Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Sechzehn

Ketika kakinya masuk ke dalam ruang UKS, Elsa langsung disuguhi pemandangan yang sangat tidak mengenakkan mata. Pemandangan tersebut sukses membuatnya memutar bola mata jengah disertai helaan napas kasar.

"Ngapain lo di sini? Sakit otak juga?" Elsa bertanya dengan nada sarkas pada seorang perempuan yang sedang berdiri tegak di dekat ranjang khusus pasien.

Elsa tidak bisa menemukan keberadaan Indah di UKS. Bisa-bisanya perawat itu membiarkan muda-mudi berlawanan jenis di hadapannya itu berdua-duaan. Setelahnya, Elsa pun langsung menghampiri Orion yang tengah menyandarkan punggung di kepala ranjang, lalu mengulurkan kresek berisi nasi bungkus kepada pemuda tersebut. Bukannya diambil, Orion malah menatap Elsa dengan tatapan memelas yang sukses membuat Elsa mengernyit bingung.

"Suapin," rengek Orion manja, sehingga membuat kedua gadis yang berada di depannya itu mendelik kaget.

"Makan aja sendiri. Jangan sok manja, tangan lo juga baik-baik aja," ketus Elsa dengan nada yang jelas sangat tidak santai. Ia melirik Orion, dan Ilona silih berganti sebelum akhirnya berdecak keras.

"Biar aku aja, jangan Elsa." Gadis berambut panjang yang tidak lain, dan tidak bukan adalah Ilona itu berujar sambil segera merebut kresek berisi nasi bungkus, dan air mineral tersebut dari tangan Elsa. "Elsa juga harus duduk di depan. Dia sibuk."

Elsa yang merasa jengah dengan tingkah kekanak-kanakan Ilona hanya bisa merotasi kedua bola mata dengan disertai dengkusan kasarnya yang khas.

Orion dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Kamu nggak higienis," kata Orion santai.

Mendengar itu, Elsa tak bisa menahan bibirnya untuk tidak meloloskan dengkusan singkat yang sarat akan ejekan. Elsa tidak tau kenapa, ia merasa ada perasaan yang asing membuncah di hatinya tepat saat Orion menolak Ilona. Lantas, saat ia bermaksud akan kembali ke meja perawat, tiba-tiba saja, kata-kata Ilona lagi-lagi menggagalkan pergerakannya.

"Aku bisa cuci tangan, dan pakai hand sanitizer kok! Kamu nggak usah khawatir."

Elsa menoleh. Gadis itu kembali melirik Ilona sinis. "Higienis yang dia maksud itu bukan tangan lo, tapi hati lo. Hati lo 100% nggak higienis," katanya kemudian.

Mata Ilona membola, tatapannya tak berpindah dari Elsa. Ilona menatap Elsa seolah Elsa adalah kelinci kecil yang akan ia mangsa. Saking kesalnya, kulit wajah Ilona yang bewarna putih pucat tampak memerah. "How rude you are!"

"Apa lo liat-liat? Lo pikir gue pisang?" sergah Elsa tak kalah sengit.

"Heh?! Lo--"

"Ini UKS, bukan hutan. Jadi, kalo lo mau teriak-teriak, silakan keluar." potong Elsa datar sebelum Ilona sempat menyelesaikan ledakan emosinya.

Orion yang berada di tengah-tengah antara Elsa, dan Ilona tampak frustrasi. Ia datang ke UKS dengan niat istirahat dengan tenang, namun yang ia dapatkan bukanlah ketenangan, melainkan pening yang semakin menjadi-jadi.

Mau makan aja mesti ada drama kayak gini.

"Pokoknya--"

"Ehem, permisi."

Ada suara berat nan asing yang tiba-tiba menginterupsi sehingga Ilona tidak sempat menyelesaikan kalimatnya. Tepat si pemilik suara berat selesai bertutur, Ilona tampak kaget, dan langsung saja melepas keresek berisi nasi bungkus, dan air mineral yang tadi ia rebut dari Elsa.

"Kamu ngapain di sini, Na?"

"Eh, Resta!" Ilona tampak gelagapan sendiri.

Sementara Orion langsung memejamkan kedua matanya rapat-rapat sebelum akhirnya mendesis kecil. Dalam diam, Orion berharap Resta tidak salah paham dengan apa yang ia lihat.

"Tadi aku dengar kabar kalo Orion ke UKS, jadi aku ke sini buat jengukin. Eh, ternyata, dia malah ngotot minta aku suapin dia. Dia nggak mau makan kalo bukan aku yang suap," tutur Ilona berusaha meyakinkan Resta. Gadis itu menghampiri Resta, kemudian melingkarkan kedua tangannya di lengan Resta, seolah sedang meminta perlindungan.

Orion kaget, tidak terkecuali Elsa.

Gadis berambut panjang tersebut benar-benar memutar fakta agar Orion yang terlihat mengemis perhatiannya.

Resta menatap Ilona, dan Orion silih berganti. Rahangnya terkatup rapat-rapat.

"Lo belum bisa move on dari cewek gue?" tanya Resta pada Orion.

Orion bingkas bangkit dari posisi duduknya di atas ranjang UKS. Orion berdiri tepat di depan Resta, lalu menyamakan tingginya dengan pemuda yang berstatus sebagai pacar Ilona itu.

"Gue memang pernah suka sama Ilona, tapi gue nggak serendah itu buat mengemis cinta dari cewek yang jelas-jelas sudah memiliki pasangan."

Ilona tersentak mendengar penuturan Orion. Ia tidak pernah menyangka bahwa ia akan mendengar langsung kata-kata tersebut dari mulut Orion. Ilona langsung menghunus tatapan tajamnya ke Elsa. Ia yakin bahwa gadis itulah yang menjadi pemicu munculnya sederet kalimat tak terduga dari bibir Orion.

Seketika itu juga, napas Ilona sontak memburu.

"For your information, cewek lo yang tiba-tiba nyamperin ke sini, dan dia juga yang ngotot suapin cowok gue. Sekarang mendingan, kalian berdua keluar. Orion harus makan," timpal Elsa sambil bersidekap, memunculkan kesan angkuh.

Belum selesai kaget dengan pemutaran fakta yang dilakukan Ilona, kini Orion kembali dikejutkan dengan ucapan yang terlontar dari bibir Elsa. Tak bisa dipungkiri, Orion merasa darahnya berdesir pelik saat kalimat tersebut hinggap di indera pendengarannya. Belum lagi daerah wajah hingga kupingnya yang terasa menghangat.

Orion juga merasa seolah seisi kebun binatang berpindah ke perutnya, dan berlarian kesana kemari tak tentu arah. Ia tidak bisa menyebut ini adalah butterfly syndrome, melainkan zoo syndrome.

Parah. Zoo syndrome-nya ngajak gelut.

∞∞∞

Bel pulang sekolah sudah berdering sangat nyaring sejak lima belas menit yang lalu. Orion baru keluar dari kelas setelah ia mendapat pesan konfirmasi bahwa Shea akan pulang sedikit lebih telat karena ada urusan yang harus ia selesaikan bersama Ranya, salah satu anggota Saltz.

"Kunci motor lo mana?" tanya Alfa sembari menadahkan tangan di hadapan Orion.

Alis Orion terangkat. Wajahnya menampilkan ekspresi bingung.

"Sok melas banget sih, kayak anak kucing kecebur got," komentar Auriga yang berada di sisi kanan Orion. "Tadi lo yang ngerengek minta diantar pulang."

"Oh iya!"

Setelah menepuk dahinya beberapa kali, Orion segera merogoh saku celana krem yang ia kenakan untuk mengeluarkan kunci motor dari dalam sana. Tak menunggu lama, kunci motor tersebut berpindah ke tangan Alfa. Ketiganya kemudian berjalan bersisian menuju ke parkiran Nuski.

Sementara itu, Elsa duduk di halte yang biasa dijadikan sebagai tempat menunggu jemputan dengan earphone yang tersumpal di kedua sisi telinganya. Sesekali kepalanya bergerak mengikuti irama lagu berjudul Now milik TroubleMaker yang mengalun mengisi indera pendengarannya.

Gadis itu baru terlonjak kaget saat ia merasa ada gumpalan kertas yang hinggap di lengannya. Ia lantas mendongakkan kepala untuk mencari pelaku pelemparan gumpalan kertas.

Tepat kepalanya terangkat, saat itu juga manik hazelnya bertemu dengan manik hitam pekat yang tidak asing lagi. Ternyata, pelaku, dan pemilik manik hitam legam tersebut adalah Orion. Ternyata, pemuda itu tidak sedang sendiri, ia bersama Alfa.

Alfa tampak memegang kendali kepala motor, sementara Orion duduk manis di belakang Alfa.

Secara spontan, Elsa mematikan lagu yang masih mengalun di pendengaran, kemudian bangkit dari duduknya.

"Nunggu siapa?" tanya Orion tanpa basa-basi.

Tidak berselang lama, Elsa pun memalingkan wajahnya, dan memutuskan kontak mata di antara mereka. Ketika akan menjawab pertanyaan Orion, Elsa bisa merasakan kedua pipinya menghangat. Namun, segera dinetralisir kembali wajahnya agar tidak sampai di penglihatan Orion.

"Nunggu jemputan."

"Gue antar pulang, yok."

Elsa melirik Orion sekilas. "Lo sendiri diantar sama teman, sok-sokan nawarin diri ngantar gue pulang."

Mendengar cibiran Elsa, Orion sontak menegakkan punggungnya. "Gue bisa kok, ngantar lo pulang. Demam gue nggak seberapa," elak Orion sembari mengibaskan tangannya di udara. "Al, turun, Al."

Alfa yang duduk di depan Orion menoleh, ia menatap Orion dengan tatapan tak percaya. "Orion gitu, ya sama Fafa? Tadi aja ngerengek minta Fafa antar pulang, giliran depan Elsa aja Orion ngusir-ngusir Fafa."

Elsa tertawa mendengus seusai mendengar penuturan Alfa. Sebelum Orion sempat angkat bicara menukas perkataan Alfa, Elsa menginterupsi, "Nggak usah repot-repot. Mas Sakti udah on the way kok."

"Beneran nggak mau gue antar?"

Elsa mengangguk. Barulah setelahnya ia kembali duduk.

"Kalo gitu, gue temanin sampai jemputan lo datang aja. Gimana?"

Tanpa sadar, Elsa mengulas senyum tipis sebagai tanda bahwa ia setuju untuk menerima penawaran Orion. Senyum tipis itu ternyata berhasil membuat senyum Orion semakin mengembang disertai perasaan gembira yang meluap-luap.

∞∞∞

"Let me try to win your heart."

-Orion Kalingga Archandra-

∞∞

Hallo!! Ada yang rindu??
Hehe, terakhir aku update tanggal 1, sekarang udah tanggal 15 aja:"

Maaf untuk keterlambatannya, sekarang aku sedang dalam masa UAS yang menyiksa jasmani, dan rohani:")
Sebagai gantinya, aku kasi part dengan jumlah words yang hampir menyentuh angka 1400:" semoga kalian nggak mual, dan sakit mata baca part ini:")

Satu kata untuk Elsa?

Btw, kalo boleh tau, kalian team ending di wattpad, atau ending di novel nih?? xixi😁😁

Last, thanks for waiting, thanks for reading, and thanks for vomment🙏🏻
Danke💙

CiinderellaSarif (Cinde)
Istri Sah, dan Kesayangan
Ji Chang Wook💙

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro