Vierundzwanzig
"Tos melambangkan bahwa keduanya sama-sama berjuang untuk menghasilkan suara."
∞∞∞
Pagi itu, setelah bersiap-siap, Orion berakhir dengan mematut dirinya di hadapan cermin besar yang ada di kamarnya. Ia menyugar rambutnya dengan tangan kanannya, lalu berdecak, "Yah, anak lelaki tunggal keluarga Archandra ini memang yang paling tampan di seisi rumah. Pak Akbar pun kalah."
Setelah mengurai kekehan geli, Orion pun keluar dari kamar, dan langsung menuju ke meja makan untuk menikmati sarapan pagi bersama, seperti biasanya.
Sesampainya di meja makan, Orion mendapati ada pemandangan yang tidak biasa. Lantas, iapun menyuarakan pertanyaan yang bercokol di benaknya pada Kalista, "Loh, Ayah, Tyas, sama Lala mana? Belum turun?"
"Mereka udah berangkat duluan," jawab Kalista sembari mengoleskan selai strawberry pada roti bakar di tangannya. Roti bakar berselai itu kemudian ia berikan kepada Orion yang langsung disambut baik, bahkan langsung dilahap oleh anak lelakinya itu.
"Pagi, Bunda!" Seorang gadis yang baru turun dari kamarnya berseru nyaring seraya memeluk Kalista erat, dan mendaratkan kecupan pada pipi sang bunda.
"Pagi, sayang," balas Kalista dengan senyum manis yang terus mengembang menghiasi wajah cantiknya.
Orion yang melihat itu spontan berdecih sinis.
Tentu saja decihan Orion itu tertangkap oleh netra Shea. Alih-alih ikut membalas decihan Orion, Shea malah dengan tenang mengambil tempat di sebelah Orion.
"Good moring, twin!" sapa Shea kelewat ceria.
Orion mengangkat sebelah alisnya tinggi-tinggi, menatap Shea heran.
"Kesambet apa lo nyapa gue semanis itu? Oh, jangan bilang lo abis ditembak sama tuan keju kesayangan lo itu? Iya kan? Kalo nggak, nggak mungkin lo sesemringah ini," tuding Orion setelah ia menenggak habis segelas susu hangat buatan Kalista.
Shea mendelik, kemudian gadis berambut sebahu itu langsung melayangkan tangannya dengan keras pada lengan Orion. Tentu pukulannitu menghasilkan ringisan keras dari mulut Orion.
Begitulah proses cekcok pagi dimulai.
Cekcok pagi yang jelas tidak bisa dilerai oleh Kalista yang kini hanya bisa mengulum senyum melihat tingkah kekanak-kanakan si kembar. Karena sudah terbiasa, bagi Kalista, tanpa cekcok pagi dari sang kembar, suasana rumah akan terasa sangat berbeda. Suasana ini, tidak akan lagi dapat Kalista rasakan jika anak kembarnya sudah memilih jalan mereka masing-masing.
"Astaga, Orion!! Rambut gue jadi berantakan nih!" Shea melayangkan protes pada Orion sudah mulai bertingkah usil, dan menyebalkan dengan mengacak-acak rambutnya.
Orion tergelak. Bahkan matanya sampai menyipit.
"Oke, oke, sini biar gue yang rapiin," sahut Orion dengan sisa tawanya.
Shea mengerucut, namun tetap menurut dengan perintah Orion. Gadis itu sontak memberikan Orion ikat rambut bewarna hitam sebelum ia berbalik badan, memunggungi Orion. "Jangan cuma dirapiin, tapi ikat juga."
Karena sudah terbiasa melakukan hal ini sejak kecil, maka, dengan cekatan, Orionpun mengarahkan tangannya mengumpulkan rambut Shea dalam satu genggaman tangan, dan kemudian mengikatnya.
"Dah, ayo berangkat."
∞∞∞
SMA Nusa Candekia's Blog
18 April 2017
Ditulis oleh Elsa Azarine Safira
Dia bukan pemuda tertampan seantero Jakarta,
Bukan juga pemuda terkeren sepenjuru sekolah.
Dia biasa saja, tapi aku tertawan.
Aku tertawan dengan dirinya yang selalu tampil apa adanya,
Tanpa ada yang dibuat-buat.
Tanpa dia sadari,
Dia mengenalkanku pada definisi bahagia,
Bahagia yang sederhana,
Bahagia yang apa adanya.
Sejujurnya, aku tertarik dengan penawaran yang telah ia berikan padaku.
Akan tetapi, aku belum sanggup untuk menerima hal tersebut.
Keenggananku bermuara pada satu hal, yaitu :
Ketakutanku sendiri.
Ketakutan akan akhir yang mengecewakan.
Ketakutan akan bahagia yang justru menghadirkan luka pada akhirnya.
Gadis berambut hitam sebahu itu menghela napas berat, sesaat setelah ia selesai membaca ulang puisi karangannya yang telah ia publikasikan di blog sekolah. Setelah keluar dari blog, dan mematikan nyala laptopnya, Elsa langsung menyimpan laptopnya di kolong meja.
Kemudian, ia beralih pada ponsel yang baru ia rogoh dari kantong seragam. Elsa meringis saat ia mendapati pesan singkat dari orang yang ia hindari masih menghiasi layar ponselnya.
Onion Kalingga :
Selamat pagi.
Jangan lupa sarapan.
Karena menghindar dari
gue butuh tenaga extra😉
Pesan itu sudah Elsa terima sejak ia menyelesaikan salat subuhnya. Namun, sampai sekarang, ia masih belum memiliki niatan untuk membalas pesan yang dikirimkan Orion tersebut.
Elsa tidak menyangka bahwa mengusir Orion tidak akan mempan jika hanya menggunakan kata-kata yang menjelaskan bahwa ia tidak nyaman, dan lain sejenisnya.
"Sa, ada yang nitipin ini buat lo."
Elsa terkejut ketika suara itu tiba-tiba menyapa indera pendengarannya tanpa permisi. Ia menoleh, dan mendapati Renika sudah duduk di sebelahnya sambil mengulurkan kotak bekal bewarna biru langit kepadanya.
"Dari siapa?" Elsa bertanya sambil menerima uluran kotak bekal tersebut.
Sebagai jawaban, Renika hanya mengangkat kedua pundaknya acuh tak acuh, seolah menyuruh agar Elsa mencari tau sendiri, siapakah gerangan pemberi kotak bekal tersebut.
Tatapan Elsa beralih pada kotak bekal biru langit di tangannya. Ketika kotak bekal itu berhasil ia buka, ia langsung mendapati selembar post it bewarna kuning tertempel di balik tutup bekal.
Gue yakin lo belum sarapan.
Ingat, menghindar dari gue
butuh tenaga extra loh hehe:D
Dihabisin ya:) ini dibuat pakai cinta.
Oh iya, jangan lupa kembalikan
Tupperwarenya, ok?
Itu tupperware kesayangan
Bunda hehe.
From your him<3
Elsa mengernyitkan dahinya sehingga kedua alisnya menyatu. Sepersekiansekon kemudian, Elsa mendengkus sembari merotasikan matanya jengah.
Elsa bangun, lalu berjalan cepat menuju ke pintu. Namun belum sempat kakinua melangkah keluar, gadis itu dikejutkan dengan berdirinya seorang pemuda di depan pintu dengan senyuman lebar yang entah kenapa terlihat sangat menggelikan di mata Elsa.
"Lo kan?" tuding Elsa dengan jari telunjuk yang menunjuk langsung lawan bicaranya yang ternyata adalah Orion.
"Kalo iya kenapa? Mau lo buang? Nggak baik tau, buang-buang makanan. Di luaran sana, masih banyak yang nggak bisa makan, atau bahkan belum makan entah dari kapan," balas Orion sesantai mungkin. Setelah itu, tangan Orion langsung menyilang di depan dada, membuat Elsa menghembuskan napasnya kasar.
"Bukan gitu, tapi lo nggak perlu repot-repot bawain gue bekal. Kalo ternyata gue udah sarapan gimana?"
"Ya tinggal lo makan pas jam istirahat. Apa susahnya?"
"Dan, kalo ternyata gue udah bawa bekal sendiri? Gimana?"
"Gue yakin, lo bukan jenis cewek yang mau diribetin sama bekal di pagi hari." Orion berujar dengan seringai jahil di wajahnya yang membuat wajah Elsa spontan memerah.
"Tapikan--"
"Aduh, tapi-tapiannya klise banget sih, neng. Udah ya, bentar lagi bel. Abang balik ke kelas dulu, mau piket. See you soon."
Tepat di akhir kalimatnya, Orion mengarahkan tangan kanannya untuk mengacak-acak lembut puncak kepala Elsa sehingga poni Elsa yang menutupi dahi ikut berantakan.
Bukannya mengamuk seperti biasanya, kali ini, Elsa malah membeku di tempat, bahkan sampai punggung Orion tidak lagi terlihat dalam jarak pandangnya. Entah mengapa, Elsa merasa seolah ada kawanan hewan liar yang berlarian kesana kemari di dalam perutnya saat tangan Orion hinggap di puncak kepalanya.
Seketika gadis dengan rambut sebahu yang terurai itu merasa mual.
Augh, inikah yang dinamakan zoo syndrome?
∞∞∞
Fast update kan? Wkwk
Jadi jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote, dan komentar yak👌🏻
Apa salahnya kita saling menghargai? Give, and take. Yah lebih kurangnya begitu ehe. Supaya lebih semangat aja sih ngetiknya wkwk.
Btw, thanks for waiting, thanks for reading, and thanks for vomments<3
CiinderellaSarif (Cinde)
Masih, dan akan selamanya
Menjadi Istri Sah dari
Ji Chang Wook<3
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro