Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

ORACLE - 04


"Kau sudah datang?"


Perasaanya tak nyaman. Sekarang So Hyun menyesali keputusannya berjumpa dengan Song Kang. Seharusnya ia bisa menolak; membuat alasan-alasan yang meyakinkan. Bukan dengan mudahnya mengikuti kemauan mantan kekasihnya yang menyebalkan itu.

Perjumpaan ini jelas salah.

"Kenapa kau diam saja? Sejak kapan kau jadi pendiam seperti ini?"

Benar. Dia-So Hyun-sudah berubah. Tidak sama dengan Song Kang yang tidak akan mungkin memahami perasaannya. Pria itu layak berbicara sesuka hatinya karena hidupnya sudah berhasil. Sementara So Hyun? Menjadi asisen selama tiga tahun, tidak membuat ia memiliki kepastian dalam karir. Terus bertahan pada garis yang sama. Menyedihkan.

"Apa kau lapar?"

So Hyun terkejut. Ia tidak sadar sejak kapan wajah pria Song itu sudah di depannya. Menyisakan beberapa senti dengan embusan napas yang terasa jelas.

Kaki So Hyun spontan melangkah mundur, ingin membuat batasan dengan Song Kang. Sudah jelas, dekat dengan pria Song tersebut, tidak cukup baik untuknya.

Melihat kikuknya So Hyun, Song Kang malah merasa lucu. Ia juga senang. Perangai wanita Kim itu terlihat menggemaskan. Seperti kehilangan taring, tidak seperti dulu.

"Cepat katakan ada hal penting apa yang ingin kaudiskusikan denganku. Aku juga sibuk, jadi cepat katakan!"

So Hyun mungkin tidak sadar, tapi Song Kang masih ingat air mukanya yang sedang jujur atau sedang berbohong. Seperti sekarang, So Hyun jelas-jelas sedang berbohong.

"Apa kau sudah memiliki kekasih Kim So Hyun?"

Pertanyaan tanpa basa basi. So Hyun mendelik seraya menatap pria yang mengumbar senyum padanya.

"Selain ingin makan siang bersama, aku ingin mengatakan bahwa sepertinya aku masih tertarik padamu," sambung Song Kang.

Mata So Hyun mengerjap lemah—beberapa kali. Ia tidak tahu kenapa setelah sekian lama berlalu, ia masih saja berdebar untuk Song Kang? Apa rasa sukanya masih tersisa? Atau semua ini tidak lebih dari emosi sesaat. Singkatnya, ia sedang terharu.

Mungkin.

***

"Benarkah? Apa aku benar-benar boleh mendapatkan asisten?"

Iris kecil Seong Youn membola. Meski demikian, tetap saja terlihat kecil, seiras dengan wajahnya yang berahang tegas. Terkadang mata kecilnya memberi kesan tajam pada tatapannya. Di sisi lain, bisa menggemaskan.

"Tentu. Pekerjaanmu juga sudah terlalu banyak. Jadi, atasan sudah setuju dan kau diperbolehkan merekrut So Hyun untuk membantumu."

Tangan Seong Youn mengepal. Bentuk rasa senang dan semangat, bercampur aduk. Kabar yang sudah pasti tak sabar ingin diberitahukan pada So Hyun.

Pria Cho itu lekas mengambil ponselnya. Tadinya ia berpikir untuk segera menghubungi So Hyun, tapi gerak jemarinya terhenti. Ia mengurungkan niatnya. Dibandingkan memberi kabar lewat telepon, menurutnya akan lebih baik jika ia bertemu langsung. Ekspresi So Hyun yang bahagia tercetak di bayangannya. Akan sangat berharga bila bisa disaksikannya langsung.

"PD-nim, apa boleh aku permisi sebentar?"

"Tentu saja. Kau pasti ingin bertemu dengan So Hyun, 'kan? Sampaikan juga ucapan selamat bergabung dariku."

Seong Youn tertawa. Ia bahagia sekarang. Benar-benar bahagia. Langkahnya terkesan buru-buru saat ia hanya membawa jaketnya untuk keluar.

Sementara itu, masih bertahan di kafe yang dipilihkan Song Kang, So Hyun gugup. Bagaimana tidak, sedari tadi terdengar hanya Song Kang yang mendominasi. Sementara So Hyun, ingin lekas pergi, menghindar dari pria yang nantinya menjadi rekan kerjanya.

"Apa perkataanku masih kurang meyakinkanmu? Coba ingat lagi, apa aku pernah bercanda jika membahas tentang perasaan?"

Entah, haruskah ia percaya pada Song Kang? Dipikir berapa kali pun, sangat tidak masuk akal kalau cinta itu masih ada. Terlebih, Song Kang dan So Hyun, mereka hidup di dunia yang berbeda. Song Kang dikelilingi banyak orang yang mengaguminya. Tidak sebanding dengan So Hyun yang berjuang keras meyakinkan orang di sekitarnya.

Ditambah lagi, kepercayaan diri So Hyun tidak sama seperti dulu. Sama halnya dengan rasa suka Song Kang, ia pun tak ingin percaya hal itu masih ada.

"Kau pasti salah. Kau bukan tertarik padaku, tapi tertarik dengan pertemuan kita. Bertemu dengan mantan pacar yang akan menjadi rekan kerjamu kelak, kau merasa tidak nyaman."

Song Kang masih menahan emosinya. Ia tidak ingin kentara terlihat sedang memaksakan diri. Kalau bukan karena kata peramal, pria Song itu juga enggan membuang waktunya. Apalagi bila mendengar ocehan wanita Kim yang terdengar seperti sedang menceramahinya.

Lagi pula, ia masih tidak terima alasan wanita Kim itu dulu pernah membuangnya.

Lelah? Cih ... alasan itu bahkan tidak masuk akal. Dipikir berapa kali pun, Song Kang bersikeras itu hanya alasan yang terkesan mengada-ada.

"Kalau begitu, sampai kau yakin dengan ucapanku, bagaimana kalau kita mulai lagi dari tahap berteman? Kita mulai semuanya dari awal."

So Hyun heran. Song Kang begitu keras kepala. Sangat menuntut agar ia membalas perasaan yang jelas masih samar.

"Aku-"

Drrt!

Di saat seperti ini, So Hyun merasa beruntung panggilan dari Seong Youn menyela. So Hyun lantas memilih mengangkat panggilan teman prianya itu dibandingkan meladeni Song Kang.

"Seong Youn-ah."

Seong Youn? Apa itu nama pria yang kemarin bersamanya? Song Kang membatin.

Song Kang memerhatikan raut muka So Hyun yang sedang berbicara. Tidak banyak berubah; datar, tenang, berbicara seperlunya.

"Aku ada di Cafe De Amour. Eoh, aku akan menunggumu."

Song Kang masih melipat kedua tangannya bak murid manis. Begitu juga dengan tampilan senyumnya yang menggoda. Ia berusaha keras menarik minat So Hyun.

"Kekasihmu?" tanya Song Kang masih penasaran.

"Aku tidak harus menjawabnya."

Sial! Song Kang kesal. Namun, saat ini kerutan di dahi tidak akan membantu ia untuk bisa mendekati So Hyun. Sebaliknya, dia memasang wajah seolah baik-baik saja menerima sikap ketus mantan kekasihnya itu.

"Sepertinya tidak ada yang harus kita bicarakan lagi. Aku harus pergi sekarang." So Hyun beranjak, diikuti Song Kang yang men-copy paste tindakannya.

"Kalau begitu biarkan aku mengantarmu pulang." Masih Song Kang yang dengan gigih mencari kesempatan.

"Tidak. Aku akan pergi bersama ...."

Song Kang menunggu. Tepatnya menunggu kata lanjutan yang mungkin mengartikan hubungan So Hyun dengan pria yang baru saja berbicara dengannya lewat telepon.

"Ah, aku pergi dulu."

Sayang, So Hyun tidak terperangkap. Ia membiarkan Song Kang menebak sendiri. Ia ingat, tidak ada kewajiban untuk menjawab semua tanya itu. Pun ia tidak peduli dengan apa pendapat Song Kang.

"Seong Youn-ah!"

So Hyun tersentak. Persis saat ia baru keluar dari pintu depan, sosok pria berkulit susu itu baru saja keluar dari taxi.

Song Kang berdiri di belakang So Hyun. Seperti dugaannya, pria yang pernah merangkul bahu So Hyun, ternyata namanya Seong Youn. Menemukan pria itu kini menjegal langkahnya-niat mengantar So Hyun-sungguh, ia tidak suka. Kesan yang terlanjur ia sematkan pada pria Cho yang masih tersenyum ramah.

***

"Bukankah pria tadi Song Kang? Model yang akan ikut menjadi pemain film Sutradara Hwang?"

So Hyun mengangguk. Duduk berdua di depan teras mini market 24 jam, Seong Youn membuka kaleng kopi yang ia beli. Sementara So Hyun memilih susu kotak untuk pengganjal perutnya yang lapar. Pertemuan dengan Song Kang berujung perut kosong. Belum sempat ia menikmati makan siang gratis, mood-nya memburuk dengan konversasi yang dibangun pria Song itu. Nyatanya, tidak ada hal serius yang perlu dibahas keduanya

"Kau mengenalnya?" tanya Seong Youn.

Pertanyaan yang membuat So Hyun mendesah panjang. Ia sama sekali tidak tertarik membahas pria Song itu lagi. Tidak dengan perasaannya yang masih dongkol.

"Yak! Apa kau menemuiku hanya untuk menginterogasi apa yang kulakukan? Kami hanya tidak sengaja bertemu di sana. Itu saja." Kebohongan yang diciptakan So Hyun demi menutupi masa lalunya. Termasuk pada Seong Youn. Apalagi hal itu bukan sesuatu yang bisa dibanggakan.

Seong Youn hampir saja lupa. Bertemu dengan Song Kang membuat ia lupa pada misi awal. Tentang ia yang ingin menyampaikan kabar baik pada So Hyun, dan melihat raut bahagia di wajah wanita Kim tersebut.

"Kau masih mencari pekerjaan?"

"Eoh," jawab So Hyun kurang antusias.

Seong Youn mengulum senyumnya. Tadinya ingin mengganggu So Hyun sedikit, mengulur waktu atau bermain-main dengan wajah kesal So Hyun, tapi sepertinya ide itu terlanjur menguap.

"Jadilah asistenku, Kim So Hyun."

So Hyun membola. Mengamati lekat wajah pria yang duduk tersenyum di depannya. Senyum lebar yang dikenali So Hyun.

"Selama dua bulan, bekerjalah denganku."

***

To be continued

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro