Eins
Pemuda berkemeja lengan panjang yang diberi sentuhan dasi merah marun panjang di bagian leher serta dipadukan bersama celana kain bewarna krem, dan pantofel hitam mengkilap itu mengarahkan titik fokusnya ke tengah lapangan seraya beberapa kali mengusap tengkuknya gusar.
Dia Orion. Orion Kalingga Archandra.
Bukan.
Orion bukan tipikal cowok The Most Wanted, bukan tipikal Bad Boy bukan cowok dingin yang pelit bicara, bukan kapten basket, bukan juga kapten futsal, atau ketua di organisasi-organisasi lainnya yang digandrungi oleh hampir seluruh kaum hawa seantero sekolah seperti yang biasa tertulis di dalam dunia fiksi novel. Meski begitu, Orion juga bukan tipikal cowok nerd yang tak memiliki teman, yang diasingkan karena berkacamata tebal yang terkesan norak atau yang tak pernah bergaul sama sekali.
Ya, Orion hanyalah Orion.
Ah, sebenarnya, daripada menonton pertandingan basket dadakan antar kelas berjam kosong yang kini tersaji di hadapannya, Orion akan lebih memilih untuk mendekam dalam ruang berpendingin yang dipenuhi aroma buku yang biasa disebut Perpustakaan. Namun, niatnya tak dapat ia laksanakan karena kedua sahabatnya yang terus mendesaknya agar tetap bertahan di pinggir lapangan untuk menyaksikan pertandingan basket dadakan tersebut.
Orion lantas menyisir rambut hitam pekatnya dengan jemari panjangnya seraya mendesah singkat, meski begitu, pada akhirnya bibir pemuda itu tetap menyunggingkan senyum ramah.
"Orion,"
Kepala Orion tertoleh ke arah sumber suara. Ia sempat dibuat tertegun pada tampilan yang tersuguh di hadapannya. Seorang gadis bertubuh jenjang yang terbentuk sempurna di usia muda itu mempesona dengan wajah anggun yang pas. Gadis cantik yang mengenakan seragam khas hari Senin Nuski yaitu kemeja putih lengan panjang, dan rok lipit pendek bewarna krem itu menatapnya dengan binar bahagia. Sempurna,
Namun, kekaguman Orion langsung buyar saat Alfa Damianto, sahabat karibnya menyikut lengannya dengan keras.
"Disapa noh, sapa balik coba." kata Alfa kemudian, yang diangguki oleh pemuda dengan name tag Gamma Auriga Alfarizi.
"Eh? Hai, Ilona."
Gadis yang disapa balik itu terkekeh kecil dengan wajah merona, membuat Orion ikut menyunggingkan senyuman.
Ilona Yasmine Weigel, gadis berdarah campuran Indonesia-Jerman itu adalah teman sebangku Orion sewaktu kelas sepuluh dulu. Sifat Ilona yang ceria, murah senyum, dan lemah lembut itu berhasil membuat Orion menyukainya. Namun, sayang seribu kali sayang, Orion tak pernah memiliki keberanian yang cukup untuk mengungkapkan perasaannya pada gadis berkulit putih bersih itu.
Alhasil, Orion pun hanya bisa terus menggagumi Ilona dalam kebisuannya.
Sampai akhirnya, ia langsung menjauhi Ilona sesaat setelah berita tentang Ilona yang menerima pernyataan cinta Resta, si anak futsal, tersebar luas, dan sampai di pendengarannya. Orion menjauhi Ilona tanpa menuntut penjelasan apapun dari gadis tersebut.
Lagi pula, untuk apa? Untuk menambah intensitas rasa sakitnya? Lebih baik tidak, terima kasih. Orion tak mau terlarut dalam rasa sakitnya. Orion merasa dirinya juga pasti bisa merasakan perasaan bahagia, meski tak bersama Ilona.
Hidupnya tak akan berhenti hanya karena Ilona bersama dengan pemuda lain. Perempuan di Nusa Cendekia, dan di dunia tak hanya Ilona.
Toh, ia masih muda. Jadi, wajar-wajar saja jika ia merasakan kecewa. Menurut Orion pribadi, masa mudanya tak akan pernah bewarna jika ia belum merasakan sakitnya dikecewakan.
"Orion," kali ini, Auriga yang menyikut perut Orion sehingga lamunannya buyar, dan ia meringis.
"Sorry, sorry. Tadi ada sekelebat kenangan masa lalu lewat," canda Orion dengan senyuman lebarnya yang membuat mata sipitnya semakin tenggelam. Ia bertingkah seolah ia tak pernah meringis kesakitan beberapa detik yang lalu.
Seketika, senyum manis yang menghiasi wajah cantik Ilona berubah mengecut, ia lantas menelan ludahnya susah payah. Ilona merasa tertohok dengan candaan yang dilontar Orion.
Baik Alfa, maupun Auriga yang sedari tadi setia mendampingi Orion ikut memasang senyum kecut, atau tepatnya memasang ekspresi canggung karena bahasan 'kenangan' keluar dari mulut Orion.
"Aku pengen ngobrol sama kamu," ujar Ilona terus terang.
"Ada apa? Yaudah, ngobrol aja." sahut Orion polos.
"Berdua,"
"Jangan berdua, ntar yang ketiganya setan."
"Apa itu artinya kamu nggak mau ngobrol empat mata sama aku?"
Orion menggaruk tengkuknya cangung, "Eh? Bukan gitu juga sih." Pemuda itu menjeda kalimatnya, mengambil sedikit waktu untuk berpikir tindakan apa yang seharusnya ia ambil. Setelah menghela napas singkat, Orion pun kembali bersuara, "Yaudah deh, ayo."
"Kamu terpaksa?"
Orion lagi-lagi dibuat terdiam sejenak. Dia tak mungkin tega menjawab Iya, aku terpaksa, ia tak ingin membuat anak gadis orang menangis hanya karena omongannya. Ia takut jika keadaan itu berbalik padanya suatu saat nanti. Sepersekian detik kemudian, Orion menjawab lengkap dengan seulas senyum manis,
"Nggak kok."
∞∞∞
Orion baru duduk di depan Ilona setelah pesanannya siap. Pop Ice Permen Karet, dan Pop Ice Mangga. Disodorkan pop ice Mangga tersebut pada Ilona, yang kemudian diterima dengan senyum simpul.
"Kamu mau ngomongin apa? Kayaknya penting banget," Orion membuka pembicaraan seraya tangannya mengaduk-aduk minumannya menggunakan sedotan.
"Kamu kenapa menghindar dari aku?"
Orion mengerjap saat pertanyaan tersebut hinggap di indera pendengarannya. Sambil mengibaskan tangannya, Orion terkekeh sesaat, "Ah, perasaan kamu aja kali."
"Orion, aku serius. Kenapa kamu malah menghindar dari aku? Aku juga butuh kepastian,"
Orion menghela napas pendek saat Ilona mengulang pertanyaannya, tanda bahwa gadis itu menuntut jawaban dari dirinya. "Kamu kan udah sama Resta,"
"Ya terus kenapa kalo aku udah sama Resta? Apa pertemanan kita harus usai?"
"Ya gimana, aku juga harus fokus belajar. Kalo aku nggak menghindar dari kamu, yang ada, aku nggak bisa fokus. Kamu tau 'kan, apa keinginan terbesar kedua orangtua aku?"
Oh sialan, rutuk Orion dalam hati. Ia dengan sangat-sangat terpaksa menggunakan alasan klise yang sering ia dengar saat menemani sang Bunda menonton sinetron.
"Tapi kenapa cuma kamu? Kenapa dari penglihatanku, si Shea nggak se--"
"Kalo Shea mah, nggak suka ngumbar-ngumbar, apalagi pamer sana sini kalo dia belajar. Emang sih, keliatannya bloon, tapi sebenarnya Shea itu pintar."
Dalam kurun waktu yang sangat singkat, Orion telah meluncurkan dua kebohongan. Orion benar-benar tak memiliki pilihan lain lagi selain berbohong, dan kini ia merasa sangat bersalah karena sudah berbohong pada Ilona.
"Aku rasa obrolan kita nggak bakalan ada titik terangnya, jadi--"
"Apa perasaan aku memang udah nggak penting lagi buat kamu?"
Orion kembali tergelak kecil, padahal Ilona sedang tidak melucu. Jadi, jelas saja gadis itu merasa tersinggung dengan tawa singkat yang diuntai Orion. Untuk kali ini, Ilona merasa diejek.
"Kamu lucu, deh. Kayak badut,"
Melihat perubahan di raut wajah Ilona, Orion berdehem singkat sebelum kembali angkat bicara, "Hehe. Nggak lucu ya? Maaf deh,"
"Orion, kapan sih kamu bisa serius?"
"Kalo kamu udah nggak sama dia, pasti aku seriusin kok." Orion cengengesan di akhir kalimatnya.
Dari raut wajahnya, Orion tau bahwa Ilona sedang dalam mode terkejut. Namun, saat Orion akan kembali angkat bicara, sederet kalimat yang berasal dari pengeras suara malah menginterupsi ucapannya,
"Selamat siang SMA Nusa Cendekia, diharapkan kepada seluruh anggota Dewan Ambalan Pramuka kelas sebelas untuk berkumpul di sekretariat Pramuka."
"Na, aku duluan, ya?"
Orion bangkit dari duduknya, dan bersiap pergi, namun, sebelum pemuda itu berjalan melewati Ilona, gadis itu langsung dengan sigap menahan pergelangan tangan Orion. "Tolong balas chat aku,"
Sebagai jawaban, Orion menyunggingkan senyum tipisnya, sembari mengangguk samar sebelum akhirnya ia beranjak meninggalkan Ilona di tempat. "Insyaallah,"
∞∞∞
Hallo!!!!!!
Salam kenal, semua!!
Hayo ada yang tau, kemarin Orion udah pernah muncul sebagai cameo di cerita mana aja?
Oiya, selamat ulang tahun buat pembaca Orion yang hari ini sedang berulang tahun🤗
Wish you all the best, and also God bless you🙏🏻🙏🏻❤❤
Semoga suka, dan terhibur💙
Jangan lupa beri dukungan dalam bentuk vote, dan comments ya,
Danke💙
-CiinderellaSarif (Cinde),
Istri sah, dan istri satu-satunya
Ji Chang Wook.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro