Sechs
: Elsa Azarine
G usah jmpt.
Tepat setelah pesan singkat untuk orang yang biasa disebut supir pribadinya itu terkirim, Elsa pun langsung mengantongi benda pipih tersebut, dan mulai melangkah dengan santai. Namun, tiba-tiba saja Elsa mulai hilang keseimbangannya saat ia merasa ada yang menjegal kakinya.
Elsa spontan memejamkan kedua matanya seolah sudah bersiap dengan rasa sakit yang akan ia rasakan ketika menghempas lantai. Tetapi, bukannya merasa sakit, Elsa malah merasa ada tangan yang menarik lengannya sehingga ia bisa kembali berdiri, dan tak jadi terhempas di atas kerasnya lantai.
"Apa-apaan sih?!" Alih-alih berterima kasih, Elsa malah menyentak kasar sambil merentap kembali lengannya yang tadi digenggam oleh seorang pemuda berperawakan tinggi.
Tatapan tak bersahabatnya pun terpancar dengan jelas.
Bukannya takut, atau membalas sergahan Elsa, Orion si pelaku penjegalan kaki Elsa itu malah terkekeh geli sehingga mata sipitnya semakin hilang.
"Lo kan yang jegal kaki gue?!" tuding Elsa geram.
"Yang ada di sinikan cuma lo, dan gue, jadi ngapain nanya lagi?" Orion menggidikkan bahu dengan sebelah alis terangkat.
"Kalo gue sampai jatuh, gimana?! Kan malu!"
"Ntar tinggal gue bantu," Orion menjeda kalimatnya demi helaan napas pendek, "Bantu ketawain, maksudnya."
"Sinting."
Elsa mendorong Orion agar pemuda itu lekas menjauh darinya. Gadis itu terus berdecak untuk meluahkan rasa kesalnya yang tak berkesudahan karena keanehan Orion.
Elsa benar-benar tak mengucapkan terima kasih kepada Orion yang telah menyelamatkannya, karena ia lebih memilih untuk mengutamakan kekesalannya.
Ia memalingkan wajahnya dengan gerakan angkuh yang membuat Orion tersenyum geli.
Seolah belum puas melihat gadis berwajah ketus itu mencak-mencak karena kesal, Orion mengarahkan tangannya untuk menarik pelan ujung rambut Elsa yang dikuncir rapi.
"Ternyata, lo adorable banget kalo lagi mencak-mencak."
Dijahili oleh orang yang tak ia kenal baik tentu membuat delikan Elsa semakin lebar. Elsa lantas mengenyahkan tangan Orion dari ujung rambutnya. Bibirnya tak bisa berhenti mencibir pemuda tinggi yang tingkat kewarasannya sangat ia ragukan itu.
Sementara Orion terus mengikuti langkah Elsa. Pemuda itu berjalan beriringan dengan si pemilik wajah ketus tak terkira itu sambil sesekali melirik ke arah gadis itu.
"Hati-hati, Elsa. Kalo jatuh, jangan lupa panggil gue. I'll be there as soon as possible."
"Dasar gila."
∞∞∞
Elsa baru keluar dari UKS setelah semua anggotanya beranjak menjauh. Sebagai ketua, ia memang diberi kepercayaan untuk memegang kunci basecamp ekskul kesehatan. Hal itu membuat Elsa menjadi orang terakhir yang akan keluar dari ruangan untuk memastikan basecamp mereka benar-benar terkunci, dan aman.
Elsa menarik napas dalam-dalam sebelum ia hembuskan dengan pelan. Setelahnya, Elsa merogoh saku seragamnya untuk mengeluarkan ponsel beserta earphone yang akan menjadi pengusir rasa sepi. Setelah kedua telinganya terpasang earphone, Elsa langsung mengarahkan ibu jarinya untuk memilih salah satu dari sekian banyak lagu yang ada di dalam playlist-nya.
Ternyata, pilihan Elsa jatuh pada lagu For You yang dipopulerkan oleh Chen, Baekhyun, dan Xiumin, yang tak lain adalah personil boyband asal Korea Selatan bernama EXO.
Sesampainya Elsa di depan gerbang sekolah, gadis itu mendapati seorang pemuda tengah duduk di atas motor sport bewarna hitam tanpa mengenakan helm. Sesaat kemudian, tatapan mereka bertemu tanpa disengaja.
Tak berselang lama, Elsa bertindak untuk memutuskan kontak mata mereka, membuat pemuda itu langsung turun dari atas motor, lalu berjalan menghampiri Elsa.
Sementara, Elsa yang tak ingin didekati langsung memutar badan, melangkah menjauh. Jelas, langkah Elsa kalah dengan pemuda pemilik motor sport yang memiliki langkah panjang-panjang. Pemuda itu menarik tangan Elsa sehingga gadis itu memutar tubuh, dan menatap lurus ke arahnya.
"Mau apa lagi lo?"
Pemuda itu menghela napas frustrasi, lalu menjawab, "Gue mau lo dengarin penjelasan gue dulu."
"Penjelasan apa lagi sih, Van?"
"Gue sama Widia nggak ada apa-apa."
Elsa tertawa mendengus setelah ia mendengar penuturan yang dituturkan Kevandra Diponegoro, yang tak lain, dan tidak bukan adalah mantannya yang ia putuskan karena ketahuan berselingkuh.
"Simpan aja omongan lo buat Widia. Gue nggak butuh."
Saat dirasa cekalan Kevan di pergelangan tangannya semakin mengeras, Elsa langsung mengarahkan kakinya untuk menendang tulang kering Kevan sehingga cekalan itu terlepas. Kevan yang tak menyangka akan mendapat tendangan itu sontak saja meringis kesakitan.
"Udah cukup lo bodohin gue, udah cukup lo sakitin gue. Gue nggak mau lagi, gue capek, Kev."
"Nggak, lo nggak boleh pergi tanpa izin dari gue!"
Alis Elsa menukik saat Kevan kembali menahan pergelangan tangannya, tetapi kali ini lebih keras dari yang sebelumnya.
"Lo gila ya? Sejak kapan gue harus izin sama lo dulu kalo gue emang mau pergi? Emang lo ada izin sama gue waktu lo jalan sama Widia, waktu lo jadian sama Widia?" Elsa bertanya dengan nada santai, namun, penuh penekanan.
"Lo nggak boleh pergi, Sa!"
"Kev, lepas. Jangan ngedrama di sini."
"Gue nggak bakalan--"
Kata-kata Kevan terhenti saat ada tangan asing yang mengenyahkan tangannya dari pergelangan Elsa. Tak hanya Kevan yang diserang perasaan terkejut, tetapi Elsa juga.
Gadis itu tak menyangka pemuda yang ia ragukan tingkat kewarasannya itu masih berada di area sekolah, dan kini mengulurkan tangannya lagi.
"Jangan ganggu cewek gue, dan tolong jangan bikin drama di sini." Orion menyembunyikan tubuh mungil Elsa di belakang punggungnya agar tak lagi terjangkau Kevan.
Lirikan Orion berpindah dari Kevan ke Elsa. "Lo pulang bareng gue."
Sebelum terjadi drama yang berkelanjutan, dan sebelum Kevas juga sempat membuka suara, Orion langsung memilih opsi untuk menggiring Elsa ke parkiran motor bersamanya.
∞∞∞
"Makasih."
Orion menatap gadis yang baru turun dari motornya itu lama-lama, sebelum akhirnya ia mengulas senyum terbaiknya. "Sama-sama."
"Maaf ngerepotin."
Orion terkekeh singkat, lalu menyahut, "Nggak ngerepotin kok. Oh iya, maaf juga tadi kalo gue lancang ngaku-ngakuin lo sebagai cewek gue."
"Eh, nggak apa-apa."
"Lo nggak keberatan?"
"Nggak."
"Kalo jadi cewek gue beneran gimana?"
Elsa merotasikan kedua bola matanya jengah. "Dikasi hati, minta jantung."
"Berjanda, El."
"Bodo amat."
Orion mencebikkan bibirnya, meninggalkan kesan imut yang tak disadari Elsa. "Kasian ya si Amat, dikatain bodo terus sama orang-orang."
"Terserah, suka-suka lo aja." ketus Elsa sambil berbalik badan dengan niatan meninggalkan Orion di tempat.
Namun, pergerakan Elsa terhenti saat Orion mengeluarkan sederet kalimat berunsur pertanyaan. "Lo nggak ada niatan nyuruh gue masuk dulu?"
"Nggak."
"Jahat banget sih."
Gerutuan Orion berhasil membuat Elsa kembali mendekatinya, meskipun dengan wajah yang semakin ditekuk. "Kita nggak sedekat itu sampai lo harus mampir ke rumah gue, jadi jangan bertingkah seolah kita kenal dekat."
"Sekarang memang kita nggak dekat, tapi siapa tau kedepannya kita ditakdirkan untuk bersama, meski sesaat."
∞∞∞
Semoga suka, dan terhibur💙
Kalo kata pepatah, tak kenal maka tak sayang. Jadi, kita kenalan dulu dong, biar bisa saling sayang. Nama kalian siapa, dan dari kota mana?
Last, thanks for waiting, thanks for reading, nd thanks for vomments🙏🏻
Danke💙
CiinderellaSarif (Cinde)
Istri satu-satunya Ji Chang Wook.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro