Zwölf
Sepuluh menit aja rasanya kayak sepuluh abad, lama amat.
Gadis itu baru saja melirik jam di pergelangan tangannya, sebelum akhirnya mendengkus keras sehingga membuat seseorang di sebelahnya menolehkan kepala dengan ekspresi bingung.
"Kenapa? Capek ya?"
"Tinggal sepuluh menit. Jadi, bisa nggak lesnya dicukupin sampai sini aja? Pengen istirahat," kata Elsa pada Sakti, guru les privatnya.
Jika kalian berpikir bahwa guru les Elsa itu adalah pria paruh baya, berkepala pelontos, bertubuh kurus, dan pendek, maka kalian salah. Karena, guru les Elsa adalah seorang pemuda dengan usia pertengahan duapuluh bertubuh tinggi bernama Sakti Pandawangi yang kebetulan masih mengenyam pendidikan strata satunya di salah satu universitas ternama di Jakarta.
Pemuda utusan Dhea itu sudah bekerja sejak dua tahun yang lalu, tepatnya sejak Elsa masih berada di tahun akhir bangku Menengah Pertama.
"Nggak mau nunggu dulu?" tanya Sakti sambil mengemasi buku-buku bawaannya.
"Nunggu apa? Nunggu diusir?"
Sakti menggeleng pelan seraya terkekeh. "Mana mungkin tamu mengusir tuan rumah. Nggak ada sejarahnya."
Tanpa mau menghiraukan kata-kata Sakti lebih lanjut, Elsa segera meraih ponselnya yang sedari tadi bergetar karena diserbu notifikasi dari beberapa aplikasi sosial medianya. Tanpa sengaja, ibu jari Elsa memencet notifikasi pesan singkat yang dikirim oleh seseorang untuknya.
: Orion Kalingga
El, gue minta maaf soal Ilona:|
Terima kasih bantuannya<3
Elsa mengulum bibir bawahnya beberapa kali, lalu menghela napas berat. Beberapa kali juga, gadis itu mengubah posisi duduknya agar bisa merasa nyaman. Padahal, pesan singkat itu tak berisi candaan, dan gombalan receh Orion, tidak juga berisi bualan-bualan lain seperti biasanya. Tetapi, malah berhasil membuat gadis itu merasa resah tak karuan.
Dari gestur yang ditunjuk Elsa, Sakti tahu bahwa gadis itu sedang bimbang akan sesuatu.
"Kenapa?"
Sadar tingkahnya menarik perhatian, Elsa pun berusaha tenang, dan menetralisir raut wajahnya supaya kembali seperti biasanya. "Nggak apa-apa. Gue nggak perlu antar lo ke depan kan?"
"Nggak perlu. Gue bisa sendiri," jawab Sakti lengkap dengan senyum terbaik.
Elsa menganggukkan kepala sebelum akhirnya memilih untuk menata langkah meninggalkan Sakti di tempat. Namun, baru beberapa langkah, tiba-tiba saja ada suara tegas yang menginterupsi, dan itu sukses menghentikan langkahnya.
"Elsa, apa Mama pernah mengajarkan kamu untuk berlaku tidak sopan seperti itu kepada tamu yang datang ke rumah kita?"
Gadis itu menoleh, dan menatap Dhea, sang Mama lagi-lagi dengan datar. Gadis itu tak menunjukkan ekspresi, dan tak mengeluarkan sepatah kata untuk menjawab, selain dengkusan kasar.
"Sakti, jangan pulang dulu. Kita makan malam bersama. Bi Warni sudah masak banyak," ujar Dhea ramah yang kemudian menggiring Sakti menuju ke meja makan. Dari kaca penglihatan Elsa, pemuda itu tampak senang-senang saja, dan tidak berusaha sedikitpun untuk menolak penawaran Dhea. Seolah-olah, ajakan Dhea itu adalah hal yang paling ia nanti-nantikan sedari tadi.
Sehingga, kali ini, Elsa lah yang ditinggalkan mematung di tempat. Setelah dirasa Dhea, dan Sakti tak akan mendengar, Elsa pun mengeluarkan dumelannya.
"Anaknya Mama itu siapa sih? Gue apa Mas Sakti sih?"
Lagi-lagi, Elsa merasa ponselnya bergetar singkat.
: Orion Kalingga
Why my chat tidak dibalas?
I'm still menunggu~
Seusai membaca pesan kiriman Orion, Elsa menepuk dahinya menggunakan telapak tangan dengan lembut. "Ah iya, gue sampai lupa balas chat si bawang."
∞∞∞
"Shey, lo serius makannya segitu banyaknya? Kayak porsi kuli bangunan."
Seketika, Orion menggeleng takjub setelah memastikan porsi makan Shea malam ini, yang tidak nanggung-nanggung, dan tak seperti biasanya.
"Shhtt... Udah deh, ditraktir aja bawel," gerutu Shea yang berakhir dengan dengkusan kasar.
Orion memutar bola matanya jengah. Tak menunggu lebih lama, Orion bangun dari duduknya. "Lo kalo nggak ikhlas traktir gue, mending nggak usah. Gue juga nggak ngarep ditraktir."
Malam itu, Shea memang mengajak Orion makan malam berdua di salah satu Kafe yang sedang naik daun. Ya, itu adalah sebagai bentuk permintaan maafnya karena telah membuat Orion kesal beberapa waktu lalu.
Tak ingin rasa bersalahnya semakin menggunung, Shea pun menarik pergelangan tangan Orion agar kembali duduk.
"Yaudah sih, maaf."
"Ya ya ya, karena putra mahkota yang tampan ini sedang berbaik hati, maaf lo diterima."
Setelah membalas ucapan Shea, Orion membuka slide lock ponselnya untuk melihat-lihat notifikasi yang terus masuk sejak ia menyalakan data selulernya.
Tanpa aba-aba, Shea langsung merebut ponsel Orion, dan langsung menyembunyikan benda pipih milik Orion itu ke dalam tas selempang kecil bawaannya. Gadis itu mendongak untuk melihat ekspresi Orion yang dianggap sok miris.
"Apa lo liat-liat? Pokoknya no handphone. Cukup fokus sama gue, dan makanan. Jangan ada handphone di antara kita."
Bibir Orion melengkung ke bawah. Ia tampak seperti sedang berusaha membujuk Shea agar mau mengembalikan ponselnya. "Gue lagi nunggu balasan doi, nih. Tega banget sih lo."
"Doi lo yang mana? Si nenek lampir itu?"
"Bukan Ilona, Shey. Udah deh, buru balikin."
"Terus siapa? Buruan jawab," desak Shea dengan seringai jahilnya yang khas.
Orion yang baru saja selesai menyeruput cokelat hangat pesanannya itu sontak berdecak malas. "Kepo lo, kayak Dora."
Padahalkan, gue pengen foto makanan dikit cekrek, upload dikit cekrek. Dasar monster nggak berperikecekrekan. Batin Orion sok miris di dalam hati.
"Nggak kepo, nggak hidup dong," sambar Shea tak mau kalah. "Yaudah sih ya, kalo lo nggak mau jawab, handphone lo tetap gue sita."
Setelah menyelesaikan kalimatnya, Shea pun memulai acara makan-makannya dengan menundukkan kepalanya sejenak, dan membaca doa seperti yang sudah diajarkan oleh kedua orangtuanya. Setelah selesai pembacaan doa, Shea pun memulai aksi makan-makannya dengan menyuap French Fries ke dalam mulutnya terlebih dahulu. Tidak seperti Shea yang terlihat sangat bersemangat untuk mengisi perutnya dengan makanan-makanan pesanannya, Orion justru murung karena dirinya tak kunjung mendapatkan pesan balasan dari Elsa, dan berujung ponselnya disita oleh si ganas Shea.
"Orion, bagusan mana, makan Steak, atau Burger duluan?"
"Digabung aja dua-duanya. Itu Steak, lo gabungin sama Burger, terus makan deh dua-duanya itu secara bersamaan," usul Orion asal-asalan yang kemudian menggigit Beef Burger pesanannya.
Shea mengangguk. "Ayo bantu gue gabungin Steak sama Burger!!" Gadis itu berseru penuh antusias, membuat Orion yang kini tengah mengunyah hampir tersedak.
"Lo gila?"
"Kan lo sendiri yang nyaranin. Gimana sih?"
"Ya jangan dilakuin beneran lah, adindanya kakanda yang paling pinter sedunia lain. Dasar stress."
"Huh! Mana ada orang stress secantik gue. Jadi, maaf-maaf aja ya." Shea mengibaskan rambut sebahunya dengan kepercayaan dirinya yang setinggi gunung tertinggi di dunia.
"Cih, gue iyain, jangan?"
Merasa kesal dengan keaktifan mulut Orion, Shea pun mengambil tindakan menendang tulang kering Orion keras. Tindakan tersebut diambil Shea dengan harapan Orion bisa menutup mulut, dan tenang.
"Argh! Gila lo ya?! Sakit, Shealand!"
Dikarenakan kafe yang mereka kunjungi sedang ramai pengunjung, tentu saja perang mulut antara Shea, dan Orion itu menarik perhatian para pengunjung lain. Kebanyakan para pengunjung kafe tersebut hanya bisa terkekeh geli melihat kehebohan yang diciptakan Shea, dan Orion.
"Makanya shut up, dan jangan ngeselin. Berisik banget pula, sakit nih kuping gue dengarnya."
Orion bergidik tak peduli dengan kata-kata yang keluar dari bibir Shea. Ia malah sibuk mengusap tulang keringnya yang menjadi sasaran tendangan Shea, sembari terus memerhatikan piring-piring berisi makanan yang tersedia di hadapan Shea.
"Itu perut apa black hole sih?"
∞∞∞
"Maha benar perempuan dengan semua firmannya."
-Orion Kalingga Archandra-
∞∞∞
Huhuu, akhirnya diriku bisa juga update Orion💙 Selamat berbuka puasa, dan selamat bersatnite ria, teman-temanque!!
Mau nanya dongs!! Kalian team mana? Sad ending, atau Happy ending? Alasannya apa?
Jangan lupa beri dukungan kalian untuk Orion dengan cara vote, dan comment🍑
The last, thanks for waiting, thanks for reading, and thanks for vomments🙏🏻
Danke💙
CiinderellaSarif (Cinde)
Istri sah, dan Kesayangannya
Ji Chang Wook.
"Yankbeb-nya acuu xx"
⚠️Warning : "Yang nikung ntar tak sawer koin!"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro