Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

ORACLE - 15


"Seungyoun-ah!"

Kesadaran pria Cho tersebut tersentak sesaat melangkah menuju lift. Pikirannya linglung. Terbaca mudah kalau konsentrasinya tak menyatu.

"H-h-hyung!" Bahkan mulutnya bergerak gagap membalas sapa pria dari divisi lain yang kebetulan bertemu dengannya.

"Kenapa denganmu? Kenapa kau kelihatan gugup. Ini bukan sepertimu!" Pria yang disapa lebih tua itu menepuk bahu pemuda Cho itu beberapa kali.

Sementara Seungyoun tersenyum kikuk. Wajahnya masih menegang. Kejadian beberapa menit tadilah penyebabnya.

"Wah, lihat siapa yang datang!"

Kepala Seungyoun perlahan berputar ke arah yang ditunjukkan lawan bicaranya. Atensinya terus membola seiring bibirnya kembali terkatup rapat.

"So Hyun-ah!" seru pria yang sama memanggil Seungyoun.

Ting!

Beruntung lift tiba tepat waktu. Tanpa berpikir panjang, Seungyoun bergegas masuk ke dalam.

"Aku pergi dulu, Hyung."

Pintu lift tertutup sebelum Seungyoun berhadapan dengan So Hyun. Di dalam kotak besi itu, Seungyoun mendesah panjang. Detik berikutnya mengacak rambutnya. Lalu berganti gaya lagi; berkacak pinggang dengan degup yang berpacu.

Yang ia tahu, ini memang bukan seperti dirinya. Bertemu dengan So Hyun kini menjadi  adegan menakutkan. Hal yang dianggap berubah menjadi tak biasa.

Belum lagi harus bergelut dengan perih di dadanya karena percakapan tadi. 

"Mulai hari ini, kau bisa berhenti untuk peduli padaku."

Tidak butuh waktu lama untuk pria Cho itu menjawab, "Tidak mau."

"Yak, Cho Seungyoun! Apa kau memang harus mempersulitku? Membuatku terus merasa bersalah? Kenapa sulit sekali berbicara denganmu." Suara So Hyun meninggi, urat di lehernya ikut tampil. Sudah jelas emosinya memuncak.

"Kalau begitu berpacaranlah denganku kalau tidak ingin aku mempersulitmu. Bagaimana?"

"Kau sudah gi-"

Cup!

Entah apa yang ada di pikiran Seungyoun saat itu, tapi ia mencuri kecupan di bibir So Hyun. Jujur saja, cara ini di luar rencananya. Ah, ia bahkan tidak memiliki rencana apa pun. Termasuk berkata jujur tentang perasaannya. Semua itu di luar kendali dan ingin.

Begitu pula perkataannya yang terdengar tak masuk akal. Berpacaran dengannya? Padahal Seungyoun tahu pasti bahwa So Hyun sedang menjalin hubungan dengan Song Kang, si Model Terkenal.

Gila sekali permintaannya!

Baik So Hyun dan Seungyoun, dua-duanya membisu. Seungyoun menjadi orang yang pertama pulih dari kebodohannya. Menurutnya, kali ini ia sudah melewati batas.

Tanpa menunggu lama, Seungyoun lekas berdiri dengan wajah pucat. Besar kemungkinan So Hyun akan marah atau memukulinya.

Atau tidak melakukan apa-apa.

Seperti saat itu. Seungyoun terheran mendapati wanita Kim itu bergeming. Terselip perasaan bersalah yang menggerogoti hati Seungyoun.

"Maafkan aku karena bertindak bodoh," ucap Seungyoun, "tapi setelah kupikir ulang, aku tidak akan meminta maaf karena sudah menyukaimu. Aku akan berhenti menyukaimu saat aku ingin. Aku pergi dulu."

Tangan pria Cho itu mengepal. Ingin sekali  mengusap kepala So Hyun. Namun, ia urungkan. Malah memutuskan untuk pergi seturut perasaannya beraduk. Banyak asa yang saling bertubrukan, menghadirkan gaduh dalam diri sendiri.

Pun menyisakan sakit untuk perasaannya yang tidak terjamah. Gundah yang mendera, menjadi akibat yang harus ia emban sendiri. Salahkan ia jatuh cinta pada orang yang tidak tepat.

**

Di lain tempat, pertengkaran pagi ini masih diingat Song Kang yang sejak tadi gagal memfokuskan dirinya pada pemotretan. Air mukanya sulit diajak bekerja sama pada saat perasaannya masih digantungkan dengan adu mulut yang dianggapnya belum selesai.

Emosinya mudah tersulut mengingat wajah pria Cho yang tidak ia sukai itu. Bukan dianggap sebagai saingan, Song Kang hanya menyematkan julukan pengganggu di diri rekan kerja kekasihnya, So Hyun.

"Yak! Apa kau akan terus bertingkah seperti ini?"

Song Kang menoleh; memandang manajernya yang mengambil duduk tepat di sebelah.

"Fotografer itu tampaknya tidak puas dengan ekspresimu yang kelihatan ingin memukulnya. Padahal konsep kali ini adalah kebahagiaan. Apa kau mau mengisi kolom berkabung untuk majalan ini?"

Tidak perlu ditegaskan pun, Song Kang menyadari hal ini. Sayang, suasana hatinya lebih dominatif hingga menyurutkan semangatnya bekerja. Meski seharusnya tidak begini. Kemana sikap profesionalitasnya? Secuil masalah menjadi dibesar-besarkan dan menyita konsentrasinya. Belum pernah ia sedangkal ini.

"Apa kau ada masalah?"

Song Kang tanpa sadar tertunduk setelah mendengar tanya Manager Han yang tepat menebak alasan wajahnya yang tergurat hambar.

"Berantam dengan pacarmu? Ah, ini pasti masih ada hubungannya dengan wanita keberuntunganmu itu, kan? Yak! Apa kau tahu risikonya kalau kehilangan dia?"

Lagi-lagi bahasan tentang ramalan itu. Perlahan, Song Kang mulai muak mengaitkan hal tentang So Hyun dengan ramalan yang bisa jadi hanya sebuah kebetulan. Walau tak menampik, semua ini terjadi karena inisiatifnya. Ketakutan yang tidak berdasar dipicu oleh diri sendiri.

"Cih, tenanglah! Aku akan menyelesaikan semua masalahmu. Tapi, sebagai gantinya, kau harus menyelesaikan pekerjaan ini dengan baik. Bagaimana?"

Entah apa yang terjadi. Song Kang sama sekali tidak tahu apa yang sedang direncanakan Manager Han.

Belum tuntas rasa penasarannya, pria Han itu menepuk bahu dan berlalu dari hadapan Song Kang. Jujur saja, senyumnya yang meninggi, tidak lantas membuat Song Kang merasa tenang.

Benarkah ia bisa memercayai semuanya pada orang lain?

**

Lain yang dirasakan Song Kang, begitu pula yang dirasakan Sohyun. Pada saat urusannya dengan Song Kang belum lagi terselesaikan, kini Cho Seungyoun ikut menempatkan dirinya dalam posisi sulit.

"Berhentilah bekerja di sana!"

"Aku tidak akan meminta maaf karena sudah menyukaimu."

Dua pernyataan dari dua pria yang berbeda, berkelebat di benak wanita Kim itu. Memijit pelipisnya gusar, tidak pula membuat pikirannya kembali lenggang. Mengacak surainya juga percuma, karena pada dasarnya So Hyun tidak punya jalan keluar untuk semua kekusutan ini.

Song Kang, pria dari masa lalu yang menjelma kembali menjadi kekasihnya. Dan ada Seungyoun, pria yang ia anggap teman terbaik, meluluhlantakkan semua jalinan mereka karena perasaan yang melebihi batas seharusnya.

"Nona Kim!"

Suara Sutradara Hwang, pria bertubuh agak gempal itu menyentak kesadaran So Hyun yang sedang berjalan menuju ruang rekaman.

"Iya, Sutradara Hwang," jawab So Hyun sedikit bingung, "bukankah jadwal survei hari ini berlangsung sore? Kenapa—"

"Aku membawa berita baik untukmu!" Pria itu menyela ucapan So Hyun.

Bertambah bingung karena So Hyun merasa sikap pria yang menjadi pimpinannya itu aneh. Selain jabatannya sebagai asisten sutradara itu bertahun-tahun, statusnya sebagai pekerja lepasan, apa ada berita lain yang mau dibagi dengannya?

"Ayo, ikut denganku!" Masih Sutradara Hwang mempersilakan So Hyun untuk mengikutinya. "Kau akan berterima kasih padaku," lanjutnya membuat dahi So Hyun mengernyit.

**

"Nona Kim?"

So Hyun terkejut mendapati sosok itu menunggunya. Setelah kabar survei hari ini dibatalkan, tadinya ia berpikir untuk kembali ke rumah untuk beristirahat. Sekaligus menenangkan diri. Benar, dia butuh waktu untuk sendiri.

Nyatanya apa. Kejutan demi kejutan seakan tidak berhenti tersuguhkan hari ini. Setelah Sutradara Hwang, kini ada pria lain yang ia ingat sebagai manager kekasihnya—Song Kang—ikut mendatanginya.

"Ada yang bisa kubantu?" tanya So Hyun tak begitu yakin.

"Tentu. Ikutlah denganku!" Pria itu lantas membuka pintu mobil bagian belakang.

Tadinya So Hyun tak yakin. Bahkan terpikir untuk menolak. Namun, ia mengurungkan niatn sesaat mendengar suara gelak beberapa orang yang mendekati pintu keluar kantor. So Hyun melihat ada Seungyoun yang tergabung dalam kumpulan itu.

Tangan gadis Kim itu bergerak kacau. Pun kakinya ingin pergi, tapi seolah bingung ingin melangkah ke mana.

"Baiklah. Aku ikut." Atensinya hanya menangkap mobil terbuka itu sebagai pelarian dari Seungyoun.

Wajahnya memerah memikirkan kejadian sebelumnya. Rasa manis yang berjejak di bibirnya, masih meninggalkan sengatan yang abstrak.

"Kita mau ke mana?" So Hyun mulai tersadar sesaat mobil bergerak.

"Kau akan tahu sendiri." Dari kaca spion dalam mobil, pria Han itu memasang seringai licik yang diartikan So Hyun ganjil.

Tidak ada yang bisa So Hyun lakukan di mobil selain duduk manis sembari menikmati pemandangan di luar sana. Rute perjalanan ini sendiri tidak begitu asing. Setidaknya tidak sekali ia pernah melewatinya, So Hyun yakin ia akan dibawa ke apartement Song Kang.

"Aku sudah lama mengenal Song Kang. Sejak awal ia debut sebagai model, aku selalu menjadi temannya. Kau tahu, untuk terjun ke dunia hiburan ini, ia melewati banyak kesulitan. Namun, aku bangga karena pada akhirnya ia bisa bertahan dan terus berhasil."

So Hyun duduk menjadi pendengar yang baik tatkala pria dewasa itu menyinggung kehidupan Song Kang. Masa di mana So Hyun sendiri tak tahu kabar pria Song itu.

"Kalian sudah berpacaran, bukan? Jangan mudah tersinggung karena kau akhirnya akan mengerti bahwa Song Kang adalah pria yang manis."

Manis katanya? Sontak So Hyun tersenyum. Memang, pria Song itu kadang-kadang bersikap manis. Namun, lebih banyak bersikap kekanakan.

"Aku sudah lama mengenalnya. Dan kami pernah dekat sebelum kembali memutuskan berpacaran kedua kalinya," tutur So Hyun ikut larut dalam pembicaraan. Turut mengenang masa lalu keduanya yang diawali dengan kesalahpahaman.

"Benarkah?" Pria Han itu melirik dengan alisnya yang berjungkit. "Kenapa dia tidak pernah memberitahukanku? Ah, pasti dia juga tidak menyangka wanita yang diramalkan itu adalah mantan kekasihnya sendiri. Pasti begitu."

Berjeda sepuluh detik, mobil mendadak berhenti. Pria Han itu perlahan memutar kepalanya menatap So Hyun.

"Wanita ramalan katamu? Apa maksudnya?"

Telinganya jelas tak salah mendengar. Kali ini, kejutan apa lagi yang akan ia dapatkan?

***
To be continued

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro