Elf
Orion menopang dagunya dengan telapak tangan di atas meja sembari matanya terus mengamati Elsa yang sedang sibuk dengan es batunya. Tiba-tiba, suatu topik menarik pun muncul di benak pemuda itu sehingga ia pun memutuskan untuk kembali bersuara, "Elsa, lo mau dengar sesuatu nggak?"
"Dari tadi gue udah dengarin suara berisik lo yang ngoceh ngalur-ngidul. Jadi, nggak usah minta izin lagi, nggak guna."
Orion memasang cengiran lebarnya, seolah ia tak pernah merasa sangat kesal sebelumnya.
"Kalo lo masih jadi Cinderella kayak dalam puisi lo itu, mungkin motor gue bisa jadi kuda putih buat lo. Tapi, karena lo udah nggak jadi Cinderella lagi, dan udah berubah menjadi Elsa Frozen, dengan senang hati, motor gue jadi Olaf buat lo. Gimana? Lo senang nggak?"
Elsa terdiam, tak memberi reaksi apa-apa setelah mendengar rentetan ocehan Orion. Gadis itu setia dengan wajah datarnya yang sangat monoton.
"Ini anak ngapa sih?"
Orion tertawa. Entah kenapa kalimat sederhana yang diuntai Elsa itu terdengar sangat lucu, dan menggelikan di pendengarannya. Sementara, Elsa sendiri masih diam, dengan ekspresi yang tak berubah sama sekali.
"Nggak mau ikutan ketawa?" Orion baru bertanya setelah ia berhasil menghentikan tawanya sendiri.
"Nggak."
"Wah, stress nih cewek. Lucu gitu malah nggak ketawa."
Elsa berdecak ketus, sorot matanya menajam. "Lo kali yang stress. Hal kayak gitu diketawain. Secara nggak langsung, lo itu ngatain gue badut."
Kedua mata Orion menyipit, dan tak berselang lama, ia kembali menyemburkan tawanya yang membuat wajah Elsa semakin ditekuk masam.
"Tuh, ketawa lagi. Stress."
"Ya abisnya, dekat lo itu gue ngerasa bahagia sih, makanya pengen ketawa terus." kata Orion yang berhasil membuat tubuh Elsa menegang karena terkejut.
Melihat Elsa mengerjap matanya beberapa kali dengan gerakan lambat, Orion pun menghentikan tawanya. "Hei, lo kenapa? Kok tegang gitu? Lo baru sadar kalo gue paling ganteng sendiri di sini ini ya?"
"Eh?" Elsa tergagap. Gadis itu dengan cepat memalingkan wajahnya agar tak terus berhadapan dengan Orion. Ia tak ingin pemuda itu melihat semu merah yang menghiasi kedua pipinya.
Itu akan sangat memalukan nantinya.
"Gue ke toilet bentar," pamit Elsa yang kemudian bangun dari posisi duduknya. Tanpa menunggu balasan dari Orion, gadis itu langsung menata langkah secepat yang ia bisa untuk menjauh.
Orion yang baru akan terkekeh tiba-tiba langsung mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Dalam kurun waktu sepersekian detik, sorot jahil di mata legam Orion memudar, berganti dengan sorot hampa.
Tangan Orion spontan terkepal saat gadis beroverall denim bewarna merah muda berjalan mendekatinya. Gadis itu mendekati Orion dengan senyum semringah.
"Kamu di sini juga?"
"Iya."
"Kamu sakit? Kok suaranya kayak nggak bersemangat gitu?"
"Iya, sakit."
Mata gadis beroverall denim itu terbelalak kaget mendengar jawaban Orion. Lantas, dengan riak cemas yang tergambar jelas, ia mendekati Orion. "Sakit apa? Perlu ke--"
Belum sempat telapak tangan gadis itu menyentuh lengan Orion, pemuda itu langsung mengelak. "Sorry, Ilona."
"Kamu kenapa?"
Aku semakin sakit melihat kamu yang seperti ini.
Tentu hal tersebut hanya terucap di dalam hati, ia tak memiliki keberanian yang cukup untuk benar-benar mengutarakan sederet kalimat itu di hadapan Ilona.
"Nggak kenapa-kenapa kok."
"Aku ragu, kita ke rumah sakit aja ya?" kata Ilona cemas.
"Selagi dia bersama gue, lo nggak perlu khawatir. Dibanding lo, gue lebih bisa menjamin keselamatan Orion."
Tidak, suara itu tak keluar dari bibir Orion melainkan bibir Elsa. Tak ada yang sadar kapan gadis berhoodie putih itu datang, dan berdiri di antara Orion, serta Ilona.
Ilona mengerjap beberapa kali. Ia masih merasa tak percaya bahwa Orion sedang bersama gadis yang ia temui di UKS beberapa waktu lalu. Dari Elsa, tatapan Ilona kembali ke Orion, seolah menuntut penjelasan lebih lanjut.
"Dia ngapain di sini? Dia sama kamu? What was going on here?"
Orion mengarahkan telunjuk, dan ibu jarinya ke pangkal hidung, lalu dipijit dengan gerakan perlahan. Berharap pening yang tiba-tiba datang mendera bisa segera lenyap.
"Orion, jawab." Ilona masih terus mendesak tak sabaran.
Orion menghela napas kasar, lalu menimpal, "Memangnya kenapa kalo aku lagi sama Elsa? Kamu merasa terganggu?"
Mendengar itu, wajah Ilona sontak memerah. Gadis itu tak pernah menyangka Orion akan berkata seperti itu kepadanya. Ilona merasa Orion berubah, dan itu pasti karena gadis bernama Elsa yang tengah menatapnya dengan tatapan dingin yang tidak ia sukai.
"Jadi dia adalah alasan kamu akhir-akhir ini mulai menghindar, dan jarang balas chat aku?" Ilona mulai menatap Orion dengan tatapan terluka, membuat Elsa mendengus kasar.
Drama dimulai.
"Ini bukan urusan kamu." kata Orion.
Gadis beroverall merah muda itu mengangkat dagunya, memperlihatkan kesan angkuh. Tatapan terlukanya hilang, gadis itu mulai mengukir senyum dengan rasa percaya diri yang tinggi. "Tinggalkan dia, dan kembali ke aku. Kamu nggak boleh memiliki dia. Ah, ralat, dia yang nggak boleh memiliki kamu. Dia nggak pantas untuk kamu."
"Maksud kamu?" Dahi Orion berkerut heran.
Tak seperti Orion yang merasa heran, Elsa yang sangat mengerti dengan maksud Ilona pun merotasikan kedua bola matanya jengah. "Memiliki? Lo pikir Orion itu barang?"
Titik fokus Orion yang tadi berpusat pada Ilona berpindah ke Elsa.
Diam-diam, senyum Orion mengembang. Padahal Elsa hanya menyanggah ucapan Ilona perihal dirinya, tetapi pemuda itu merasa seolah baru saja diterbangkan ke langit ketujuh. Hal itu tentu tak luput dari pandangan Ilona, itu membuat gadis blasteran tersebut merasa dongkol setengah mati.
"Ilona, kamu masih lama?"
Merasa namanya dipanggil, Ilona menolehkan kepalanya ke arah sumber suara. Setelah tahu siapa pemilik suara tersebut, Ilona pun langsung berjalan menjauh dari Orion untuj mendekati si empunya suara yang ternyata adalah Resta, kekasihnya.
"Udah kelar kok, yang. Kamu jadi mau nemani aku belanja 'kan?" tanya Ilona yang kemudian langsung diangguki oleh Resta.
Elsa bereaksi seolah ia akan muntah saat kata-kata yang dengan nada manja keluar dari bibir berbisa Ilona si ular. Sementara Orion berlagak menyibukkan diri dengan ponsel di tangannya.
Tanpa berpamitan terlebih dahulu, sepasang kekasih itu pun berlalu keluar dari kafe sembari bergandengan mesra. Agaknya sepasang kekasih itu ingin seluruh jagad raya tahu bahwa mereka adalah pasangan yang sedang dalam masa kasmaran tingkat tinggi.
"Dasar alay. Lo kok bisa mau sih sama cewek kayak gitu?" Seusai bertanya, Elsa memasukkan sebongkah es batu ke dalam mulut untuk dikunyah.
"Coba ketemu lo lebih dulu, pasti gue sukanya sama lo."
∞∞∞
"Istiqomah untuk move on itu susah. Kalo gampang namanya istirahat."
-Orion Kalingga Archandra-
∞∞∞
Selamat Hari Raya Waisak buat trman-teman yang merayakan🙏🏻
Oi iya, nanya dong!!
Orion itu gimana sih kalo menurut kalian?
Jangan lupa beri dukungan kalian untuk Orion lewat Vote dan Comment🍑
The last, thanks for waiting, thanks for reading, and thanks for vomment🙏🏻
Danke💙
CiinderellaSarif (Cinde)
Istri sah, dan kesayangannya
Ji Chang Wook.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro