menyesuaikan muatan cahaya yang bersiap ditampung oleh retina mata.

Hal pertama yang tertangkap oleh mata adalah biru cerah terlukis pada kanvas langit. Aku sedikit mengerutkan kening. Bukankah sebelumnya aku tercebur di sungai? Secara perlahan, aku mencoba untuk duduk. Sial. Punggungku rasanya sangat kaku. Bahkan sampai terdengar letupan kecil akibat sendi melepaskan gas yang mengadung cairan. Berlangsung dengan cepat hingga membentuk gelembung udara.

Aku memperhatikan sekitar. Ah, ternyata aku berada disisi sungai. Aku sedikit memiringkan kepala. Pepohonan besar menghiasi tempat ini. Tanah tempat aku berbaring(baca:terdampar) dipenuhi oleh rumput. Diberi sedikit sentuhan berupa puspita di beberapa wilayah. Aku sedikit mengerutkan kening. Aku mengamati dengan teliti. Tidak. Ini bukan tempat dimana sungai sebelumnya berada. Lantas berada di manakah aku saat ini?

'Hei Adonis, dimana aku sekarang?'

Ini adalah hal yang tepat untuk ditanyakan kepada Adonis. Aku tidak tahu bagaimana. Tetapi aku yakin jikalau sistem itu mengetahui seperti apa dunia saat ini. Aku menghela nafas pelan. Setidaknya dengan Adonis, aku bisa bertahan hidup dengan informasi yang diberikan olehnya. Aku bersyukur karena itu. Ah, benar. Aku melupakan untuk menanyakan bagaimana caranya untuk pulang. Mungkin setelah ini akan langsung bertanya pada Adonis.

[Menjawab; Anda berada di bagian Timur kerajaan Dragon.]

Timur, ya? Bukankah terkahir kali aku berada di bagian barat? Sepertinya arus sungai membawaku hingga kesini. Aku mengangguk mengerti. Melihat aliran air disana sedikit deras, tidak usah dipertanyakan lagi. Jauh juga ya, dari barat ke timur. Sungai dihadapanku ini memang bisa dikatakan tenang karena aliran airnya tidak terlalu deras. Tapi tidak ada salahnya untuk berhati-hati. Dan juga, bagaimana bisa diriku bertahan selama ini? Aku kan tenggelam.

'Bisa kau jelaskan situasi saat ini? Maksudku dunia apa ini?'

Sistem yang sudah menemani diriku dari awal ini menjelaskan seperti apa dunia yang sedang kupijak saat ini. Adonis memberitahu informasi dengan singkat sehingga aku dengan mudah membuat hipotesis mengenai keadaan lini masa. Tidak seperti di bumi tempat tinggalku sebelumnya, di sini sihir berlaku dengan lumrah. Aku memijit pelan daerah pelipis. Dari awal aku memang sudah menduga bahwa ini adalah dunia lain. Maka dari itu aku tidak terlalu terkejut. Namun tetap saja, ini sungguh tidak masuk akal. Ketika aku bertanya kembali kepada Adonis bagaimana caranya untuk kembali ke duniaku, sistem itu memberikan jawaban yang kurang memuaskan.

[Menjawab; Informasi saat ini tidak ditemukan.]

Begitulah katanya.

Aku menengadah. Memandang kanvas langit; dihiasi gumpalan kapas lembut mengambang. Aku tidak bisa hanya mengandalkan Adonis. Aku juga harus mencari informasi dari lainnya. Ah, benar juga. Selama aku berada disini, aku tidak pernah bertemu manusia.

//jelaslah, kan situ tenggelam.

Aku bisa menanyakan desa terdekat kepada Adonis. Namun aku tidak mungkin pergi kesana tanpa persiapan. Jika aku sudah berada disana, aku pasti akan membutuhkan uang. Permata biru mengerling sejenak. Aku kembali mengamati tempat ini. Berhubung ini adalah hutan, bukankah disini ada tanaman herbal?

'Adonis.'

[Ya?]

'Karena kau itu sistem, berarti kau bisa menganalisa suatu barang bukan?"

[Menjawab; Ya. Saya bisa menggunakan skill [Parallel Processing] jika Anda menyentuh objek yang ingin dikaji.]

Aku tersenyum lebar. Saatnya berburu harta karun~~

TBC

Halo kakak sekalian, kita ketemu lagi:) cerita nya ngebosenin ya? Tau kok. Maaf ya:")

03 Agustus 2021

See ya!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro