Zweiundzwanzig
Setelah dua jam lamanya berada di dalam bioskop, akhirnya keduanya keluar dengan tangan yang saling bertautan tanpa mereka sadari. Dari gesturnya, tampak jelas bahwa Orion sedang berusaha melindungi Elsa dari senggolan orang-orang yang entah sengaja maupun tidak sengaja.
"Gimana filmnya? Menurut lo seru nggak?" tanya Orion yang memang selalu bertindak sebagai pemecah keheningan.
"Iya, seru. Gue nggak nyangka kalo ternyata selera film kita nggak jauh berbeda."
"Gue asik kan orangnya?"
Elsa menoleh. Setelah menghela napas kasar, gadis itu baru menjawab, "Lumayanlah. Nggak sekaku yang gue kira."
"Kaku gimana?"
"You know, biasanya, anak olimpiade itu rata-rata kaku. Kalo nggak kaku, ya, ambisius. Rata-rata loh ya, gue nggak bilang semuanya," jawab Elsa enteng sembari menggidikkan bahunya.
Orion tergelak, namun tidak juga menyangkal kata-kata yang dituturkan Elsa barusan. Setelahnya, Orion mempererat genggamannya, membuat Elsa tersentak kaget karena baru menyadari bahwa sedari tadi, tangan mereka terus bertautan layaknya sepasang kekasih yang sedang berkencan.
"Yon?"
Orion menoleh, lengkap dengan senyum tipis yang menyegarkan mata. "Hm?"
"Tang--"
"Tadi gue parkir mobil di mana, ya?"
Dahi Elsa kontan berkerut. "Itu, di sebelah sana. Otak lo udah keropos apa gimana sih?"
Orion pun memasang cengiran khasnya yang lagi-lagi membuat Elsa meloloskan dengkusan kasarnya.
Bukannya melepas genggamannya, Orion malah semakin erat menggenggam tangan mungil Elsa yang terasa sangat pas di tangan besarnya. Orion terus menggamit Elsa sehingga keduanya sampai di mobil putih yang terparkir di depan sebuah restoran mewah. Setelahnya, barulah genggaman Orion terlepas.
Jika kalian berpikir Orion akan membukakan pintu, dan mempersilakan Elsa masuk terlebih dahulu, maka kalian salah besar. Orion tidak melakukan hal itu, dan Elsa pun tidak berharap diperlakukan semanja itu.
"Jangan lupa seatbelt," pesan Orion pada Elsa yang disambut dengan anggukan singkat oleh gadis itu sendiri.
Kemudian, Orion menginjak pedal gas, dan meninggalkan parkiran tersebut dengan kecepatan sedang.
"Mau dengar lagu?" tanya Orion tanpa melirik ke arah Elsa yang sibuk menatap ke jalananan di depan, dan samping kirinya silih berganti.
"Boleh."
"Mau request?"
Elsa menggeleng pelan, lalu menjawab, "Nggak, makasih. Gue tipe pendengar semua jenis lagu."
"Sip, kita sama!"
Sepersekian menit kemudian, lagu berjudul Steal My Girl milik One Direction pun mengalun mengisi indera pendengaran sekaligus memecah kesunyian yang tercipta di dalam mobil yang sedang dikendarai Orion bersama Elsa.
She's be my queen since we were sixteen,
We want the same things,
We dream the same dream alright,
Alright....
"El, lo tau lagu ini nggak?"
"Lo pikir gue manusia purba yang nggak tau lagu-lagu One Direction?" ketus Elsa seraya merotasikan kedua bola matanya malas.
Sudut bibir Orion secara spontan tertarik ke atas. "Jawabnya nggak selo banget sih, mbak. By the way, lo suka lagu One Direction yang mana aja?"
"Semuanya bagus, semuanya gue suka."
"Gue juga suka semua, earcathy banget. Moodbooster banget. Aduh, kayak cewek ya?"
Entah kenapa, tiba-tiba saja perut Elsa terasa geli seolah digelitiki saat ucapan Orion mampir di gendang telinganya. Gadis itu kemudian melempar pandangannya ke luar jendela dengan senyuman yang terukir indah.
"Kalo gue boleh tau, idola lo siapa?"
"Banyak sih. Salah satunya, Song Joong Ki--"
"Eh, bentar gue potong! For your information, gue kalo lagi pake seragam Pramuka lengkap, intensitas kemiripan gue sama Song Joong Ki itu mencapai sembilanpuluh lima persen, tau?"
Kali ini, senyuman Elsa luntur, berganti dengan decakan yang khas. "Yaelah.. Bodo amat, Yon."
"Gue serius. Daza pernah bilang kayak gitu," ucap Orion tak mau kalah.
"Daza? Emangnya kapan lo pernah pakai seragam Pramuka lengkap depan Daza?" tanya Elsa penuh selidik. Matanya yang tadi sudah beralih ke luar jendela sampai kembali menatap Orion curiga.
"Gue sama Daza satu SMP. Jadi, dulu tuh, gue sering ikut lomba-lomba gitu, jadi dia sering aja ngeliat gue pake seragam Pramuka lengkap. Yang terbaru, dia liat gue pake seragam Pramuka lengkap waktu promosi ekskul kemarin," terang Orion panjang lebar. "Kata dia, gue mirip Song Joong Ki."
Di mata Elsa, mimik wajah Orion pada saat itu tampak sangat senang, dan disertai dengan manik legamnya yang berpendar indah saat ia bercerita tentang Daza yang menyamakan dirinya dengan aktor tampan asal negeri gingseng Song Joong Ki.
Entah kenapa, tiba-tiba saja, gadis itu diselimuti oleh perasaan kesal. Ia pun kembali membuang pandangannya ke jendela dengan bibir mengerucut. Tak peduli moodnya yang bertolakbelakang dengan ritme dari lagu Steal My Girl yang mengalun mengisi setiap penjuru mobil.
Nggak sopan.
Elsa terus menggerutu dalam hati dengan kedua tangannya terkepal di atas paha.
"Oh iya! Kita udah on the way balik. Jadi, gue harus bahas ini sekarang sama lo." Orion memetik jarinya saat ia baru saja teringat dengan apa yang seharusnya ia lakukan bersama Elsa.
"Apa?"
"Lo tau nggak gue nemuin apaan di mall tadi?"
Penasaran, Elsa pun menoleh ke arah sumber suara dengan kedua alis terangkat. "Apa?"
"Gue nemuin lo. Ehehehe."
Spontan, alis Elsa langsung berkerut. Ia tak mengerti di mana letak kelucuan yang membuat Orion sampai harus tergelak kecil seusai mengucapkannya.
"Apa sih? Nggak jelas."
"Nggak deng, gue becanda. By the way, sorry ya kalo mobil bokap berantakan. Di belakang penuh sama lembaran-lembaran dari kantor, dan penuh sampah plastik juga."
"Hmm.." Elsa berusaha tetap acuh tak acuh.
"Coba aja liat kalo nggak percaya."
Orion lantas menyalakan lampu, sehingga membuat Elsa mau tak mau menolehkan kepala ke belakang. Namun, rasa terkejut langsung menyerang Elsa sesaat setelah ia menolehkan kepala. Karena, alih-alih mendapati pemandangan kertas, dan sampah plastik yang berserakan, Elsa malah mendapati sebuah kotak kecil bewarna biru muda yang dilengkapi dengan pita biru tua tergeletak manis di kursi penumpang bagian belakang.
"Buat lo."
"Hah?" Elsa tercengang. Ia masih berusaha sedaya upaya untuk mencerna apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Meski Elsa terus melempar tatapan penuh tanya pada Orion, Orion tetap membungkam. Ia berharap Elsa bisa ngeh dengan apa yang sedang terjadi tanpa harus ia sendiri yang menjelaskan panjang kali lebar.
Beberapa menit terlewati, sampai akhirnya Elsa terkekeh geli, dan berujung memukul lengan Orion. "Wah, gila! Gue akhirnya mudeng!"
Orion menguraikan tawa renyahnya yang khas. Ia mengambil kotak kecil yang tergeletak di belakang dengan tangan kirinya yang tidak memegang setir, lalu memberikan kotak tersebut pada Elsa.
"Lama bener mudengnya si kanjeng ratu. Gue udah hampir berubah jadi mirip Ji Chang Wook nih nungguin lo mudeng."
"Tadi Song Joong Ki, sekarang Ji Chang Wook. Ntar siapa? Yunhyeong iKON?" cibir Elsa sembari memusatkan titik fokusnya pada kotak kecil di pangkuannya.
"Kalo ntar, gue mau jadi imam lo aja."
Sialan. Elsa memalingkan wajahnya ke sembarang arah sebelum akhirnya menghela napas panjang. "Ini isinya apa?"
"Bukanya pas udah sampai rumah aja. Gue bakalan malu sekebon kalo lo buka sekarang, haha."
"Lo nggak lagi ngelamar gue, 'kan?" tebak Elsa dengan nada penasaran.
Orion sontak memanyunkan bibirnya dengan alis menyatu. "Ya kali, El. Gue masih muda, dan nggak sekebelet itu," tepisnya.
"Terus apa kalo bukan tanda ngelamar?"
Orion terdiam sejenak sembari menggigit bibir atasnya, berlagak sedang memikirkan jawaban yang tepat untuk pertanyaan Elsa.
"Itu tanda pertemanan kita."
∞∞∞
Annyeong yorobun<3
Oke, setelah part ini, berdoa saja semoga kalian nggak ketemua sama Orion yang super receh lagi, dan berdoa aja semoga setelah ini, semoga kalian bisa bertemu dengan Orion yang serius. Say bye ke Orion yang super duper receh!! Ah, kalo kita langsung loncat ke konflik aja gimana?
Btw, thanks for waiting, thanks for reading, and thank for vomment<3
CiinderellaSarif (Cinde)
Istri Sah, dan Kesayangannya
Ji Chang Wook<3<3
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro