Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

OPERA | Duo

A/n: tag yukk temen-temen kalian buat ikut bacaa♥

▪▪▪

Kening pria itu berkerut, kacama tebalnya sedikit ia jauhkan. Lantas ia lepas seraya memijat pangkal hidungnya. Ia rasa, kepalanya berdenyut ketika ia mendapat surat kabar. Sebuah pengeboman terjadi di salah satu teater yang berada di pusat kota.

Aroma maskulin tercium bersamaan dengan masuknya seorang laki-laki muda yang baru selesai mandi. "Maaf, Sir. Pengeboman lagi?" tanyanya menaruh curiga.

Pria yang dipanggil Sir itu mengangguk. "Kita pergi lima menit lagi!" ucapnya beranjak, memanaskan mobil yang akan dipakai menuju tempat kejadian.

Braga memakai hoodie berwarna abunya dengan cepat, dipadukan dengan jeans biru laut yang sobek bagian lutut kanannya. Setelah itu, ia mengambil sebuah kamera dan menyusul pria berkacamata tadi.

Tempat teater sudah dipenuhi orang-orang yang penasaran. Polisi sudah memasang garis kuning, para korban sudah dilarikan ke rumah sakit setengah jam yang lalu.

Braga mengalungkan id card -nya yang bertuliskan Private Investigator Assistant tanda ia legal memasuki kawasan yang diberi garis polisi.

Kepala Polisi itu menahan pria berkacamata, hingga pria itu mengeluarkan dompet dan menunjukan kartu identitas miliknya.

D. Dahlan
Private Investigator.

"Saya yang dipanggil pemilik teater untuk bekerjasama menyelidiki," ucap Dahlan menjabat tangan kepala polisi tersebut.

Braga mulai memotret tempat kejadian. Bau potasium kolorat menusuk penciumannya, ini mungkin tidak dapat dilakukan oleh orang lain. Jika orang lain memerlukan labolatorium untuk itu, tapi Braga tidak, ia bisa mencium lalu mengenali senyawa aroma yang diciumnya.

Senyawa potasium kolorat dalam jumlah besar yang dicampur belerang, serbuk alumunium dan cahcoal, ia menuliskan bahan tersebut pada catatan kecilnya.

"Berapa jumlah korbannya, Sir?" tanya Braga pada David.

"Dua anak meninggal, delapan belas luka berat, tiga puluh luka ringan. Mereka semua sudah ditangani." David mengecek ponselnya yang sedaritadi bergetar.

"Apa ada kemungkinan terjadi pengeboman lagi?"

"Polisi sudah mengerahkan kekuatannya, kalau belum tertangkap. Kemungkinan dua hari kedepan akan ada lagi, tetap hati-hati. Kita belum tau motifnya."

Braga mengangguk lantas berkeliling, ia melepas sarung tangan karetnya lantas menyentuh lantai. Serbuk bening itu kini nampak, pecahan kaca yang cukup halus. Ternyata, selain bahan membuat bom yang tadi dicatatnya, peneror itu juga memasukan serbuk kaca.

Setelah merasa cukup, mereka kembali pada mobil. David mengendarainya santai, "kamu langsung ke rumah? Atau berkunjung di tempat baru saya?"

"Langsung saja, Sir. Mungkin lain kali saya mampir."

David mengiyakan, kadang ia kagum terhadap pemuda itu. Ia sangat pintar, meskipun tampilannya yang cukup berantakan, namun David akui, pesona Braga bisa meluluhkan siapapun.

Pria berkacamata itu menghentikan mobilnya di depan rumah Braga. Cowok itu turun setelah mengucapkan terimakasih.

"Braga!" panggil David ketika cowok itu hendak menutup pintu.

Braga menoleh, "iya, Sir?"

David menunjuk sesuatu berkilau, semacam nametag yang biasa digunakan anak sekolah yang berada di jok penumpang depannya.

"Gadis perempuan? Sejak kapan?" ledek David disusul kekehan.

Braga tersenyum lantas mengambilnya cepat, "terimakasih, Sir!" ucapnya sambil berlalu, tidak menanggapi ucapan David sebelumnya.

David mengangguk juga tersenyum. Falessa Allura, gumamnya dalam hati.

"Memangnya, siapa yang bisa menahan pesona Falessa Allura?" ucapnya hampir tertawa, tepatnya bangga.

•••

Lessa sedang fokus dengan layar laptop dihadapannya, kemudian fokusnya terganggu saat Latifa, ibu angkatnya itu masuk.

"Sudah bereskan cucian?" tanyanya tanpa sapaan seperti biasa.

"Sudah, Bu." Lessa masih fokus terhadap pekerjaannya.

"Apa disekolahmu tidak diajarkan sopan santun ketika berbicara dengan orang yang lebih dewasa?" tanyanya sarkas.

Lessa mendesah kecil, ia berbalik lantas memerhatikan ibunya. "Diajarkan Bu, maaf."

"Cepat makan! Ayah sudah menunggu dibawah!" perintahnya.

"Iya," jawab Lessa pelan.

"Lain kali, jangan merepotkan orang untuk memanggilmu hanya untuk sekedar menyuruh makan!" Latifa menutup pintu kamar bercat violet muda itu setengah membanting.

Lessa menghela napasnya. Ia mematikan laptop berisi tugas yang harus segera ia selesaikan. Langkahnya menuruni anak tangga cukup cepat, dan melihat ayah juga ibunya yang hampir memulai makan malam.

Gadis itu duduk, mengambil nasi juga sayur yang tersaji.

"Bagaimana sekolahmu?" tanya Ayah Lessa hangat, seperti biasa.

"Baik Yah," jawab Lessa disusul senyuman manis.

Ayah Lessa mengambil sendok, menimbulkan dentingan. "Kamu punya pacar?" tanyanya, dihadiahi Lessa yang kini tersedak.

"Engga, Yah!" jawabnya cepat, setelah mengambil sodoran gelas dari ayahnya.

"Enggak apa-apa, kalau ada, jangan lupa ajak dia mampir ke rumah. Ayah lebih menyukai anak yang terbuka dibanding harus bersembunyi."

"Iya, Yah."

Topik seperti itu sangat jarang dibahas, apalagi semenjak kematian ibunya, ia jadi lebih tertutup pada siapapun, apalagi masalah asmara. Memangnya ia pernah pacaran? Jatuh cinta saja belum merasakan, atau lebih tepatnya, tidak mau merasakan.

"Ohiya, kamu harus hati-hati, tadi ayah dapat kabar bahwa terjadi pengeboman di salahsatu teater kota, dan ayah sangat terkejut mengetahui itu tempat teater yang sering kamu kunjungi." Ayah mengambil garpu untuk menusuk daging rendang yang kini memasuki mulutnya.

"Iya, Lessa sedang tidak ada jadwal hari tadi, dan selama perbaikan, jadwal dihapuskan, Yah."

Ayah mengangguk, "Saya kira kamu udah gak main teater." Latifa bangkit pertama kali, menyelesaikan makannya.

Setelah selesai makan malam, ia membereskan semua peralatan makan, mencucinya kemudian meletakan gelas dan piring tersebut pada raknya.

Lelah mungkin saja hinggap, namun Lessa ikhlas mengerjakan itu semua. Semua pekerjaan rumah ia selesaikan sendiri, sepulang ataupun sebelum pergi ke sekolah.

Ia memasuki kamar, berbaring merebahkan tubuhnya yang seolah remuk. Akibat hukuman yang ia dapat, pelajaran yang memuakan juga pekerjaan yang harus ia selesaikan.

Pikiran gadis itu kembali pada nametag miliknya yang belum kembali. Ia takut besok terjadi razia lagi, lagi dan lagi. Bisa-bisa guru BK bosan mencatat namanya jika itu benar terjadi.

Ia juga memikirkan moodnya yang sering berubah tiba-tiba. Tapi mungkin sekarang dirinya memang sudah besar, ia lebih bisa mengontrol perasaannya. Hanya saja, kadang itu terjadi diluar sadar jika ia sedang terpaut sesuatu terlalu jauh, terlalu terkesima misalnya.

Ia jadi tertawa sendiri, bagaimana tidak? Ia ingat kejadian ketika dirinya masih bersekolah di sekolah dasar, ketika ia berhasil meraih juara satu. Bukanya senang, ia justru menangis kencang. Karena itulah cara menunjukan rasa senangnya, ia belum mengerti.

Jadi rencananya, besok ia akan mengambil nametag miliknya. Pada Braga, cowok urakan yang tidak tahu aturan.

Lamunannya terganggu ketika ponsel milik Lessa bergetar. Gadis itu meraihnya tanpa beranjak, menampilkan sebuah notifikasi masuk.

Ini gue, Satya. Besok berangkat bareng yuk, share loc rumah lo dong Sa.

Lessa menaikan kedua alisnya, ia tersenyum sedikit. Jarinya kini menari di atas keyboard ponsel.

Gak usah.

Sent.

Tak lama setelahnya, ponselnya bergetar lagi namun kali ini bukan sebuah pesan. Melainkan panggilan dari nomor yang sebelumnya mengirimi ia pesan.

Lessa menarik napasnya sebentar, kemudian menempelkan benda tipis itu di telinganya.

"Halo?" ucapnya gugup, karena baru kali ini iq mendapat panggilan telepon dari seorang cowok, kecuali ayahnya.

Kok gak usah? Sekalian padahal, mau ya?

"Nanti repotin," jawab Lessa yang kini sudah terduduk di samping kasurnya, mengayun kaki itu kebawah tanpa ia sadar.

Gak apa lagi, lagian gue udah tau rumah lo, malem Sa!

"Eh? Ma-malem." Lessa menutup sambungan ponselnya.

Setelah melepaskan ponselnya, ia kembali berbaring. Menahan sedikit letupan yang terjadi di dalam dirinya.

▪▪▪
P

ilih Braga, atau Satya?

AKUSIHHH BRAGAAA YAAAAAA!!!

Ahh bebeb♥♥

Ini juga cantiknya kebangetan,

Vomment dong gais.. Kira kira tekatekinya apa hayoooooo?

Bellaanjni, author jahat yang masih up padahal batre 2%

Bandung, 18/11/2018

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro