Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Fünfzehn

Orion Kalingga :
El, gue mau minta obat, boleh?

: Elsa Azarine
Obat apa?

Orion Kalingga :
Obat demam:((

: Elsa Azarine
Ke uks aja

Orion Kalingga :
Gue ga mau ke uks kalo bukan lo yang jaga:((

: Elsa Azarine
Gue di uks, dodol

Orion Kalingga :
Siap 86!

Elsa meletak benda pipih yang sedari tadi berada di genggaman ke atas meja. Setelahnya Elsa beranjak ke etalase obat-obatan. Diraihnya kotak persegi panjang yang tak lain, dan tak bukan adalah obat pereda demam.

Sesaat setelah Elsa kembali duduk, seorang pemuda bertubuh tinggi pun masuk ke dalam UKS dengan wajah semringah.

"Hai, El!!" sapa pemuda tersebut penuh semangat. "Perawatnya mana?"

Dengan wajah datarnya, Elsa memandangi pemuda tersebut dengan tatapan menilai, dari ujung rambut, sampai ujung kaki. Ia tidak menemukan tanda-tanda deman seperti yang sempat dikeluhkan pemuda tersebut dalam pesan singkatnya.

"Lagi ke ruang tata usaha. Oh, gue udah siapkan demaco--"

"Gue udah nggak demam lagi."

Kedua alis Elsa langsung bertautan. Sejurus kemudian, gadis berwajah dingin itu menatap Orion dengan tatapan bingung. "Ajaib... Kok bisa?"

"Soalnya, muka lo itu obatable banget sih. Cuma butuh sepersekian detik, dan abracadabra, demam gue langsung hilang."

Pupil Elsa melebar sesaat setelah sederet kalimat tersebut mengisi indera pendengarannya. Kedua pipi gadis itu memerah. Tak ingin Orion sadar akan semburat merah yang menghiasi kedua pipinya, Elsapun menundukkan kepala dengan kedua tangan yang saling meremas di atas paha.

"Ngomong bahasa apaan sih?"

"Bahasa kalbu. Jadi, cuma--"

"Dilarang berisik. Kalo lo pengen nyerocos, balik gih ke habitat lo."

Orion terkekeh. Entah kenapa, ia merasa seolah ada perasaan aneh yang membuncah-buncah saat gadis dingin itu bersuara, atau sekedar menatapnya sekilas. Tak peduli berapa kali ia berusaha berpikir keras untuk menemukan jawabannya, hasilnya tetap sama.

Orion tidak berhasil menemukan jawaban yang sebenarnya.

Tiba-tiba, Elsa meraih tangan Orion.

Orion terkejut, sehingga harus membelalakkan matanya. Ia benar-benar tak menyangka gadis itu sampai menarik, dan menggenggam pergelangan tangannya. Pasalnya, Orion pikir Elsa tidak begitu menyukai skinship antar lawan jenis.

"Bawa obat ini buat jaga-jaga," kata Elsa seraya meletakkan satu kantong kresek ziplock berukuran kecil di telapak tangan Orion.

Orion memiringkan kepalanya bingung. "Jaga-jaga? Maksudnya gimana, El?"

"Siapa tau, ntar demam lo kambuh lagi. Daripada harus repot bolak-balik ke UKS, mending bawa obat," terang Elsa setenang mungkin.

"Repot apanya? Gue malah senang bolak-balik UKS ketemu sama lo," tukas Orion tak kalah tenang meski wajah, dan kupingnya tampak memerah.

Elsa meneguk ludahnya susah payah, lalu menatap Orion dengan tatapan tajam yang telah susah payah ia atur.

"Tolong tulis nama lo di buku daftar pengunjung, abis itu pergi," ketusnya. Tepat di akhir kalimat, gadis itu spontan memalingkan wajahnya sembari mendengkus kasar.

Bukannya menurut, Orion malah menopang dagunya di atas meja dengan seringai jahil.

"Kalo gue nggak mau, gimana?"

"Harus mau. Gue sih ogah banget nulisin nama lo. Gue nggak mau kena kutukan."

Pemuda itu menggeleng, tanda ia bersikeras untuk tetap menetap bersama Elsa.

Gadis itu memutar bola matanya jengah. Ia akhirnya membenarkan dugaannya kemarin-kemarin. Berinteraksi dengan Orion memang sangat menguras tenaga sehingga dibutuhkannya tenaga ekstra.

"Mana bisa pasien diusir begitu. Pasien harus mendapatkan perawatan," kata Orion yang kemudian bersidekap dengan wajah sok seriusnya.

Elsa mendelik. "Mana--"

"Ya ampun, ini lagi ada apa sih? Suara kalian itu kedengaran sampai ke ujung koridor, tau?" Seorang wanita berumur akhir duapuluh dengan seragam putih khas perawat yang baru masuk ke dalam UKS menginterupsi kata-kata Elsa.

"Mbak Indah..." Elsa menurunkan nada bicaranya. Bahkan, sorot yang tadi tajam tampak melunak saat bertatapan dengan wanita yang tidak lain, dan tidak bukan adalah perawat UKS Nuski tersebut.

"Elsa, kenapa pasiennya malah diajak debat sih? Kenapa juga nggak disuruh tiduran?" tanya Indah pada Elsa.

"Mana ada pasien kayak dia. Dia itu pasien abal-abal, Mbak." Begitu aduannya selesai, bibir gadis itu tampak mengerucut sebal.

Dan tentu saja, pemandangan tersebut adalah pemandangan yang sangat langka menurut Orion. Sehingga pemuda tersebut harus diam-diam mengulum senyumnya sendiri sambil berusaha meredam perasaan asing yang terus membuncah-buncah tak karuan.

Tak berselang lama, tatapan Indah berpindah ke Orion, membuat pemuda itu secara spontan menegakkan posisi duduknya.

Tiba-tiba juga, ia merasa gugup discanning seperti itu oleh sang perawat langsung. Setelah nyalinya terkumpul, barulah Orion angkat bicara dengan nada memelas, "Aku beneran sakit, Mbak."

Demi memastikan ucapan Orion, Indah sampai mendaratkan punggung tangannya ke dahi Orion.

"Hangat," putus Indah. Lantas, tatapan Indah beralih ke Elsa, "Papah ke kasur gih."

"Ogah," tolak Elsa mentah-mentah.

"Lo nggak kasian sama gue? Gue sakit loh."

Sederet kata-kata bernada miris yang keluar dari bibir Orion disambut dengan desisan sinis oleh Elsa. "Bodo amat. Lagian, kaki lo masih berfungsi dengan baik, kan? Yaudah, jalan sendiri, jangan manja."

"Elsa," tegur Indah tegas.

Elsa menyelipkan rambut lurusnya ke belakang daun telinga, kemudian berpeluk tubuh.

"Ya ampun, Mbak Indah. Yang sakit itu otaknya, bukan kakinya. Jadi, mbak nggak usah khawatir kayak gitu."

Indah menyikut lengan Elsa gemas, berharap supaya gadis itu bisa berhenti menggerutui Orion yang notabenenya adalah pasien.

"Orion ini salah satu pasien spesial kita, Elsa. Nama sekolah kita bisa jadi tambah harum karena siapa? Ya, karena juara olimpiade bahasa Jerman yang satu ini," kata Indah penuh semangat.

Yang dipuji, malah sibuk terkekeh sendiri. Orion merasa sangat bahagia ketika Indah memutuskan untuk berada di pihaknya. Kekanak-kanakan memang, namun, itulah yang terjadi.

Elsa sudah akan angkat bicara, namun, Indah kembali menyela, "Kalo kamu nggak mau papah Orion ke kasur, biar Mbak aja. Tapi sebagai gantinya, kamu yang ke kantin beliin Orion nasi."

Elsa bisa melihat dengan sangat jelas seringai penuh kemenangan di mata Orion yang dibarengi dengan sorot puas. Meski begitu, Elsa tetap tidak bisa untuk menolak titah akhir dari sang ratu penguasa UKS.

"Hati-hati, Elsaku. Tenang saja, kakanda akan menjagamu dari kejauhan," tutur Orion sok serius yang dibalas decakan keras oleh Elsa.

Dengan berat hati, Elsapun segera keluar dari UKS. Tujuannya tak lain, dan tak bukan adalah kantin. Mau, tak mau juga, Elsa harus berbelanja di kantin lantai satu, yang mana adalah kantin tersebut biasanya dipenuhi oleh anak kelas sepuluh.

Sementara itu, Orion yang sudah ditinggal sendirian, langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur khusus pengunjung. Alih-alih merasa bersalah telah merepotkan Elsa, Orion malah merasa senang.

Aneh. Jika dulu, Orion akan sangat sungkan merepotkan Ilona, maka kini, Orion malah sangat senang merepotkan Elsa.

Yang lebih anehnya lagi, rotasi mata jengah, dengkusan kasar, bahkan sentakan garang Elsa seolah menjadi sesuatu yang sangat menyenangkan buat Orion. Merasa geli dengan debaran gila yang terus berdetak melebihi batas normal, Orion menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan besarnya seraya terkekeh.

"Jangan sampai gila, Orion," gumam Orion pelan.

Tidak lama kemudian, Orion mendengar ada suara jejak kaki dari luar UKS. Secara reflek, Orion langsung menebak bahwa itu adalah Elsa yang sudah kembali dari kantin. Namun, ketika si pemilik jejak kaki tersebut menampakkan diri, senyum Orion sontak memudar.

Orion kecewa ketika tebakannya meleset. Orion kecewa ketika sadar yang datang bukanlah Elsa, melainkan orang yang sangat tidak ingin untuk ia temui saat ini.

"Orion!"

∞∞∞

"Kadar alkohol dalam senyuman lo itu berapa persen sih? Kenapa gue bisa sampai semabuk ini?"

-Orion Kalingga Archandra-

∞∞∞

Hai, maaf tak secepat harapan. Aku nggak sangka kalo ternyata tugasku sebegitu menyita waktu, menyita kebebasan, dan sebegitu menumpuknya:" jangan bosan menunggu Orion ya, friendz🙏🏻

Semoga semua saudara kita yang sedang berada di penjuru daerah rawan bencana diberi keselamatan, dan selalu berada dalam lindungan Yang Maha Esa🙏🏻 Aamiin🙏🏻

Thanks for waiting, thanks for reading, and thanks for vomments🙏🏻
Danke💙

CiinderellaSarif (Cinde)
Istri Sah, dan Kesayangan
Ji Chang Wook💙

Bonus :

Kechayankannya acu xx

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro