Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

24. Breaking News!

Kangen, nggak? uwu

***

Baru saja Riam melewati pintu dengan di antar ayah ibunya, Una segera berlari kembali ke kamar dan mengunci pintu. Ia tidak akan memberikan kesempatan kepada pasangan tukang gosip dan anak laki-lakinya yang sama-sama ember itu untuk melakukan sesi wawancara lanjutan. Cukup dengan pertanyaan, otaknya hampir mengebul sekarang.

Una melempar diri ke atas kasur, meringis ketika kepalanya membentur kepala tempat tidur yang keras dan bukannya tempat yang ia inginkan. Seolah tempat tidur pun ingin ikut mencandainya hari ini. Ia menutupkan bantal ke muka dengan gusar, lalu merentangkan kedua tangan dan kaki dan mulai melakukan menggerak-gerakkannya seperti bintang laut, dengan kecepatan ekstra. Ia sakit kepala dan butuh pengalihan. Selambat-lambatnya otaknya mencerna pelajaran di sekolah, kali ini gumpalan di dalam tempurung otaknya itu lebih lambat lagi mencerna apa yang baru saja terjadi.

Ia dan Riam ... pacaran? Sebentar, tidak ada kata slang baru atau serapan bahasa inggris yang namanya pacaran kan?

Buru-buru, Una mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya, membuka laman Google dan menuliskan kata pacaran di kotak pencarian.

Pacaran adalah suatu proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan, begitu menurut Wikipedia. Menurut sumber yang sama, tradisi pacaran memiliki variasi dalam pelaksanaannya dan sangat dipengaruhi oleh tradisi individu-individu dalam masyarakat yang terlibat. Dimulai dari proses pendekatan, pengenalan pribadi, hingga akhirnya menjalani hubungan afeksi yang ekslusif.

Oke, cuma bikin tambah pusing.

Dan Oke, ini masih belum dapat dipercaya. Ia butuh saran dari pakar cinta. Maka, Una segera menutup laman pencarian dan memeriksa daftar kontaknya. Siapa lagi pakar cinta itu kalau bukan Rahma Auliatun Nisa.

Sembari menunggu telepon diangkat, Una menggigiti kukunya. Bagaimana cara mengatakannya kepada Rahma agar cewek itu percaya? Ia pasti dianggap mengada-ada, halu, tukang ha─

"Halo?"

Telepon diangkat lebih cepat dari yang Una duga, membuat terlonjak bangun dari posisi semula. "H-halo, Ma?"

Tenang, Na. Tenang! Ini Rahma doang! Dalam hati Una merutuk dirinya yang menjadi gugup dengan hal sekecil mencoba bicara dengan Rahma. Seandainya saja topiknya bukan perihal G30A PDI.

"Maafin gue Na!" Rahma merenggutnya dari keharusan menjelaskan. Tetapi ... sebentar!

"Hah? Maaf?"

"Gue udah ngeremehin elo. Gue kira lo becanda, anjim! Taunya seriusan sampe anak-anak seBUCIN pada heboh."

Tunggu! Tunggu! Kontrasepsi apa lagi ini?!

"Maksudnya?"

"Lo nggak tahu?! Coba buka IG apa WA kelas deh! Itu banyak yang share soal lo terciduk dibonceng Riam, tahu! Allahu akbar! Gue pikir itu boncengan motor Riam terkutuk dan keramat, gila! Temen-temennya aja hampir nggak pernah keliatan dibonceng. Terus ada elo, seenak jidat duduk di sana. Ambyar lah satu sekolah!"

Una menjauhkan sedikit ponsel dari telinga, harus begitu sebagai pencegahan cairan yang muncrat-muncrat ke mukanya lewat telepon. Sesemangat itu Rahma menjelaskan.

"Jadi Riam beneran nembak lo?!" tambah Rahma lagi di ujung kalimatnya, membuat Una kembali menggigiti kuku.

"K-kayaknya?"

"Kok bisa?!"

"Ya... Mana gue tahu. Udah gila, kali!"

"Lo liat dia ketawa-tawa sendiri, nggak? Atau nyariin dimana anaknya gitu?!"

"Ya enggak lah! Dia masih kayak biasa ...," sesaat, Una teringat dinginnya perkataan dan ekspresi cowok itu mesti matahari sedang panas-panasnya di atas kepala. "... kayak batu."

"Dia nembaknya gimana? Bilang suka sama lo??"

"Enggak sih. Cuma kayak ... kuy pacaran. Kayak ngajak mabar aja."

Ketika Rahma membalas dengan gumaman, Una dapat membayangkannya. Cewek itu sedang dalam mode berpikir. "Agak aneh sih. Mungkin dia capek kali dikejar-kejar lo jadi yaudah lah. Makanya lo masih harus tetap kudu berpegang pada misi lo, ya. Pokoknya sampai Riam nyatain perasaannya ke elo, baru misi kita selesai!"

"Ya Tuhaaan. Gue mesti ngapain lagi?!"

***

"Tugas lo belum selesai, Na. Inget, lo harus bikin dia patah hati. Dan agar dia patah hati, dia bener-bener harus bucin sama lo."

Petuah Rahma yang ia terus ulang-ulang sebelum telepon ditutup terus berputar di kepala Una. Seolah hal itu mungkin terjadi. Bagaimana caranya membuat seorang cowok titisan batu kayak Riam bucin dengan jomlo sejak lahir sepertinya? Kalau Una bisa, pasti dia sudah terbang ke Korea sekarang dan menerapkannya demi menggaet Chanyeol EXO.

Tetapi Rahma telah membekalinya dengan beragam tugas yang Una catat dalam secarik kertas. Mau tidak mau ia harus melakukannya, demi terhindar dari amukan Una. Dan demi mi ayam serta ceker gratis, tentu.

"Ingat tujuan kita, Na. Riam harus merasakan sakit hati yang Anin rasakan!"

Dan ya ... demi Anin.

Jadi, berdasarkan buku panduan cara mendapatkan Riam yang Rahma jejalkan padanya, Una harus perhatian pada cowok itu.

"Sebagai satu-satunya orang di geng kita yang pernah pacaran, lo berada di tangan yang tepat, Na!" suara menggebu-gebu Rahma masih terdengar di telinga Una. "Pertama lo harus perhatian. Semua orang bakal luluh kok dengan yang namanya perhatian!"

"Gue bikin pengumuman gitu? Perhatian! Perhatian!"

"Ish nggak usah ngebadut! Maksud gue, nih, lo rajin-rajin chat dia, tanyain udah makan atau belum, udah mandi atau belum, udah salat, udah beol, udah bobo. Pokoknya, kepo aja ama hidupnya!"

"Lah, ngapain? Kayak absen aja, gitu?"

"Pokoknya kerjain aja. Ingetin aja dia terus hal-hal remeh kayak gitu. Tiga kali sehari ya, Na. Kayak minum obat!"

Dan akhirnya, itu yang sedang Una lakukan sekarang.

Malam, Iyam

Iyam lagi apa?

Iyam, jangan lupa makan.

<3

Oke, jadi misinya sekarang adalah meneror si Batu Bernapas. Sengaja juga Una menambahkan banyak emoji di akhir pesannya. Biar cowok itu gusar. Namun tanpa disangka, pesan yang selama beberapa saat itu hanya berada pada status seen, tiba-tiba mendapat pesan balasan.

Dari: Riam Batu Bernapas

Pesan: Kamu juga

Ha.... Apa?

***

@pengabdi_cogan

BREAKING NEWS!!! Boncengan keramat ada yang ngerebut nih!!! Potek gue potek!!! TT Hati kalian masih utuh, guys?! Apa udah pecah-pecah kayak gue???

@nununurul and 321 others like this.

See all 509 comments

Mampus! Dari lima ratus lebih komentar, mayoritas berisi hujatan pada siapapun cewek yang digembar-gemborkan telah merebut Riam mereka. Dan cewek itu tidak lain tidak bukan, bukan sulap bukan sihir adalah ... Una. Skala Aluna. Anak IPS 5 yang cuma jago main voli dan minus dalam akhlak dan nilai pelajaran.

Semua cewek di SMA Buana Cendekia maupun bukan pasti tengah mengincar nyawanya sekarang!

"Skala~ Kamu ngapain aja, sih, lama─" Bunda yang muncul di pintu kamar otomatis mengembuskan asap dari hidup, seperti naga marah. "Astagaaa!!! Ini udah jam berapa kamu malah main hape! Nggak sekolah! Mau jualan gorengan aja keliling kompleks, mau!"

Una meringis, otaknya dengan cepat berputar mencari alasan masuk akal. "Enggak Bunda. Ini Una lagi ngecek jadwal pelajaran, kok!"

"Ngecek jadwal pelajaran kok sekarang?! Harusnya dari tadi malam! Buku tuh disiapin! Baju disiapin! Bukannya pagi-pagi dan minta dicariin Bunda kayak gini!"

"Iya, Bunda, Iya."

"Iya-iya aja!"

Kali ini, Una menutup mulut. Sepertinya apapun yang ia katakan, tetap saja akan salah di telinga Bunda.

"Buruan kamu! Udah ditungguin!"

Una melepaskan handuk yang melilit kepalanya, menggantungkannya sembarang, yang kemudian ia ulangi karena pelototan Bunda, lalu meraih sisir. Biasanya, Bunda akan datang untuk mencoba gaya baru pada rambut Una, namun sekarang wanita itu hanya diam dengan lengan bersedekap.

"Mau berangkat sekarang? Kok pagi banget Ayah mau berangkatnya?"

"Bukan Ayah yang nungguin."

Kepala Una secara refleks menoleh pada bundanya, alisnya seketika berkerut. "Terus?"

"Liat aja sendiri."

Ketakutan Una terbukti sepuluh menit berikutnya. Rambutnya yang baru kering hari ini hanya mendapat kunciran dua yang sederhana, buku-buku pelajaran ia masukkan dengan acak ke dalam tas dan tali sepatunya terpaksa diikat dengan tidak begitu rapi. Semua karena siluet punggung cowok ini yang menunggunya di depan pagar.

"Buruan naik. Udah telat," tegur Riam begitu Una berjalan mendekat dengan ragu.

Cowok itu memasang helm dan menyalakan mesin.

Di kepala Una, ada banyak pertanyaan yang berjubel minta dikeluarkan. Kenapa jemput? Dalam rangka apa? Kenapa Iyam di sini? Kenapa ... kenapa ... namun begitu ia menangkap pandangan cowok itu yang seolah mengucapkan "Naik, atau lo mati kalau gue sampai telat," membuatnya kehilangan kata-kata dan memilih berdamai. Una naik, dengan ragu meletakkan kedua tangannya di ujung jas seragam Riam yang disetrika rapi.

Tidak ada percakapan yang ditukar selama perjalanan. Kalau pun ada, hanya satu arah, dari Una.

Seharusnya, Una meminta turun sebelum tikungan. Seharusnya ia turun jauh-jauh dari sekolah. Tidak apa jalan kaki dan harus berurusan dengan Pak Mukhis atau guru BK. Namun, terlambat baginya untuk menyadari bahaya yang mengintai dan tahu-tahu, Riam sudah membawanya melewati gerbang sekolah. Dengan puluhan pasang mata yang segera membuntuti mereka seperti sedang mengintai mangsa.

Sialnya lagi. Riam turun dengan mudahnya. Meninggalkannya di parkiran. Sendirian. tidak ada gandengan tangan atau apapun. Bahkan terlalu terlambat untuk mengikuti cowok itu yang tahu-tahu telah menghilang di koridor.

Sementara Una ...

"Jadi dia orangnya?"

"Dia, ya?"

"Dia? Cewek itu?"

Awalnya, semua hanya berupa bisikan-bisikan terlalu nyaring yang tidak bisa Una abaikan. Namun sementara dia berjalan dan terus berjalan menuju kelas, perhatian semakin besar. Dan tahu-tahu, segerombol cewek kelas mencegatnya.

"Jadi elo yang─"

Una berkelit, mencuri kesempatan untuk menyusupkan tubuh di antara kerumunan, sebelum berlari menyelamatkan diri. Cewek-cewek itu tidak tinggal diam melainkan mengejarnya, berbagai pertanyaan, sumpah serapah terdengar.

Rifa'i yang baru kembali dari toilet khusus laki-laki nyaris terjungkal ketika Una meraih bahunya dan memutar tubuh cowok itu menghadap kerumunan. Ia bersembunyi di balik tubuh Rifa'i yang montok.

"Tolong, I. Nyawa gue dalam bahaya?!"

***

Hai~ Yang penting update ya guys. Masalah ceritanya yang ancur, silakan kasih kritik dan saran biar kedepannya bisa terus diperbaiki.

Maaf baru sempat update karena kemaren sibuk revisi novel TIGA MINGGU. Nabung yuk! Biar bisa bawa pulang Kian dan geng telor ceploknya. COMING SOON!

Iyam udah ketinggalan banget dari Saga TT Dan btw, jangan lupa baca Saga dulu~ Mampir langsung ke okkyarista

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro