|4|
Aku menatap beberapa buku yang baru akan aku baca. Segelas ocha aku teguk sampai tersisa setengah. Aku mendudukkan diri di atas tatami, dan tanganku mulai bergerak memilih salah satu dari buku-buku tersebut dan membukanya. Daun-daun berguguran di hadapanku. Jika saja tak ada Eye-san di sana, mungkin ini bisa disebut indah.
Ah... Rasanya tenang sekali.
“[Name].”
Aku menghentikan fokusku ke semut kata. Kepala menoleh ke arah asal suara dan menyunggingkan senyum lebar. “Oh Samu, ada perlu apa?”
Osamu duduk di sampingku. Dia menyilangkan kakinya dan menatap halaman di hadapan kami. “Tidak ada. Kau sedang melakukan apa?”
“Membaca seperti biasa. Aku perlu banyak ilmu,” jawabku seraya menyesap ochaku lagi, “waktunya tinggal satu minggu lagi, dan aku harus cepat.”
“Oh yah Samu,” Aku mendengar diriku berucap lagi, “boleh aku bertanya kepadamu?”
“Silahkan.”
“Ketika kau menemukan aku sekarat di jalanan pada waktu itu. Kenapa kau memutuskan untuk memilihku dan menolongku?” Aku bertanya ragu-ragu. Pertanyaan itu selalu membingungkanku belakangan ini. Padahal aku bukan siapa-siapa, tak mungkin Osamu hanya memilih asal, lagipula aku tidak punya keahlian dokter atau apapun itu, aku tak pantas menjadi penyembuhnya.
Osamu tak menjawab. Ini memang sudah menjadi kebiasaannya, menjawab dengan lama. Aku tak masalah dengan hal itu, tetapi Atsumu atau Suna-san selalu mengoceh tentang kebiasaan barunya itu. Wajar sih, mereka orang yang tidak sabaran.
“Ada seseorang yang memberitahuku.” Osamu akhirnya bercakap juga. Aku menaikkan alisku bingung sebagai respon. Jadi ada yang memberitahunya? Tetapi kenapa harus aku?
“Waktu itu aku sedang jalan-jalan bersama Tsumu. Tsumu bilang dia pergi mencari sesuatu, dan menyuruhku menunggunya sebentar.” Osamu kembali menjelaskan kepadaku. Pandangannya masih tertahan pada daun-daun yang menebari halaman.“Kemudian wanita itu datang. Aku tidak bisa melihat wajahnya, karena dia memakai topeng. Tetapi dia mengatakan dia tahu semua tentangku dan akan membantuku. Dia mengatakan, aku harus membuatmu hidup kembali dan memohon kepadamu untuk menjadi penyembuhku, karena hanya kau yang bisa membuat emosiku kembali lagi.”
Aku terdiam mendengar penjelasan Osamu. Entah kenapa benakku menyeretku ke kejadian dimana saat aku sekarat dan beberapa jam lalu, ketika kami bertiga mendatangi kuil Kita-san dan Suna-san. Aku tak tahu kenapa kedua hal itu memutar berkali-kali di benakku.
Wanita itu datang.... Wanita, wanita itu. Dia mengatakan aku harus membuatmu hidup kembali... Pergilah, pergilah dan selamatkan mereka... Aku sempat melihat siluet seseorang tadi... Aku mendengar suara diriku, diriku.
Diriku, wanita itu, siluet seseorang.
Sialan! Yang benar saja!
Aku rasa aku terkesiap. Otakku tidak pernah berpikir dengan cepat seperti ini, jantungku memompa lebih cepat dari pada biasanya, semua ini sudah jelas, semua ini. Semua teka-teki ini.
Brengsek.
Aku tidak tahu apa yang kurasakan dari diriku. Aku tidak dapat berpikir jernih sekarang, otakku dikerumuni spekulasi-spekulasi yang merujuk pada satu objek. Kurasa aku berdiri, kurasa kakiku menggigil karena ketakutan terhadap pemikiranku sendiri, kurasa, kurasa, sialan ini semua tidak benar!
"[Name]?"
Osamu. Ya benar, Osamu yang malang. Seharusnya ini semua tidak terjadi, kenapa? Kenapa?
"[Name] ada apa?"
Aku menatap langsung ke arah matanya. Tak ada rasa apapun di sana, semua telah musnah tentu saja, seperti biasanya. Anak yang malang, aku akan menyembuhkanmu, tenang saja. Semua ini sudah jelas Samu, aku akan menyembuhkanmu, ya benar aku yang hanya bisa menyembuhkanmu.
"[Name]?"
Kakiku sudah tak menggigil lagi. Kulawan ketakutan terhadap pemikiran tersebut. Memang belum tentu benar, namun dari semua teka-teki yang ada inilah kenyataan sebenarnya. Aku akan menuntaskan semuanya, ya hanya aku yang bisa.
"Kiino, tolong panggilkan Atsumu sekarang."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro