Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

ORACLE - 14

Sejak semalam, usaha Song Kang menghubungi So Hyun tidak berhasil. Sudah bisa ditebak, wanita Kim itu pasti marah. Wajar saja, sudah tidak menepati janji, ditambah lagi tidak memberi kabar atau menunjukkan usaha untuk menghubungi, sulit bagi Song Kang menyalahkan So Hyun yang kini tengah membalas perbuatannya.

Bila dipikirkan lagi, ini adalah pertengkaran pertama setelah keduanya kembali merajut kasih. Memang kata banyak orang bertengkar itu wajar. Malah ada yang menyetujui bahwa perlu adanya sesekali pertikaian agar pasangan bisa lebih saling mengenali.

Namun, yang dialami Song Kang berbeda. Sejak hari itu, sudah beberapa hari So Hyun mendiaminya. Tidak memberinya kesempatan untuk menjelaskan. Song Kang merasa was-was. Pikirannya menggerutu untuk beberapa hal yang sebenarnya tidak pantas. Salah satunya tentang keberuntungan ia di masa depan.

Egois memang. Kendati demikian, tidak menampik ini bagian dari sifat manusia yang sulit dikendalikan. Khususnya ketika Song Kang memutuskan 'tuk mempercayai ucapan peramal tak dikenal waktu itu.

Song Kang tahu dirinya buruk. Kemampuan duniawi yang bisa ia dapatkan terkalahkan dengan nurani yang pada akhirnya berhenti untuk memperingatinya.

Karir ... tujuan utamanya. Di benak Song Kang dipenuhi tentang bagaimana mempertahankan jejaknya sebagai orang populer yang disinyalir pasang surut. Lantas, dengan keberadaan So Hyun, karirnya mulai berubah. Projek kerja terus berdatangan. Menguatkan persepsi yang dikatakan si peramal adalah benar. Bahkan ketika ia tidak mengharapkan pekerjaan yang lebih besar, nyatanya Song Kang malah didapuk kontrak yang menggiurkan.

Begitu naif dan hampir putus harapan, Song Kang pun memutuskan untuk menunggu di pinggir jalan, berseberangan dengan rumah sewa So Hyun sejak dini hari. Memasang penghangat di dalam mobil, ia masih sanggup bertahan meski sudah dua jam.

Saat masih menunggu, atensi Song Kang Atensinya beralih pada panggilan yang tak bisa ia hindari, sang manager.

"Hyung ... aku keluar sebentar. Jangan berlebihan, tentu saja aku masih mengingat jadwal hari ini." Song Kang menyakini si lawan bicara yang terdengar agak memekik setelah tak menemukan sang model di apartemen.

Song Kang kembali mendesah panjang, seiring tak berapa lama panggilan terputus. Perhatiannya  beralih pada jarum jam, lalu kembali memerhatikan bangunan tinggi di seberang—apartemen So Hyun.

Sekali lagi Song Kang menekan panggilan di teleponnya. Ia berharap So Hyun untuk menerima. Sayang, harapannya kandas. Lepas dari lima belas menit menunggu, Song Kang lantas memutuskan untuk pergi. Sepertinya hari ini ia masih gagal menemui kekasihnya.

**

Mengintip dari jendela rumah, So Hyun bisa melihat mobil sport mettalic itu berlalu dari bahu jalan. Setidaknya ia kini bisa melenggang bebas, meski isi notifikasi ponselnya sebagian besar berisikan panggilan tak terjawab dari orang yang sama, Song Kang.

So Hyun masih kesal. Sangat kesal. Namun, bukan pada Song Kang. Melainkan pada dirinya sendiri. Usahanya untuk memaklumi dunia Song Kang, nyatanya sangat sulit. So Hyun ingin mengerti bahwa hal-hal seperti ini pasti akan terjadi, tetap saja dongkol yang bertumpuk di dadanya tak lekas memudar.

Menyambar tas ranselnya, wanita berambut panjang itu bergegas pergi kerja. Reminder dari ponselnya memberikan notifikasi beberapa pekerjaan yang tertunda. Belum lagi janji dengan Sutradara Hwang untuk survei lokasi syuting bulan depan. Bisa dipastikan schedule hari ini sangat padat. Tidak ada waktu untuk memikirkan hubungannya dengan Song Kang. Yang pasti, kekasihnya itu jauh lebih sibuk darinya.

Lift pun tiba di lantai dasar. Dengan langkah yang terkesan malas, So Hyun perlahan menuruni anak tangga dengan kepala yang tertunduk. Satu per satu melangkah dan membawanya keluar dari bangunan berlantai sepuluh itu.

Kakinya berhenti, seiring pandangannya terkunci pada sepasang sepatu di depannya.

"Akhirnya aku berhasil menemukanmu."

Leher So Hyun menegak. Pupil matanya membesar. Kentara tidak menyangka dengan kedatangan sosok yang berdiri di depannya itu.

Song Kang. Benar! Siapa yang mengira pemilik mobil sport yang diintip So Hyun sepuluh menit lalu, ternyata kembali. Berdiri dengan senyum polos tanpa tanda bersalah, kontras dengan respon lawan bicaranya.

"Hyun-ah!"

Pria berbahu lebar itu menahan langkah So Hyun yang hampir berhasil melewatinya. Seperti dugaan, So Hyun tampak marah.

"Biarkan aku yang mengantarkanmu. Lagi pula di luar sangat dingin." Memasang wajah memelas, Song Kang berusaha meluluhkan So Hyun.

Dulu, cara ini selalu berhasil. Entahlah kalau sekarang.

"Lepaskan dia!"

Pandangan Song Kang terganggu sesaat ada tangan lain menyela waktunya. Ah, menyela genggaman tangannya yang kini terlepas.

Dia, pria yang sama, yang dikenali Song Kang selalu membuntuti kekasihnya. Pria yang pernah membawakan makanan untuk So Hyun saat larut malam. Dia ... pria yang menyebalkan.

"Seungyoun-ah!" So Hyun memegang lengan Cho Seungyoun yang juga tak diundang pagi ini. Dibandingkan menenangkan Song Kang, ia—So Hyun—lebih mudah berbicara dengan Seungyoun.

"Kau baik-baik saja?" Seungyoun menyentuh wajah So Hyun yang terlihat agak pucat.

Sementara, ada Song Kang ditinggalkan menjadi penonton. Perannya sebagai kekasih diambil alih oleh lelaki bermata kecil yang menyentuh So Hyun tanpa menghargai keberadaannya.

"Yak!" Song Kang menarik kerja baju Seungyoun. Menyorot tajam pada pria Cho yang tampak tenang.

"Hentikan, Song Kang!" So Hyun hadir menyela. Tangannya tak cukup kuat melerai tenaga dua pria yang sama-sama enggan mengalah.

"Aku menyukai Sohyun."

Buk!

Satu pukulan tepat di rahang kiri dilayangkan Song Kang. Membuat pria Cho itu terjatuh dengan sudut bibirnya yang turut terluka.

"Jangan berani mendekatinya lagi!" Peringatan keras dilontarkan seiring pria Song itu menarik tangan So Hyun.

Seungyoun berdecak singkat, lalu memaksa senyum getir terpasang di wajahnya.

Sementara So Hyun memerhatikan Seungyoun yang masih terduduk di lantai. Rungunya seakan mati rasa. Benarkah yang barusan tadi ia dengar?

**

Pria Cho itu mendongak setelah di atas mejanya diletakkan plester bermotif polkadot.

"Dasar, Bodoh!"

Pukulan itu sepertinya tidak terlalu kuat, buktinya Seungyoun masih bisa menyengir meski perih rasanya saat berusaha mengembangkan senyum. Namun, mendapati So Hyun masih peduli padanya, rasa sakit itu tidak sesakit sebelumnya.

"Yak! Bersikaplah baik pada orang sakit!"

So Hyun menarik kursi yang terletak di samping meja pria Cho itu. Beberapa detik ia menatap wajah rekan kerjanya itu yang sempat membuat heboh beberapa pegawai wanita. Seungyoun, Si Pecinta Damai, rasanya tidak akan ada yang percaya kalau dia berkelahi dengan Song Kang, si model terkenal. Apa lagi kalau mereka tahu bahwa itu terjadi karena So Hyun, wanita biasa yang belum diangkat menjadi pekerja tetap. Bukan tidak mungkin So Hyun jadi bahan rundungan.

"Sini! Aku bantu."

So Hyun menyita paksa perekat yang tadinya akan dipasang sendiri oleh Seungyoun.

Sikap peduli yang tersamarkan dengan sikap dinginnya, membuat Seungyoun tersenyum geli. Apalagi dengan jarak sedekat ini, ia bisa menikmati wajah tirus itu untuknya sendiri.

"Berhentilah tersenyum, Seungyoun-ah. Kau menakutiku!" cela So Hyun dingin, "selesai!" Bersamaan perekat bermotif feminin itu terpasang baik di dekat sudut bibir Seungyoun.

"Cih ... kau ini! Tidak manis sama sekali!" sahut Seungyoun mengerucutkan bibir.

Sejenak keduanya berhenti berbicara. Membiarkan canggung menyela di antara waktu yang bersela. Padahal sebelumnya tidak pernah begini. Namun, semuanya jadi berbeda setelah So Hyun mendengar isi hati Seungyoun.

"Seungyoun-ah."

Kedua alis Seungyoun terangkat bersamaan. Agak lega karena gadis Kim itu masih mau membuka percakapan lain dengannya.

"Mulai hari ini, kau bisa berhenti untuk peduli padaku."

Bila tahu semuanya akan seperti ini, rasanya So Hyun memilih untuk lekas memaafkan Song Kang dibandingkan harus berkata jujur dengan Seungyoun. Dengan begitu ia tak akan terlalu terluka seperti sekarang. Tidak juga harus melukai Seungyoun.

***
To be continued

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro