page 5
Tak seorangpun kau beritahu atas kejadian itu. Ritsu tetap aman masih dengan keadaannya seperti biasa. Hanya saja, ia tidak berubah kembali menjadi kucing.
Aneh, memang. Tapi, kau tidak ingin memperdulikan hal itu. Masa bodoh dengan semuanya.
Asal ... ia kembali, itu sudah lebih dari cukup bagimu. Karena status Ritsu yang sudah meninggal, akan terasa janggal jika kau mengajaknya berjalan-jalan di sekitaran kota. Dan berakhirlah kalian berdua di sini, taman yang sepi. Hoodie yang Ritsu kenakan, ia lepaskan.
"[Nickname]-chan, mau berbaring di bawah pohon sana?" tanya Ritsu dengan wajah benar-benar tak dapat menahan kantuk lagi. Kau tersenyum senang, mengangguk pelan lalu menggandengnya ke naungan pohon gugur itu.
Ada bangku di sana, syukurlah.
Kau duduk, Ritsu membaringkan dirinya―pahamu ia jadikan bantal. Lalu, ia menutup matanya, tak benar-benar tertidur.
"Hei, [Nickname]-chan," panggilnya pelan.
"Hm? Ada apa, Ritsu-kun?" balasmu.
"Kau tidak merasa aneh ... dengan diriku sekarang ini? Maksudku ..., aku sudah meninggal, lho?" Ia bertanya. Tak perlu diingatkan lagi, kau juga sudah tahu. Kau tahu tapi tidak bisa menghindarinya. Dengusan kasar kau hembuskan. "Lalu, kenapa kalau kau meninggal, huh?"
"Yah, hukum alam tidak mengijinkan. Lagipula, kau tidak penasaran aku sudah berubah jadi seperti apa sekarang ...?"
"Aku tidak peduli. Ritsu-kun adalah Sakuma Ritsu yang kukenal. Tak peduli apapun sosokmu. Maupun kau seorang vampir, kucing atau apapun itu."
Mendengar perkataanmu, Ritsu terkekeh. "Masih [Nickname]-chan yang seperti biasanya. Ah, apa ... aku boleh meminta tolong sesuatu?"
"Boleh! Apapun!"
"Kalau begitu ... jiwamu, apa kau akan memberikannya padaku?" tanya Ritsu dengan tatapan yang tak dapat didefinisikan. Kau terdiam, bingung ingin memberikan jawaban apa.
"Tidak bisa, ya?" tanyanya lagi.
"B, bukan begitu. Maksudku―Ritsu-kun, untuk apa ... kau meminta jiwaku?"
"Untuk sesuatu tentunya. Karena seharusnya aku sudah meninggal, tentunya melakukan ini semua ada bayarannya, bukan?"
Ritsu menatapmu dengan tatapan juga lengkungan bibir yang miris. Kau menggenggam tangannya, lalu membalasnya dengan senyuman.
"Kalau begitu, ambillah." Kau berujar sembari tertawa kecil. Ritsu menutup matanya, menghela napasnya. "Maafkan aku yang bersikap egois, [Nickname]-chan. Kita pasti bersama ..., kok."
Bersamaan setelah Ritsu mengucapkan hal itu, kau mengikutinya, memejamkan kedua matamu. Ritsu mengecupmu, perlahan mengambil jiwamu. Ketika ia menyudahi ciumannya, napasmu telah berhenti.
"Maaf ... aku hanya ingin bersamamu."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro