Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Zwanzig

Sejak pagi, awan mendung tampak setia membingkai langit, dibarengi dengan udara sejuknya. Bukannya bersungut, Orion malah merasa semakin senang saat ada angin-angin kecil yang menyapa setiap inci dari tubuhnya.

Meski begitu, Orion merasa bahwa hatinya sudah cukup hangat hanya karena mendapatkan senyuman dari seseorang yang ia temui di koridor pagi tadi.

"Senyum mulu, awas gila," tegur Alfa setengah mengejek. "O o pe es, o o pe es, Oops! Lo kan emang udah gila dari sononya."

Diejek seperti itu membuat Orion langsung mendorong Alfa agar segera menjauh.

"Jangan jatuhin mood gue. Gue murka tau rasa lo."

Begitu kata Orion setelahnya. Belum sempat Alfa kembali menimpali perkataan Orion, tiba-tiba Alfa mendapati sahabatnya itu sudah berjalan menjauh. Hal tersebut sukses membuat Alfa menggeleng takjub.

Alfa yakin, tujuan Orion pasti tidak lain, dan tidak bukan adalah perpustakaan.

Kebiasaan Orion yang satu itu, sudah Alfa hapal di luar kepala. Jika kelas mereka sedang berada dalam keadaan jam kosong, dan kebetulan mood Orion sedang dalam keadaan baik, Orion memang akan langsung menuju ke perpustakaan untuk belajar. Tetapi, sebaliknya. Jika semasa jam kosong itu, mood Orion berada dalam keadaan buruk, Orion tidak akan pernah mau menyentuh benda bernama buku, dan akan lebih memilih untuk tidur.

"Thanks, Elsa." Alfa bergumam lirih saat punggung tegap Orion benar-benar hilang dari jangkauan jarak pandangnya.

Alfa dapat merasakan bahwa posisi Ilona dalam hati Orion secara perlahan mulai tergeser. Ia sangat bahkan merasa yakin bahwa Orion tidak menyadari hal tersebut, karena memang pada dasarnya, pengalaman cinta Orion nol besar. Berbanding terbalik dengan pengalaman berorganisasinya.

"Dia nggak telat sadar aja udah bagus."

∞∞∞

"Jadilah pasangan hidupku,
Jadilah ibu dari anak-anakku,
Membuka mata, dan tertidur di sampingku--"

"BUNDA, ABANG NYANYI LAGU JOROK!!" jeritan Lala sukses membuat Orion yang tengah menyeduh teh hangat tersentak kaget sehingga hampir menumpahkan isi dari cangkir di tangannya.

"Astagfirullah, Lala. Nggak boleh nyebar fitnah!!" Orion menyangkal cepat sembari cepat-cepat membekap mulut Lala dengan telapak tangannya.

Lala memutar tubuh, lalu mendorong Orion menjauh. Gadis itu lantas mendelikkan matanya lebar-lebar dengan dagu terangkat, seolah menantang Orion.

"Tadi abang sendiri yang nyanyi lagu tidur di samping, tidur di samping. Kan nggak boleh!"

Gemas dengan perkataan yang meluncur bebas dari bibir sang adik, Orion pun melayangkan toyoran pada dahi Lala.

"Heh, bocah. Makanya, kalo nggak tau apa-apa, mending diem aja. Jangan sok tau."

Delikan Lala semakin menjadi-jadi. Merasa tak terima dengan toyoran Orion, Lala langsung membalas dengan melayangkan pukulan pada lengan Orion.

"KAK SHEA!!!! LALA DIJAHATIAN ABANG!!"

Keadaan berbalik. Gantian, Orion yang mendelikkan mata sipitnya lebar-lebar. Dalam waktu yang berdekatan, dia sudah difitnah dua kali oleh adik kandungnya sendiri.

"Demen banget ya situ fitnah sana sini. Mau jadi apa lo gedenya nanti, kalo kecil-kecil aja udah jago ngefitnah orang?" semprot Orion sambil bertolak pinggang. Ia menatap adiknya dengan tatapan sengit.

"Kok jadi Lala yang salah sih?! Cewek itu nggak pernah salah, tau?!" Gadis kecil itu berujar dengan nada sinis yang menyebalkan, seperti yang biasa Shea lakukan.

Spontan, Orion berdecih. Ajaran sesat yang dipraktikkan Lala ini pasti berasal dari Shea.

"Ada apa ribut-ribut di dapur? Kenapa nggak masuk kamar, dan belajar?" tanya Akbar yang baru saja memasuki area dapur.

Kegaduhan antara Lala, dan Orion langsung terhenti. Tatapan tegas Akbar membuat kedua anaknya diam tak berkutik, bahkan untuk bernapas saja, keduanya harus berusaha sedaya upaya agar tidak disangka mengengkus kasar.

"Kalian nggak ada pekerjaan rumah?" Akbar kembali bertanya, masih dengan nada tegas yang membuat Orion merasa sesak.

Orion lantas menggelengkan kepala untuk menjawab pertanyaan Akbar.

"Pekerjaan rumah Lala udah beres," timpal Lala takut-takut.

Sebelum Akbar sempat angkat bicara untuk yang kesekian kalinya, Orion pun menyela, "Orion ke kamar dulu."

Tanpa menunggu persetujuan Akbar, Orion melenggang pergi dengan dibuntuti oleh Lala. Pemuda jangkung itu sampai lupa membawa cangkir berisi teh hangat yang sudah ia seduh sedari tadi.

Sepeninggal Orion, dan Lala, Akbar menghembuskan napas panjang. Diam-diam ia merasa bersalah karena terlalu menekan anak-anaknya. Ia hanya tak ingin anak-anaknya turut merasakan kegagalan seperti apa yang ia rasa di masa lampau.

"Maafkan ayah."

∞∞∞

Setibanya di kamar, Orion langsung menghempas tubuhnya di atas kasur empuk bersprei hitam pekat. Ia terus berguling kesana kemari demi mencari posisi nyaman.

Pemuda itu lantas menghembuskan napas panjang sebelum akhirnya ia meraih ponselnya yang sudah memang sedari tadi tergeletak manis di atas nakas samping tempat tidur.

Pikirannya tiba-tiba saja melayang pada Elsa.

Hal itu tentu saja membuat Orion langsung membuka aplikasi pesan yang bewarna hijau di layar ponselnya, dan mencari nama Elsa.

: Orion Kalingga
Selamat malam, ratu:))

Elsa Azarine :
Selamat malam, si buruk rupa:|

: Orion Kalingga
Panggilan sayangnya terlalu menyakiti mata. Boleh minta ganti sama panggilan yg nggak?

Elsa Azarine :
Suka2 gue dong.
Kok jadi lo yang ngatur?

: Orion Kalingga
Please, Call me.........

Elsa Azarine :
Call me maybe??

: Orion Kalingga
Hehe, dikit lagi lawak
Tapi gpp,
gini aja gue ketawa kok.

Elsa Azarine :
What a cringe~~

: Orion Kalingga
Btw, besok sore free ga?

Elsa Azarine :
Yups. Why?

: Orion Kalingga
Gue mau ngajak lo jalan.
Only two of us.
Sekalian mau ada yang gue omongin sama lo, dan ini penting.

Elsa Azarine :
Gabisa lewat chat aja?

: Orion Kalingga
Gabisa dong.
Ntar mbak atau mas operatornya malah envy kalo mereka tau apa yang pengen gue obrolin sama lo.

Elsa Azarine :
Whatever
Jamber??

: Orion Kalingga
Jam 16:00WIB
No need to dandan
You're adoreable enough
just the way you are<3

Lima menit berlalu, namun, gadis itu tak kunjung membalas pesan Orion meskipun ia sudah membacanya. Alih-alih berkecil hati, Orion malah cengengesan sendiri membayangkan reaksi Elsa.

Waktu yang mereka luangkan untuk berchattingan memang sangatlah singkat, namun, tetap saja hal itu bisa membuat hati Orion merasa sedikit lebih tenteram dari yang sebelumnya.

Toh, Orion juga bukan tipikal lelaki yang suka berbual lewat aplikasi chattingan. Orion lebih senang berkomunikasi secara face to face.

Dengan itu, barulah sensasi dari butterfly syndrome bisa dirasakan dengan sangat jelas.

Cukup dengan Ilona ia merasakan kesemuan, tidak lagi Elsa. Orion tak ingin hal buruk yang lalu terulang kembali. Jatuh dua kali adalah hal yang buruk, oleh karena itu, Orion berusaha untuk memperbaiki langkahnya.

Setelahnya, Orion melirik ke arah kotak yang tergeletak manis di dekat lampu tidur, lalu mengulum senyum simpul. Pemuda itu tak menyangka kalau ia akhirnya bisa menjatuhkan pilihannya pada benda tersebut setelah sekian lama berkonsultasi dengan Mars.

Tak tahan dengan keheningan yang terus menjeratnya tanpa ampun, Orion pun akhirnya memilih untuk memutar lagu agar keheningan itu bisa lenyap dari sisinya. Dan, pilihan Orion jatuh pada lagu Imagination milik Shawn Mendes.

Lagu itu akhirnya berputar mengisi setiap penjuru kamar Orion. Bagaikan terhipnotis, secara perlahan, mata Orion pun terpejam dengan kedua tangan memeluk guling.

∞∞∞

"Apa perbedaan Fitness, dan Fitnah?
Kalo Fitness, ke gym. Kalo fitnah, kejam."

-Orion Kalingga Archandra-

∞∞∞

ELFAN ARYA SADAWIRA
Elfan : Berpengetahuan luas.
Arya : Terhormat.
Sadawira : Tak kenal takut.

Anak lelaki yang berpengetahuan luas, terhormat, serta tak kenal takut.

∞∞∞

Heyho, kita berjumpa lagi dong!!
Minta bantuan doa supaya Orion bisa saya publish sampai ending, ya🙏🏻

Selama baca cerita ini, menurut kalian, lagu apa yang cocok untuk mengiringi kisah perjalanan cinta Orion??

Thanks for waiting, thanks for reading, and thanks for vomment💕
Danke💙 Ich liebe dich💙

Salam manis dari
Singapura,
Agustus 2018.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro