Neunzehn
"All I need is a little love in my life,
All I need is a little love in the dark,
A little but I'm hoping it might kick start,
Me and my broken heart."
Lagu yang mengalun lewat earphone membuat Orion ikut bersenandung kecil sambil berjalan ke arah motornya yang ia parkirkan di parkiran barat. Tangan kanannya ia benamkan dalam kantong celana kremnya, sementara tangan kirinya sibuk menggoyangkan kunci motornya sehingga menghasilkan suara kecil.
Di hadapan Orion, Geigi tampak sedang asyik bertukar cerita dengan Mars yang memang sudah sejak tadi menunggu Geigi untuk pulang bersama.
Kalau harus diingat-ingat, sejak sidang selesai, Orion diberikan amanah khusus oleh Akbar untuk pergi, dan pulang sekolah bersama Shea. Jika tidak mau terkena dampak sidang, Orion harus menuruti keinginan Akbar.
Orion menatap lurus ke arah matahari berona jingga yang hampir tenggelam di ufuk barat sembari tersenyum tipis. Hari ini, Orion pulang sedikit telat dari biasanya dikarenakan harus menghadiri rapat mingguan Pramuka, sehingga ia harus membuat Shea ikut menunggu.
"Sye!" Orion berseru sambil melambaikan tangannya pada Shea yang tengah menunggu di atas motornya. Pemuda itu kemudian, mempercepat langkahnya mendekati Shea, dan si kuda putih.
Shea membalas lambaian tangan Orion dengan cengiran lebar. Cengirannya kelewat lebar hingga terlihat sangat menyeramkan di mata Orion. Gadis itu tampak berusaha keras untuk kembali ceria, dan menyebalkan seperti sediakala.
Nyengir aja serem. Kok bisa sih, gue punya kembaran yang senyumnya serupa dengan badut film IT gini?
Sepersekian detik kemudian, Orion langsung ngeh, kalau ada yang tak beres dari cengiran lebar Shea itu.
"Yon, McDonald ya?"
Binggo! Sudahku dugong!
Orion berdecak. "Nggak ada McDonald. Langsung pulang. Gue capek," kata Orion sambil memasang helm fullface ke kepalanya.
"Drive thru kan bisa," bujuk Shea. Gadis itu mengalungkan kedua tangannya di lengan Orion dengan wajah sok imutnya yang terlihat menyebalkan di mata Orion.
Orion tetap menggeleng, berlagak seolah ia tetap teguh dengan pendiriannya. Dia segera mengenyahkan tangan Shea yang bergelayutan di lengannya dengan sekali tepis. Setelahnya, Orionpun memasangkan helm ke kepala Shea yang masih mencebik seperti anak kecil yang tak dituruti keinginannya.
"Delivery deh. Ya, ya, ya?"
"Awkarin makan papaya di siang hari yang cerah. Ya, ya, ya, terserah. Dasar pemaksa."
Di akhir kalimatnya, Orion tiba-tiba memutar bola matanya seperti yang sering Elsa lakukan, lalu mendengkus juga seperti yang sering Elsa lakukan.
Beruntung, kelakuan Orion itu tidak tertangkap oleh kedua mata Shea. Jika saja gadis itu melihat Orion secara tiba-tiba melakukan sesuatu yang tidak biasa, mungkin ia akan langsung menendang tulang kering Orion berkali-kali, atau mencubit pinggang Orion dengan cubitan kepiting mautnya yang khas.
Membayangkannya saja, Orion sukses dibuat merinding. Maka dari itu, Orion pun bergegas menyalakan mesin motornya, dan meminta Shea untuk segera naik ke atas motor. Tak berselang lama, kuda putih milik Orion pun melaju keluar dari gerbang utama sekolahan yang sudah akan ditutup itu.
∞∞∞
Elsa yang baru saja akan melewati parkiran sekolah secara spontan menggigit bibir bawahnya, ia berusaha untuk menekan perasaan asing yang menyelinap ke hatinya saat ia disuguhi pemandangan indah yang terpampang jelas di depan mata.
Manik hazel Elsa hanya berpusat pada seorang pemuda yang berdiri disinari semburat jingga kemerahan. Sebenarnya di sana, tidak hanya ada pemuda itu, namun, di penglihatan Elsa, semua yang disekitar pemuda itu menjadi seolah tidak terlihat.
Padahal sebelumnya, Elsa sedang berada dalam pengaruh bad mood akut setelah berbicara empat mata dengan Ilona di taman belakang sekolah. Namun, kekesalannya benar-benar menguap begitu saja saat melihat pemandangan yang tersuguh di hadapannya.
Kini, jantung Elsa sontak berdebar tak tentu arah, dan terus berdetak kencang seolah akan lepas, lalu bergelinding kesana kemari.
Elsa dibuat terkesima karena sosok pemuda tersebut terlihat sangat sureal pada masa itu. Pesona yang terpancar benar-benar membuat Elsa merasa waktu seakan telah terhenti hanya untuknya.
Namun, semua itu tak berlangsung lama, pemuda tersebut harus beranjak meninggalkan parkiran dengan membonceng seorang gadis. Sepeninggal pemuda tersebut, sekoloni burung di langit jingga melintasinya, tampaknya ikut bersiap untuk pulang ke sarangnya.
"Hati-hati."
∞∞∞
: Orion Kalingga
Caca mareca ehe🥁
Do you wanna play a snowman?
Dum tak dum dum dum tak🥁
Elsa Azarine :
Jangan mulai deh.
: Orion Kalingga
Emangnya lo mau mulai duluan?
Elsa Azarine :
Nggak.
: Orion Kalingga
Yaudah, biar gue aja yang mulai
Lo tinggal duduk yang manis
Biar makin manis<3
Elsa Azarine :
Gue emang manis.
Hati-hati, lo bisa kena diabet.
: Orion Kalingga
Kalo lo penyebab diabetnya,
Gue sih nggak masalah XD
Elsa Azarine :
Najis Jijay Norak-____-
Orion langsung cekikikan setelah ia selesai membaca pesan balasan dari Elsa. Ia menggulingkan badannya ke kiri, dan ke kanan untuk mencari posisi nyaman. Tentu sambil terus cekikikan.
Entah kenapa, reflek saja, raut kesal yang disertai decakan, dan rotasi bola mata yang menjadi ciri khas seorang Elsa terbayang begitu saja di benak Orion. Membuat perut Orion terasa geli, dan ia semakin tak bisa berhenti cekikikan.
Meski begitu, Orion tetap lanjut mengetikkan balasan untuk Elsa.
: Orion Kalingga
Lo nggak abis jatoh kan?
Elsa Azarine :
Nggaklah
: Orion Kalingga
Kalo gitu,
berarti lo bisa jalan kan?
Elsa Azarine :
Ya iya bisalah-___-
: Orion Kalingga
Sip. Siap-siap gih.
Setengah jam lagi gue jemput<3
Begitu pesannya terkirim, dan terlihat pesannya langsung mendapatkan centang dua bewarna biru, Orion segera bangkit dari posisi rebahannya. Ia menyambar handuk yang tergantung di pintu dengan kecepatan kilat.
Tanpa menunggu balasan dari Elsa yang masih mengetik, dia langsung ngacir ke kamar mandi. Orion benar-benar merasa sangat percaya diri bahwa gadis ketus itu tidak akan mampu menolak ajakannya.
∞∞∞
"Gue pikir lo bercanda," kata Elsa sambil berpeluk tubuh. Ia berkali-kali memindai tampilan Orion yang sangat enak dipandang.
"Tipuan kuno. Kalo lo pikir gue bercanda, lo nggak mungkin udah siap serapi ini," goda Orion yang direspon dengan dengkusan kasar oleh Elsa.
Sejak lima menit yang lalu, Orion berdiri di depan pintu rumah Elsa dengan kaos oblong bewarna putih yang dipadukan dengan jaket jeans bewarna biru langit, dan celana jeans bewarna hitam. Sementara itu, Orion juga tampaknya sedang terpukau dengan penampilan tak biasa dari seorang Elsa.
Jika biasanya Elsa akan mengenakan sweater, atau kemeja kebesaran yang dipadukan dengan celana jeans, maka kali ini berbeda.
Saat ini, Elsa berdiri di hadapan Orion dengan mengenakan dress selutut berwarna merah muda, dan dipadupadankan dengan jaket jeans bewarna biru tua.
"Nggak takut kedinginan?" tanya Orion sambil melirik kaki Elsa yang tak terbalut kain.
Ditanya seperti itu, wajah Elsa langsung merona merah. Tangan Elsa yang sudah terkepal langsung saja mengenai lengan Orion sehingga membuat Orion nyaris meringis.
"Jaga mata, jangan lirik yang aneh-aneh!"
Orion terkekeh. Matanya menyipit, membuat Elsa seolah kehabisan oksigen selama beberapa detik.
"Gue perlu izin sama nyokap, dan bo--"
"Nggak usah. Mereka masih di rumah sakit, dan mereka nggak akan peduli soal gue pulang jam berapa, pergi kemana, pergi sama siapa. Selagi gue bisa menuhin ekspetasi mereka yang setinggi gunung Everest," potong Elsa secepat mungkin.
"Ngomongnya pelan-pelan aja bisa kali, neng. Gue hampir aja nggak bisa bedain, tadi itu, lo ngomong, atau lo ngerap ala Suga BTS, dan Chanyeol EXO."
Elsa memutar bola matanya yang dibarengi dengkusan sebal, seperti biasa.
Tanpa berkata apa-apa, gadis itu masuk ke dalam rumah tanpa mempersilakan Orion untuk ikut masuk. Namun, selang lima menit, Elsa kembali keluar. Hanya saja, kali ini Elsa tidak sendiri. Elsa terlihat membawa keluar buntalan imut yang terlihat sangat menggemaskan di mata Orion.
"Elfan, say hi dulu ke Kak Orion," pinta Elsa dengan nada lembutnya sembari mengusap rambut adik kecilnya.
"Hai kak Yoyon!"
Mata Orion langsung berbinar. Ia tampak senang melihat buntalan imut yang sangat menggemaskan di depan matanya saat ini. Pemuda bertubuh tinggi itu lantas berjongkok, berusaha menyamakan tingginya dengan Elfan.
"Yon, gue boleh request rencana jalan kita nggak?"
Orion mengalihkan pandangannya dari Elfan ke Elsa sekilas, lalu pandangannya kembali lagi ke Elfan yang masih menatapnya dengan binar riang yang menenangkan hati. Sebelum Orion sempat merentangkan tangannya, Elfan sudah lebih dulu meluru, dan langsung memeluk leher Orion seerat yang dia bisa, membuat Orion terkekeh.
"Boleh."
"Ke taman bermain aja, boleh?"
Orion menggeleng. "Di mall aja. Gue rasa di sana bakal lebih aman, sekalian makan malam. Gue udah makan sih, tapi gue pengen makan bertiga. Kayaknya bakal seru."
∞∞∞
"All these door, but you still couldn't let me in."
-Orion Kalingga Archandra-
∞∞∞
Btw, ada yang bisa nebak apa pokok obrolan Elsa, dan Ilona di taman belakang sekolah?
Btw again, Aku ngetik part ini tepat sebelum gempa hebat 7 sr mengguncang Lombok, yang berdampak juga ke Bali, dan Sumbawa. Niatnya publish setelah makan malam, ternyata kenyataan berkata lain. Gempa lebih dulu mengambil langkah. Aku sampai nggak sempat bawa hp, nggak sempat pakai sandal, dan aku juga sempat kepisah sama keluarga.
Kalo diingat-ingat, kejadiannya hampir mirip dengan drama korea yang judulnya D-Day.
Aku pikir bakal mati di jalan, dan nggak akan berjumpa dengan keluarga yang lain serta kalian semua hehe. Tapi ternyata, Allah masih memberi aku kesempatan untuk bernapas, untuk berkumpul dengan keluarga, dan menyapa kalian💙
Alhamdulillah🙏🏻
Pokoknya yang ada di Lombok, Bali, dan Sumbawa stay safe ya🙏🏻
Semoga kita semua tetap berada dalam lindungan Yang Maha Esa🙏🏻
Ich liebe dich💙
#PrayForNTB
Thanks for waiting, thanks for reading, and thanks for vomment🙏🏻
Danke💙
CiinderellaSarif (Cinde)
Istri Sahnya Yayang
Ji Chang Wook💙
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro