Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Fünf

"Wahai matematika, jangan terus-terusan minta tolong ke gue buat nyari si X. Gue muak dengan semua drama persamaan lingkaran, apalagi limit trigonometri," keluh Orion seraya menjambak rambutnya frustrasi.

"Jujur, selama gue jadi anak sekolah, cuma lo yang berani recokin gue, maksa gue untuk memikirkan permasalahan lo. Lagi, dan lagi, lo selalu mencari X, dan Y." Kali ini, Alfa yang menimpal. Raut yang tampak di wajah Alfa tak kalah frustrasinya dengan riak di wajah Orion.

Auriga menghela napas kasar, lalu melanjutkan kata-kata Alfa, "Relain aja sih. Mungkin X, dan Y udah bosan sama lo, makanya mereka ngilang terus. Nggak usah dicari lagi. I'm done."

"Gue terlahir bukan untuk mengerti apalagi memahami matematika."

Orion menutup buku cetak matematikanya dengan keras. Ia merasa tak sanggup lagi melihat angka-angka beserta rumus-rumus yang ada dalam buku cetak tersebut lebih lama lagi.

Jika Orion menahan diri lebih lama untuk terus memelototi isi dari buku cetak tersebut, Orion yakin, sepersekian detik kemudian, otaknya akan meledak, dan berubah bentuk menjadi butiran debu.

Matematika beserta sederet mata pelajaran lainnya yang berhubungan dengan angka, dan rumus adalah hal yang sangat dihindari Orion. Meskipun dikenal pintar, Orion akan selalu memilih untuk menghindar atau bahkan menyerah jika harus berhadapan dengan kedua hal tersebut.

Orion tak akan sanggup, jadi, biar yang lain saja.

Saat Orion melempar pandangannya ke arah koridor, dahinya langsung mengernyit, membuat kedua alis tebalnya menyatu membentuk satu garis lurus bewarna hitam pekat. Ia melihat adiknya, Shea berjalan di depan kelasnya sambil tertawa lepas dengan kedua pipi yang merona.

Tidak, Orion sedang tidak berpikiran bahwa Shea gila karena nyatanya, gadis itu tidak dalam keadaan sendirian. Ia bersama dengan pemuda yang Orion temui di kantin beberapa waktu lalu. Orion berasumsi, Shea tertawa sebegitu lepasnya karena candaan yang diuntai pemuda di sampingnya itu.

"Yon, itu tadi Shea sama siapa?"

"Sama... Adam? Adonan? Ad... ah, entahlah. Pokoknya anak kelas duabelas," jawab Orion tanpa minat.

"Shea biar sama gue aja, daripada sama orang antah berantah gitu," celetuk Alfa yang kemudian dihadiahi jitakan keras di bagian dahinya oleh Auriga.

"Emang lo pikir Orion mau punya ipar kayak lo?"

"Terus kalo lo sama adik gue, Betta mau lo kemanain? Buang ke laut? Gue aduin tau rasa lo."

Ya, Betta Syanindita adalah kekasih dari Alfa. Keduanya sudah menjalin hubungan sejak awal kelas sepuluh, dan masih awet sampai sekarang. Itu menjadi bukti, meski Alfa lebih sering berkelakuan aneh, tetapi pemuda itu ternyata menyimpan sisi handalnya dalam urusan menggaet hati perempuan. Tak seperti kedua sahabatnya, Orion, dan Auriga.

Lemah, dan payah.

∞∞∞

"Elsa, ntar pulang sekolah temankan gue ketemu Kak Arsen dong."

Permintaan yang berasal dari suara cempreng gadis berambut hitam sepunggung berhasil membuat kunyahan Elsa berhenti. "Ngapain?"

"Lo tau kan kalo jepretan Kak Arsen itu juara?"

Elsa mengangguk singkat sebelum kembali melanjutkan aktivitas kesukaannya, yaitu mengunyah es batu.

"Nah, gue pengen, sekali aja difoto sama dia. Anggap aja sebagai kenang-kenangan sebelum dia lulus."

"Jepretan Yasa juga bagus."

"Yasa? Anak ekskul jurnalistik yang sensian itu?"

"Iya, sebelas duabelas."

Renika menggelengkan kepalanya ke kiri, dan kanan dengan cepat. "Nggak, ah, mukanya aja udah nyolot banget. Big no. Mending dicuekin, daripada digalakin. Final, gue maunya Kak Arsen aja, titik."

"Emang lo berani sama Kak Lavina? Dia kan posesif banget tu sama Kak Arsen, ntar disangka lo mau godain Kak Arsen lagi." Kali ini, Gista, yang duduk di depan Renika angkat bicara dengan nada sinis. "Mau lo dikata pelakor?"

"Ye.. Kak Arsen sama Kak Lavina kan udah putus. Jadinya, Kak Lavina udah nggak punya hak apa-apa lagi."

Sebelah alis Elsa kontan terangkat seusai ia mendengar kata-kata pembelaan yang dituturkan Renika, sahabatnya. "Gosip dari mana?"

"Itu adalah berita yang sedang hits. Seantero Nuski lagi ngomong itu kali. Lo berdua aja yang kurang update," cibir Renika.

Dicibir sedemikianrupa, Elsa pun langsung merotasikan kedua bola matanya seraya mendengus kasar. Ia pribadi merasa tak ada faedahnya mengetahui gosip remahan rengginang seperti itu, toh tak akan bisa menguntungkan dirinya.

Sementara Gista langsung memasang ekspresi senang karena kakak kelasnya yang tampan, dan cool itu akhirnya resmi menyandang status jomblo setelah sekian lama terborgol oleh si posesif Lavina.

"Kalian mau gebet Kak Arsen? Mimpi kalian itu ketinggian. Kalo jatuh, dan kesakitan, perlu gue ketawain nggak?" Seusai mengeluarkan kata-kata bernada sinis dari bibir mungilnya, Elsa langsung bangun, dan menata langkah menjauh dari kedua temannya yang kini sudah mulai mengeluarkan sumpah serapah karena merasa dongkol.

Elsa yang tak mau mengambil pusing pun terus saja mengarahkan kedua kakinya menuju ke basecamp khusus anak PMR yang letaknya di lantai satu.

∞∞∞

"Permisi."

Elsa yang tadinya menyibukkan diri dengan men-scroll up, dan men-scroll down layar ponsel yang menampilkan beranda Instagramnya itu sontak mengalihkan pandangan ke arah sumber suara, menatap lurus tamu yang kini sudah masuk ke dalam ruang UKS.

"Oh, iya ada apa?"

"Mau minta betadine. Tadi aku jatuh. Terus, lutut sama telapak tangan aku luka," ungkap gadis berseragam olahraga tersebut sambil sesekali meringis kesakitan.

"Duduk dulu."

Elsa segera mengambil cairan NaCl yang berguna untuk membersihkan luka, betadine untuk mengobati luka. Setelahnya, Elsa mendekati gadis berseragam yang duduk di kursi khusus tamu.

Dengan cekatan, Elsa menggulung celana olahraga gadis itu sehingga ke atas lutut, dan langsung membersihkan luka lecet yang menghiasi bagian lutut menggunakan cairan NaCl.

"Kamu Elsa ya?" tanya gadis itu sambil sesekali meringis akibat rasa perih yang ditimbulkan oleh cairan pembersih luka tersebut.

Elsa menghentikan sejenak pergerakan tangannya, lantas mendongakkan kepala untuk menatap pasiennya itu. "Iya. Kenapa?"

"Nggak kenapa-kenapa, kok." Ia menggelengkan kepalanya dengan senyum manis yang terulas di bibir merahnya.

Setelah mendapatkan jawaban, Elsa akhirnya kembali melanjutkan aktivitasnya mengobati luka lecet di bagian lutut dan telapak tangan pasiennya tersebut.

Tak butuh waktu yang lama, Elsa sudah selesai dengan tugasnya. Lutut, dan telapak tangan gadis itu sudah dibersihkan, bahkan sudah siap diberikan betadine.

"Lukanya nggak gue tutup, ya? Luka lecet doang kok," kata Elsa seusai mengembalikan botol-botol yang berisi cairan NaCl, dan betadine itu ke tempat semula. "Tapi ini hansaplast buat lo."

"Iya, nggak apa-apa kok. Makasih banyak ya."

Di akhir kalimatnya, gadis itu menggerakkan tangan kanannya untuk merapikan anak rambut yang menghalangi pandangannya.

Elsa tersenyum singkat sebelum kembali menetralkan raut wajahnya seperti biasa, yaitu raut datar. "Nama, kelas?"

"Ilona Yasmine Weigel. Sebelas IPS satu."

∞∞∞

Semoga suka💙

Sengaja update sekarang, takutnya Sabtu atau Minggu malah nggak sempat. Soalnya masih terjebak dalam masa UTS. Oiya, buat adek2 yg lagi UNBK, semangat yakk!!

Btw, ada yang belum difollowback sama Orion, Elsa, dan Ilona?

Thanks for waiting, thanks for reading, and thanks for vomments💙
Danke💙

CiinderellaSarif (Cinde)
Kesayangannya Ji Chang Wook💙

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro