Sieben
"Nunkkocci tteoreojyeoyo,
Tto jogeumssik meoreojyeoyo,
Bogosipda Bogosipda,
Bogosipda Bogosipda."
Orion menyenandungkan lagu yang kerap dinyanyikan oleh teman sekelasnya dengan nada yang cukup pelan sambil berjalan keluar dari kamar mandi setelah mendekam cukup lama di dalam sana. Bulir-bulir air terus menetes dari ujung rambut Orion yang masih basah membuat pemuda enambelas tahun itu memindahkan posisi handuk yang tadi ia sampirkan di pundak kanan ke puncak kepalanya.
Setelah mengenakan sweater hitam yang dipadukan dengan celana denim selutut, Orion pun langsung keluar dari kamar. Bersamaan dengan handuknya masih setia menempel di puncak kepala.
Orion menyeret tungkai kakinya menuju ke dapur. Sesampainya ia di dapur, kedua mata Orion langsung berbinar riang melihat lauk-pauk yang terhidang di atas meja. Karena, selama mendekam di dalam kamar mandi, yang ada di pikiran Orion hanyalah sambal pare, dan sambal kentang buatan sang Bunda yang dari sebelum-sebelumnya memang sudah siap tersaji.
Hanya dengan tiga sendok sambal pare, empat sendok sambal kentang, sepiring nasi hangat, dan segelas air dingin, Orion sudah merasa seolah menjadi orang paling bahagia, dan paling beruntung sejagad raya.
"Kok handuknya belum dijemur sih?" tegur Kalista seraya mengambil alih handuk dari kepala Orion yang kini sedang dalam posisi sedikit menunduk.
"Sengaja. Biar ditegur Bunda," ujar Orion dengan nada manjanya. Kalista yang mendengar itu sontak mengulum senyum simpulnya, dan ia tak memilih untuk meladeni Orion lebih lanjut lagi.
Sementara Orion langsung membawa piring berisi nasi, dan lauk-pauknya ke ruang keluarga. Memang, jika harus makan sendirian, maka Orion akan lebih memilih untuk makan di ruang keluarga sembari menonton serial Upin Ipin kesukaannya.
Pemuda itu sudah siap untuk suapan pertama, namun, pergerakan Orion sontak terhenti saat suara melengking Shea mengisi indera pendengarannya.
"ORION, COKELAT GUE MANA?!"
Orion tak langsung menjawab. Satu dengusan kasar lolos dari bibir merahnya, lengkap dengan putaran bola mata yang sarat akan kejengahan.
"Udah gue telan," jawabnya santai.
Shea yang merasa tak terima mendengar jawaban santai kakak kembarnya itu langsung berlari mendekati Orion yang tengah duduk bersila di atas sofa.
"BALIKIN NGGAK?!"
"Jangan teriak-teriak bi--ARGH!!"
Tanpa aba-aba, Shea langsung menjambak rambut Orion dari belakang sehingga membuat pemuda itu berteriak heboh. Beruntung saja, piring berisi nasi, dan lauk-pauknya sudah ia amankan terlebih dahulu.
"ARGH, SAKIT WOY!! BUNDA, TOLONG!! ORION DISERANG DAJAL!!"
"BUNDA, COKELAT SHEY DICOLONG BUAYA GOSONG!!"
Pemandangan seperti ini sudah biasa terjadi dalam kediaman keluarga Archandra, jadi tak ada satupun yang mau mengambil pusing, apalagi sampai repot-repot menjadikan diri sukarelawan penengah perang dunia kesekian itu.
"Kakak sama Abang kapan sih dewasanya?" tegur Lala, adik mereka yang masih SMP setelah mengambil tempat di sofa yang berseberangan dengan Orion.
"ABANG UDAH DEWASA!"
"KAKAK UDAH DEWASA!"
Si kembar berseru secara bersamaan. Sepersekian detik kemudian, keduanya saling bertukar pandangan yang sarat akan kesinisan.
"JANGAN IKUT-IKUTAN YA LO!!"
"JANGAN IKUT-IKUTAN YA LO!!"
Lagi-lagi, sederet kalimat tersebut keluar bersamaan dari mulut si kembar tanpa direncanakan, membuat keduanya memalingkan wajahnya sembari mendengus kasar. Lala hanya bisa menggeleng takjub melihat reaksi kekanak-kanakan yang diperlihatkan Shea, dan Orion.
"Dasar bar-bar."
Dikatai bar-bar oleh Orion membuat mata Shea membulat tak terima, ia merasa sangat perlu membalas Orion dengan sesuatu yang bisa membuat pemuda itu diam tak berkutik.
"Dasar lo jomblo ngenes!"
"Mendingan jomblo daripada diselingkuhin."
∞∞∞
Orion meringis saat ia mendapati earphone yang baru Shea selamatkan dari Gara kini tergeletak di depan pintu kamar dengan keadaan yang sangat mengenaskan.
Hanya karena sebatang cokelat, earphone putihnya itu benar-benar berakhir tergunting menjadi beberapa bagian.
Orion tak menyangka Shea akan benar-benar menepati omongannya untuk membabat habis earphone tak berdosa tersebut.
"Dasar psikopat," gerutu Orion sembari berjongkok memunggut potongan-potongan earphone bernasib malang itu, dan langsung membuangnya ke tempat sampah.
∞∞∞
Beberapa hari sudah terlewati.
Perang dunia kesekian di antara Orion, dan Shea berujung menjadi perang dingin. Ya, Shea akhirnya mendiamkan Orion karena kesal cokelatnya habis tak bersisa. Tak peduli berapa kali Orion bolak-balik mendatangi kamar adik kembarnya itu, dan melakukan beberapa kehebohan, tetapi Shea tetap saja membungkam, tak berkutik seolah mulutnya sudah diberikan lem agar tak terbuka untuk merespon Orion.
Tentu, hal itu berhasil membuat Orion frustrasi, dan sedikit uring-uringan selama menjalani hari. Menurut Orion, efek perang dingin dengan Shea jauh lebih dahsyat daripada apapun yang ada di dunia.
Kini, pemuda yang baru saja selesai mengerjakan tugas Bahasa Inggrisnya itu bergerak menyandarkan punggung ke sandaran kursi. Kepalanya ia dongakkan untuk menatap langit-langit kamar yang ditempeli stiker glowing in the dark berbentuk bulan, dan bintang.
Pikirannya lagi-lagi menerawang ke gadis berambut sebahu yang tak lain adalah Shea.
Di sela terawangannya, secara tiba-tiba, sebuah ide cemerlang pun terbit di benak Orion bersamaan dengan ilustrasi bohlam yang berpendar dengan sangat terang.
Kedua sudut bibir Orion tertarik membentuk senyum semringah. Ia segera bangkit, dan meraih jaket denim yang biasa ia kenakan saat bepergian. Tujuan Orion adalah supermarket yang lokasinya tak jauh dari kompleks perumahan tempat ia tinggal.
Tak berselang lama, Orion kembali ke rumah dengan tangan kanan menenteng keresek putih berisi beberapa batang cokelat berukuran besar yang jelas harganya tak tanggung-tanggung.
"Shey!"
"Hoy, Shealand."
"Wahai adinda kesayangan kakanda, tapi bohong, tolong buka pintu."
Orion terus berceloteh seraya menggedor-gedor pintu kamar Shea dengan gaya rusuhnya yang khas.
"BERISIK!!" sembur Shea galak tepat saat pintu kamarnya ia buka.
Karena kaget disembur tanpa aba-aba, Orion pun mundur beberapa langkah sambil tangan kirinya mengelus dada. "Untung aja gue nggak punya penyakit jantung. Kalo punya, pasti gue lewat."
Pandangan Orion kembali pada wajah Shea yang masih menampilkan ekspresi garang, tanpa berkata apa-apa, Orion langsung melempar keresek putih bawaannya ke wajah Shea.
Gadis itu mengaduh, dan siap mengamuk, namun langsung ia urungkan saat ia mengetahui apa isi dari keresek yang dilempar Orion ke wajahnya. Mata Shea sontak berbinar. Ada rasa bahagia yang menyelimuti hatinya, ia tak menyangka Orion akan mau mengeluarkan uang banyak untuk mencairkan hatinya kembali.
"Tuh, gue ganti rugi cokelat yang kemarin. Udah gue lipat gandain malah," kata Orion sambil mengusap tengkuknya canggung.
Bukannya berterima kasih, Shea malah mengerucutkan bibirnya, lalu merengek dengan nada manja yang sukses membuat Orion bergidik ngeri, "Kurang, Yon."
Orion mendelik mendengar penuturan Shea. Perasaan canggung yang sempat menyelimutinya spontan menguap, berganti dengan perasaan kaget yang tidak biasa. "Kurang lo bilang? Gila, dompet gue sampai terkuras gini, lo masih bilang kurang?"
"Ya, tapikan sekarang gue pengen McDonald."
"Gue lapor Ayah nih."
Shea berdecak sebal, "Kan lo yang salah. Kenapa jadi gue yang dilaporin?"
"Lo malakin gue."
"Jangan pelit sama adik sendiri. Ntar rezeki lo seret loh. Lagian, tega lo liat gue kelaparan? Tega lo liat gue ileran?"
"Cih, dasar perut karet."
"Atuhlah, Yon."
Orion memutar bola matanya jengah, dengusan kasar tak lupa untuk mengiringi rotasi matanya. "Yaudah, pesan antar aja. Ntar gue bayar."
Senang mendengar kata-kata Orion, Shea langsung menghambur ke Orion, dan mendekap kakak kembarnya itu dwngan perasaan girang yang meluap-luap.
"SAYANG ORION!"
"Ada McDonald, Abang disayang. Nggak ada McDonald, Abang ditendang."
∞∞∞
Jangan lupa Istigfar:)
-Orion Kalingga Archandra-
∞∞∞
Semoga suka, dan terhibur💙
Part ini spesial OrionShea ya hehe😁
Yang kangen Elsa atau Ilona, diharapkan untuk bersabar dulu.
Btw, kepanjangan nggak sih?
Bagusnya, update part selanjutnya hari apa? Sabtu atau Minggu?
Last, thanks for waiting, thanks for reading, and thanks for vomment💙
CiinderellaSarif (Cinde)
Istri sah, dan kesayangannya
Ji Chang Wook💙
"Kecayankan acuu xx"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro