Zehn
Orion menatap Shea sembari berlipat tangan di depan dada dengan wajah senewennya. Wajah Orion yang biasanya ceria, dan penuh humor, berubah menjadi benar-benar tak enak untuk dilihat. Bahkan si keras kepala Shea yang biasa berani menentangnya, kini menundukkan kepalanya, tak berani menatap kilat amarah yang terpancar di manik legam Orion.
Padahal, sebelum Shea datang bersama bibir jontornya, dan Adnan, Orion sedang bersenang-senang dengan kekasih kesayangannya yaitu buku pelajaran Antropologi. Tetapi, mood Orion langsung rusak saat ia melihat bibir bengkak Shea yang bida dipastikan bahwa penyebab utamanya tak lain, dan tak bukan adalah si keju sialan nan menyebalkan.
"Demi cinta lo ke cowok itu, lo sampai bela-belain makan keju?"
"Yon, namanya Kak Adnan, bukan cowok itu." koreksi Shea dengan nada pelan. "Ini juga nggak kayak yang lo pikir. Ini semua itu salah gue, murni kesalahan gue. Gue yang nggak nanya-nanya dulu, main langsung makan gitu aja. Kak Adnan benar-benar nggak tau apa-apa. Serius."
Orion mendesah frustrasi sekaligus geram mendengar pembelaan Shea.
"Lo boleh cinta sama orang, tapi jangan bego kayak gini."
"Nggak bego juga kali." elak Shea dengan nada bercanda.
"Gue nggak mau lo juga ngerasain apa yang pernah gue rasain. Sakitnya itu bukan main-main, Shey. Cukup gue, jangan lo."
Shea mengerucutkan bibirnya. "Gue nggak apa-apa, Yon. Ini pilihan gue, dan gue udah siap. Jadi, apapun konsekuensinya nanti, gue akan tanggung semuanya sendiri. Jangan khawatir. Lo cukup ada di samping gue, dan jadi tempat gue bercerita. Sisanya, biar itu menjadi urusan gue."
Penyakit cinta buta yang dulu menggerogotinya, kini berpindah ke Shea. Orion tak ingin Shea ikut merasakan bagaimana sakitnya berharap sendiri, dan cinta sendiri. Dampak yang ditimbulkan oleh cinta buta itu sangatlah menyakitkan, dan menyesakkan. Oleh karena itu, Orion berusaha menjaga Shea agar tetap aman.
"Shey.."
"Gue bakal baik-baik aja, Orion. Percaya sama gue."
"Susah ya ngomong sama orang yang lagi jatuh cinta." Orion memutuskan kontak matanya dengan Shea lalu memalingkan wajahnya ke sembarang arah agar adik kembarnya itu tak menangkap sorot tak rela di manik matanya.
"Jika kita sudah memutuskan untuk menjatuhkan hati kepada seseorang, maka itu artinya kita juga harus siap dengan segala konsenkuensi yang muncul nantinya."
Orion mengibaskan tangan ke udara dengan raut kesalnya. "Ya, ya, ya, terserah."
"Gue ingetin kalo lo lupa, lo juga pernah di posisi gue. Waktu sama si nenek sihir itu. Padahal--"
"Ilona lagi, Ilona lagi. Jangan belokin pembicaraan. Kita lagi omongin lo sama kak Adnan, bukan gue sama Ilona." sela Orion jengah. Mata sipitnya sontak terpejam selama beberapa detik ketika secara tiba-tiba saja bayangan tentang Ilona berputar di benaknya.
"Tapi gue benar, 'kan?"
"Nggak tau, dan nggak mau tau."
"Bibir gue lagi sakit gini, masak mau lo omelin terus sih?"
Orion memutar bola matanya malas. "Apa hubungannya bibir lo sama omelan gue?"
"Ya, tapikan--"
"Nggak ada tapi-tapian. Udah cukup, sekarang lo keluar dari kamar gue."
Shea mendelikkan matanya tak percaya. "Demi Lovato, lo ngusir gue?!"
"Kalo iya kenapa? Mau apa lo?" balas Orion sengit seraya mengangkat dagu. "Kamar juga kamar gue. Kenapa lo yang sewot?"
"Siapa yang sewot sih? Gue nggak nge--"
"Shhtt.. Shey, tolong keluar selagi gue masih ngomong baik-baik."
∞∞∞
Sepeninggal Shea, hanya selang sepuluh menit, Orion menyusul keluar dari kamarnya dengan tas ransel tersampir di satu pundak. Kaos hitam polos yang dilapis kemeja flanel bewarna hijau tua, dan celana jeans hitam lah yang menjadi pilihan pemuda berusia enam belas tahun itu untuk bepergian.
"Mau kemana?" tanya Kalista yang sedang bersantai di ruang keluarga bersama Shea. Spontan, gadis itu ikut menanti jawaban Orion dengan raut penasaran yang tak ketinggalan.
"Mau cari angin, Bun. Lagi malas seatap sama orang keras kepala." balas Orion sinis sambil mencium punggung tangan Kalista sopan.
Shea berdecak sebal, dan langsung menarik wajah masam saat sederet kalimat kalimat yang diuntai Orion masuk ke indra pendengarannya. Gadis itu sedang berusaha tak peduli dengan kata-kata Orion yang menyentilnya secara tidak langsung.
"Hati-hati ya. Jangan ngebut bawa motornya." pesan Kalista yang kemudian diangguki Orion tanpa membantah sepatahpun.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Pemuda itu melangkah cepat keluar dari rumah untuk menghampiri motor sport putih kesayangannya yang selalu setia menemani. Setelah menunggangi si putih, Orion bergegas menyalakan mesin motor sehingga mengeluarkan suara khasnya. Tak butuh waktu yang lama, Orion, dan si putih pun melesat meninggalkan perkarangan rumah.
∞∞∞
Tujuan Orion hanya satu, yaitu The Reading Room, kafe berfasilitas perpustakaan yang menjadi tempat favoritnya setelah perpustakaan Nusa Cendekia. Di kafe itu, Orion ditemani oleh segelas Ice Peach Tea, sepiring Onion Ring, dan sepiring French Fries. Tentu dengan earphone yang tersumpal di kedua telinganya sebagai pelengkap.
Tangan kiri pemuda itu tak tinggal diam. Ia sibuk mencari kontak seseorang untuk diajak chatting-an.
: Orion Kalingga
El, ini gue Orion.
Mau nanya dong.
Elsa Azarine :
Apa?
: Orion Kalingga
Lagi free nggak?
Elsa Azarine :
Knp?
: Orion Kalingga
Ayo sini ke TRR
Elsa Azarine :
Ngapain?
: Orion Kalingga
Kuy, ngedate
Muehehehe
Elsa Azarine :
Ndasmu-__-
: Orion Kalingga
Serius,
Gue tunggu lohXD
Setelah pesan tersebut terkirim, Orion pun kembali menjamah French Fries pesanannya dengan lahap. Ia tampak sedang berusaha menikmati me time-nya, dan berusaha mengenyahkan perasaan dongkol yang tercipta karena si keras kepala Shea dengan menyibukkan diri dengan makanan-makanan tersebut.
Tak lama, Orion bergerak mengeluarkan buku cetak Antropologi dari dalam tasnya. Belum sempat ia membuka bagian latihan soal, tiba-tiba saja ia merasa ada yang menepuk pundaknya dari arah belakang.
Orion menoleh. "Loh, El?"
Ternyata, yang menepuk pundaknya adalah Elsa, gadis yang baru saja ia ajak chatting-an. Gadis berwajah datar dengan aroma freshcare green tea itu berdiri tepat di belakang Orion dengan hoodie putih kebesaran yang dipadukan dengan celana jeans hitam.
Tanpa meminta izin terlebih dahulu, Elsa langsung saja mengambil tempat di sebelah Orion.
Tak berselang lama, seorang pelayan datang membawakan nampan berisi Ice Lychee Tea, dan sepiring French Fries yang sempat Elsa pesan sebelumnya.
"Lo baru datang?"
Orion baru bertanya setelah sang pelayan beranjak menjauh, dan setelah ia berhasil menetralisir keterkejutannya atas kemunculan Elsa yang sangat tidak diduga-duga.
Elsa langsung menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. "Nggak juga."
"Kenapa nggak bilang kalo lo juga lagi di sini?" tanya Orion.
"Lo nggak nanya." jawab Elsa sekenanya.
Mata Orion sontak saja menyipit dibarengi dengan kekehan ringan tanpa suara, sementara Elsa mulai memusatkan perhatiannya pada minumannya yang terus saja ia aduk-aduk menggunakan sedotan.
"Ini kita fixs nge-date?"
"Nge-date gigi lo bisulan."
∞∞∞
"Pernah sayang sama orang sampai bodoh. Berakhir dengan orangnya pergi, bodohnya nggak."
-Orion Kalingga Archandra-
∞∞∞
"Selamat menjalani ibadah puasa, semoga diberi kelancaran selama menjalaninya. Semoga juga saudara kita yang berada di setiap penjuru Indonesia selalu diberi keselamatan, dan selalu berada dalam perlindungan Tuhan Yang Maha Esa."
#PrayForIndonesia
🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻
The last, thanks for waiting, thanks for reading, and thanks for vomments🙏🏻
Danke💙💙
CiinderellaSarif (Cinde)
Istri Sah, dan Kesayangan
Ji Chang Wook💞
"Save the date, dan jangan lupa, siapkan pertanyaan terbaik kalian."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro