Vier
Orion menatap sang Ayah dengan tatapan datar. Ia merasa jengah dengan obrolan tentang dunia kuliah yang memang tak pernah sekalipun menemukan titik terang. Berkat obrolan menyebalkan itu, Orion merasa pagi indahnya menjadi rusak, dan sarapan enak yang dibuat sang Bunda juga menjadi terasa hambar, serta tidak menarik lagi untuk disantap.
"Kapan sih Orion nggak nurutin Ayah?" Kali ini Shea Kanaka Archandra, sang adik kembar, yang baru selesai menelan makanan kunyahannya berbicara mewakili Orion. "Tapi, coba sekali ini, Ayah yang nurutin maunya Ion. Nggak ada salahnya juga 'kan?"
"Keputusan Ayah adalah keputusan yang Ayah yakini terbaik untuk anak-anak Ayah," ujar Akbar Khairil Archandra tegas.
"Tapi, Orion yang menjalani. Ayah harus tau, kalau jurusan yang Orion pengen itu juga bukan jurusan yang main-main, Yah. Orion pengen di Hubungan Internasional karena Orion ngerasa passion Orion di sana. Orion nggak mau ikutan tes CPNS, atau apalah itu."
Untuk yang pertama kalinya, seorang Orion Kalingga Archandra yang dikenal sebagai seorang anak lelaki terpatuh itu berani melakukan penolakan mentah-mentah atas perintah yang terjun bebas dari bibir sang Ayah.
"Ayah tau apa yang terbaik untuk anak-anak Ayah. Anak kecil seperti kamu tau apa sih?" Gerutu Akbar sambil terus menyantap sarapannya.
"Ayah, udah. Anak-anak jangan terlalu ditekan. Semakin mereka ditekan, semakin kuat juga mereka memberontak. Pelan-pelan aja," akhirnya, Kalista Anggini, sang Bunda menengahi perdebatan yang berlangsung sembari mengusap punggung tangan Akbar dengan lembut. Seolah berharap usapan tangannya bisa menenangkan.
"Ayah, Bunda, Orion berangkat dulu." pemuda berusia enambelas tahun itu bangun dari duduk tanpa menghabisi sarapannya. Ia lantas segera meraih tas ransel hitamnya, dan disampirkan begitu saja di pundak kanannya. "Shey, mau ba--"
"Gue bareng lo, tunggu." Sela gadis bernama Shea yang kemudian mengarahkan tangannya untuk meraih segelas susu hangat yang dibuatkan Kalista, lalu menenggak segelas susu tersebut sehingga habis tak bersisa.
Setelah itu, keduanya pun bergerak mengusap puncak kepala kedua adik perempuannya, Lala, dan Tyas yang tengah menikmati sarapan pagi, kemudian mencium tangan kedua orangtuanya dengan sopan sebelum akhirnya beranjak keluar dari rumah, dan menghampiri motor sport putih yang sudah dikeluarkan dari garasi.
"Yon, senyum dong, ah. Jangan masang muka butek gitu, ntar hari gue jadi ikutan suram." Tegur Shea sembari mencolek dagu Orion dengan telunjuk lentiknya. Mata gadis yang merangkap sebagai adik kembar sekaligus sahabat terbaiknya itu tampak memancarkan sorot jahil yang khas, sehingga mau tak mau, Orion akhirnya menyunggingkan senyum tipisnya.
Orion menghela napas berat. Ia segera meraih helm full face hitam yang sedari tadi bertengger manis di atas motornya, lalu menyahut ringan, "Gimana nggak butek, omongannya selalu aja berhasil bikin nafsu makan gue hilang."
"Gitu-gitu, Pak Akbar itu bokap lo, tau."
"Itu bokap lo juga, curut."
"Oh iya deng," Shea terkekeh di akhir kalimat seraya menepuk dahinya menggunakan telapak tangan dengan lembut. "Hampir aja gue jadi anak durhaka karena lupa pada fakta bahwa itu juga bokap gue."
"Lo emang yang terdurhaka dalam keluarga."
∞∞∞
Orion langsung menutup buku paket Bahasa Jerman di tangannya yang menjadi peneman setia jam kosongnya saat ia merasa ada yang menepuk pundaknya dengan cukup keras. Ketika Orion menolehkan kepala ke arah samping kanan, asal sumber suara, ia mendapati Alfa tengah menatapnya dengan wajah sok imut yang sudah menjadi ciri khas.
"Kenapa lo?" tanya Orion enteng.
"Gue lapar level akut, Yon."
"Kalo lapar, ke kantin. Ngapain juga lo ngadu ke gue? Emang gue nyokap lo?" Cerocos Orion sambil memasukkan buku paketnya beserta alat tulisnya ke kolong meja.
"Temanin atuh,"
Orion berdecak, "Sama Riga aja gih."
"Riga udah duluan sama Lyra."
"Yaudah, kalo gitu lo sendiri a--"
"Atuhlah, Yon."
"Nggak ah, mager."
Alfa berdecak sambil merotasi matanya sebal, "Teman macam apa sih lo? Gue kan cuma minta--"
"Astagfirullah. Iya deh iya," sela Orion seraya mengibaskan tangan besarnya di depan wajah Alfa sembari segera bangun dari duduknya.
Selalu begitu, meski awalnya menolak, pasti ujung-ujungnya, Orion akan lebih memilih untuk mengalah, dan menuruti keinginan si cerewet Alfa, daripada harus terlibat dalam perdebatan yang sudah jelas tak akan berpenghujung.
Saat Orion melangkahkan kaki keluar dari dalam kelas, mata Orion langsung menangkap sesosok gadis yang secara kebetulan juga baru keluar dari kelasnya dengan wajah ketus.
Gadis itu adalah Elsa Azarine Safira, dan senyum kecilpun kontan terbit di bibir Orion. Langkah Orion yang sebelumnya gontai mulai berganti dengan langkah penuh semangat.
"Elsa!" Seru Orion sembari melambaikan tangannya di udara.
Yang diserukan namanya secara spontanitas langsung menolehkan kepalanya ke arah sumber suara. Namun, alih-alih membalas sapaan, dan senyum yang dilontar Orion, Elsa malah melengos begitu saja ke dalam toilet cewek, meninggalkan Orion yang saat itu bersama Alfa.
Tindakan Elsa itu berhasil membuat Orion tertawa mendengus.
Ah, padahal baru beberapa hari yang lalu mereka saling berbagi meja, dan berbicara panjang lebar, tetapi hari ini gadis itu malah bertingkah seolah mereka tak pernah saling kenal.
"Lo kenal sama dia?" Tanya Alfa dengan rasa penasaran yang meluap-luap. Ia tak lupa merangkul pundak Orion agar tetap berjalan bersamanya menuju ke kantin.
"Dia ketua PMR Nuski. Masa nggak kenal? Gimana sih lo?"
"Jadi, dia itu sebatas teman, atau udah masuk ke tahap gebetan?"
Orion mengarahkan tangannya untuk menoyor kepala Alfa gemas, "Apaan sih lo, Fa?"
Bukannya menjawab rentetan pertanyaan yang ia terima dari Orion, Alfa malah balik bertanya, "Saling kenal, atau kenal sepihak nih? Tapi, dari reaksi yang tercetak di mukanya, feeling gue, lo itu cuma kenal sepihak deh."
"Bacot amat sih, Fa. Nggak jadi gue temenin nih," ancam Orion kesal.
"Ambekannya kambuh. Laki bukan sih?"
"Ya laki lah. Emangnya, lo pikir gue cowok kemayu?" sahut Orion ketus.
"Hehe, peace, Yon. Gue pikir lo mau nyanyi lagunya Twice. Seollenda Me likey, Me likey likey likey, Me likey likey likey, dugeundugeundugeun. Heart, heart."
Alfa menimpal sembari berjoget heboh memeragakan gerakan tarian yang pernah ia lihat di MV idol perempuan Negeri Gingseng kesukaannya, yaitu Twice.
Kelakuan ajaib Alfa itu ternyata berhasil membuat Orion mengerjap seketika dengan raut heran, dan mulut setengah menganga. Tak bisa Orion pungkiri lagi, perasaan geli, dan malu sudah bercampur menjadi satu, terlebih ketika ia sadar bahwa dirinya, dan Alfa kini menjadi pusat perhatian siswa siswi yang berlalu-lalang.
"Astagfirullah. Bukan teman gue."
Orion akhirnya memilih berbalik badan, dan langsung menata langkah seribu untuk meninggalkan Alfa dengan segala tingkah anehnya. Ia terus melangkahkan kakinya lebar-lebar sembari sesekali bergidik ngeri.
Orion sudah tak memiliki keinginan untuk menemani Alfa ke kantin. Orion juga tak peduli meski ia sudah hampir sampai di pintu kantin.
"Orion, kok ninggalin sih?! Kan katanya mau nemanin gue ke kantin!"
"Gue nggak kenal sama lo!"
∞∞∞
Semoga suka💙
Kira-kira, ada yang punya teman sejenis Alfa nggak?😂 Aku punya😂
Tapi rasanya, temanku sih nganuannya lebih parah lagi daripada si Alfa😂
Oh iya, jangan lupa follow orionkalingga, ilonaweigel, dan elsazarine_s di Instagram!!
Kalo mau difollback, dm aja. Mereka nggak makan orang kok😂
Selamat ber-satnite ria❣
Buat yang nggak punya teman kencan, anggap aja Orion teman kencan kalian❣ Orion siap kok😆
The last, thanks for waiting, thanks for reading, and thanks for vomments💙
Danke💙
Love you all so much❣
CiinderellaSarif (Cinde)
Istri sah, dan istri satu-satunya
Ji Chang Wook.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro