9. BHIBHI~YA FT. Nuguya?
Muncul lagi hehe...
Hanya berusaha membersihkan draft² yang sudah berabad²
.
.
.
Hi, it’s me Lisa with my Handsome Hawt Husband and my Beautiful Daughter.. Hehe
.
♡´・ᴗ・'♡
.
.
Senandung riang khas Sesa menghiasi perjalanan pulang Lisa, mereka sedang dalam perjalanan pulang dari rumah Jennie.
Gadis kecil itu tengah menyenandungkan intro ‘Love Shot’ milik EXO grup Ayahnya, Oh Sehun, yang berkumandang dari Music Player. Sesekali ia terdengar tergelak geli sendiri dari Baby Car-Seat nya di jok belakang, sementara Lisa terus fokus menyetir.
“Momma?!” panggilnya setelah selesai bersenandung.
“Ya sayang?” Lisa menanggapi Sesa tapi tetap terus fokus menyetir.
“Daddy Eodiga?”
“Daddy menjemput Bhibhi dari rumah Samchon, kemudian mengembalikan Luca, Lily, Louis kerumah Lily dan Louis Eomma” jawab gadis dengan poni khas itu.
“Oooohh”
Mendengar Sesa hanya ber-oh-ria Lisa terkekeh, ia menebak-nebak apa yang akan gadis kecilnya itu tanyakan lagi padanya.
Seperti yang diketahui, nona Oh kecil itu suka sekali bertanya, dan jangan lupakan dia adalah bayi pintar. Kalau kata Baekhyun, Sesa adalah bayi ajaib.
Usia 24 bulan dia sudah pandai berbicara, bahkan cara berbicaranya pun terkadang seperti anak usia 4-5 tahun.
Jadi, baik Sehun dan Lisa selaku orangtuanya, maupun Uncle-deul dan Aunty-deulnya terkadang kewalahan menjawab pertanyaan Sesa.
“Momma.. Kenapa Samchon membawa Bhibhi? Bukankah Bhibhi milik kita?” tanya nya lagi. “Lalu kenapa Luca, Lily dan Louis harus tinggal di rumah Lily dan Louis Eomma?” ia terus saja mengoceh.
Lisa terkikik mendengar pertanyaan bertubi-tubi dari putri nya, ia melirik Sesa dari spion tengah sambil mengulum senyumannya.
“Samchon membawa Bhibhi karena Bhibhi kukunya sudah panjang, dan harus di potong..” jawab Lisa, sambil sesekali mencuri lirikan melalui spion tengah. “Nah, kalau Luca, Lily, Louis...—”
“Wae?” bocah kecil itu memotong ucapan Ibunya dengan tidak sabaran.
“Seperti Sesa yang harus tinggal dengan Momma dan Daddy, begitu juga Lily dan Louis.. Mereka harus tinggal dengan Eomma dan Appa nya..” jelas Lisa gemas, ia tidak berharap lebih kalau Sesa akan langsung mengerti dan juga berhenti bertanya.
Gadis kecil itu tidak bersuara selama beberapa detik, tampaknya ia sedang mencerna penjelasan sang Ibu.
“Ooo.. Seperti LeoBhi juga? Apakah LeoBhi juga anak Momma Daddy?” pertanyaan Sesa tidak berhenti.
Lisa terkikik tanpa menghilangkan fokusnya dari menyetir.
“Ya, seperti itu..” ia membenarkan Sesa, karena apabila ia berusaha menjelaskan asal-usul Leo dan Vivi, itu akan menciptakan pertanyaan-pertanyaan baru dari Sesa.
“Tapi Daddy tidak tinggal dengan Halmoni dan Haraboji? Momma juga tidak tinggal dengan GrandPa dan GrandMa?”
Lisa melengos, ia berpendapat bahwa ini semua karena Sehun yang selalu menjejalinya dengan seafood (tentu saja dengan porsi seharusnya dan dibatasi) sampai mabuk saat mengandung Sesa, dan inilah hasilnya, gadis kecil Oh itu terlalu pintar! Seperti bukan balita berusia 2 tahun. Setidaknya, begitulah pemikiran Lisa.
Bukan hanya makanan yang bekaitan dengan ikan dan seafood lainnya, tetapi Sehun juga menjejali Lisa dengan telur, sayuran dan buah-buahan juga kacang-kacangan. Untung saat mengandung Sesa, Lisa tidak membenci makanan tertentu.
Menurut Sehun, dari beberapa survey yang ia temukan, bahwa makanan-makanan tersebut baik untuk Ibu hamil, karena memiliki manfaat bagi perkembangan otak sang bayi. Oh yeah, entah dimana Sehun menemukan semua survey tersebut, tapi yang jelas ia juga dengan hebohnya melakukan konsultasi khusus dengan dokter kandungan demi Lisa dan Sesa.
Tapi setiap mengingat hal tersebut, Lisa selalu tertawa dan juga terharu, perjuangan seorang Oh Sehun demi dirinya dan putri kecil mereka tidak akan bisa dibandingkan dengan apapun.
Namun tetap saja, Sesa seperti sekarang dengan segala kefasihannya yang membuat orang-orang selalu kelabakan dan kewalahan, semua karena Oh Sehun.
“Itu karena Momma dan Daddy sudah besar sayang..” Lisa kemudian menimpali Sesa seraya terkekeh.
Selesai Lisa menjawab, alunan pergantian lagu dari music player terdengar, mengalihkan Oh Sesa yang akan memberi pertanyaan baru kepada Lisa, Ibunya.
“Ooooh! Momma!” Sesa berseru girang mendengar intro Electric Kiss nya EXO mengalun. “Ada suara Daddy, Mom!” ia sangat antusias.
“Dibagian mana Daddy bernyanyi sayang?” Lisa bertanya pada gadis kecilnya. Testing.
“Uuh.. Baby baby what it ith (is) Momma!” jelas Sesa dengan sangat mantap.
Lisa menahan gelak tawanya, menggantinya dengan senyuman simpul. Kalau yang satu ini adalah ajaran Baekhyun kepada Sesa, dengan mengatakan kalimat yang disebutkan oleh Sehun dalam lirik tersebut adalah ‘Baby, baby what it ith’ seharusnya ‘Baby, baby what it is’.
Gadis Thailand itu jadi teringat dimana setelah Baekhyun mengajarkan hal tersebut pada Sesa, gadis kecil itu terus saja menyanyikan bagian Sehun dengan ejaan yang Baekhyun ajarkan selama berminggu-minggu membuat Sehun geram ingin menganiaya Baekhyun.
Salah satu keahlian Sesa lagi, merekam dan menyimpan dengan sangat baik segala hal yang ia lihat dan dengarkan. Lalu kemudian sewaktu-waktu ia akan mengulangnya dengan sangat tepat.
“Momma, apakah masih lama? Sesa ingin segera bertemu Bhibhi dan Leo” ocehannya kembali terdengar. “Apakah Daddy sudah sampai dirumah, Mom?”
Senyuman kembali menguar diwajah Lisa, mendengar pertanyaan tidak sabaran Sesa.
“Sepertinya sudah dirumah sayang.. Sebentar lagi kita sampai, Sesa cantik sabar ya..”
“Yeayy!! Arraseo Momma..” Sesa bersorak senang mendengar jawaban Lisa. “Momma, apakah Sesa boleh bermain dengan crayon Momma lagi?”
“Sayang, itu bukan crayon.. Itu make up Momma, dan Sesa tidak boleh bermain menggunakan make up, arrachi? Bukan kah Momma sudah membeli Crayon yang banyak untuk Sesa?” cegah Lisa.
Tentu saja Lisa tidak ingin kejadian make up berhambur menjadi serbukan-serbukan warna-warni, bertaburan di seluruh ruangan rumah mereka terulang lagi. Mulai dari kamar Lisa dan Sehun, kamar Sesa, ruang tengah, ruang tamu, ruangan bermain Sesa, kemudian ruangan Leo dan Vivi.
Belum lagi Leo dan Vivi yang memiliki bulu putih berubah menjadi warna-warni, ditambah ikatan pita dimana-dimana. Bahkan eyelashes dan juga lipstik Lisa menempel tidak karuan di bulu-bulu Leo dan Vivi.
Sesa juga tidak ketinggalan, ia memakai eyelashes Lisa sebagai kumis dan juga menempelkan bulu mata tersebut dijidat sebagai tambahan poninya, katanya. Ia juga memoleskan lipstik Ibunya di bibir, di pipi dan hidungnya, biar tampak seperti patung McD, begitu kata Sesa. :")
“Wae?” nada Sesa terdengar kurang bersemangat. “Crayon dari Momma dan Daddy tidak bisa menempel di bulu Bhibhi dan Leo, Mom..” jelasnya pada Lisa, berusaha merayu, dan Lisa tahu itu.
“Oh Sesa sayang.. Crayon itu bukan untuk mewarnai bulu Leo dan Bhibhi, tapi untuk digunakan pada kertas yang seharusnya” jelas Lisa, meski ia sangat tidak yakin Sesa akan setuju dengannya.
“Tapi Sesa ingin mewarnai LeoBhi, supaya semakin kiyowo Momma” rengek balita 2 tahun itu.
“Mereka sudah sangat kiyowo meski tanpa diwarnai..” Lisa meyakinkan.
“Ani... Supaya LeoBhi semakin canthikkk Momma” gadis kecil itu menekankan nadanya pada kata cantik.
Lisa mendesah pelan tanpa mengalihkan fokusnya dari stir mobil, ia terkekeh karena semua ocehan gadis kecilnya.
“Sayang... LeoBhi itu namja, arraseo? Jadi tidak perlu warna cantik dan juga pita..”
“Lalu siapa yang yeoja Momma?”
“Yeoja itu seperti Lily, tapi Sesa juga tidak boleh mewarnai dan memasang pita..” jelas Lisa dengan sangat sabar.
Tidak ada jawaban dari Sesa, mata bulat Lisa melirik cepat kearah spion tengah, ia mendapati Sesa tengah menyeringai licik, persis seperti Sehun. Entah ide apalagi yang terlintas dikepala balita 2 tahun itu.
Lisa tergelak melihat putrinya dari spion tengah, gemas sekali! Batinnya. Kalau saja ia tidak sedang menyetir, ia akan menganggu Sesa sepuasnya atau menggigit pipi gembulnya sampai Sesa meminta ampun.
Gadis kecil itu entah sejak kapan memakai kacamata pemberian Haraboji nya tempo hari, kacamata itu di beli karena Sesa selalu terobsesi memakai kacamata Momma atau Daddynya, bahkan kacamata minus milik Lisa juga menjadi sasaran Sesa, maka Ayah Sehun menghadiahi Sesa kacamata yang sesuai dengan gadis kecil berdarah Korea-Thailand itu.
Geraman gemas tertahan Lisa terdengar, tidak tahan untuk menyentuh putrinya. Sayang saja ia harus fokus menyetir agar mereka segera sampai ke rumah.
“Momma, apakah ini sudah sore?” celotehan Sesa kembali terdengar.
“Masih siang sayang, wae?”
“It's Darrkkk...” Sesa menunjuk keluar kaca mobil.
Gadis yang terkenal dengan poni khasnya sejak dulu itu langsung tergelak, tertawa. Oh Sesa! Anak ku kenapa seperti Daddy nya, batin Lisa.
“Ya Oh Sesa... Lepaskan kacamata Sesa itu, maka tidak akan terlihat darrkkk lagi..” Lisa meniru nada ‘dark’ Sesa.
Lalu gelak tawa Sesa berkumandang, diikuti oleh Lisa. Perjalanan 30 menit mereka menjadi terasa begitu singkat karena perbincangan dengan banyak tema yang mereka bahas diperjalanan.
Oh Sesa melonjak girang pada Car-Seat nya begitu mobil mereka terparkir di garasi rumah besar itu.
“Momma kajjah kajjah!” ia tidak sabaran.
Pertama, ia tidak sabar ingin bertemu Daddy nya yang terpisah sejak pagi. Lalu yang kedua, ia tidak sabaran bertemu dengan Leo dan Vivi. Sayang sekali Luca, Lily dan Louis sudah kembali kerumah mereka.
Gadis kecil itu terus melonjak girang begitu Lisa meraih dan menggendongnya, pintu rumah mereka tampak sedikit terbuka, itu artinya Sehun juga baru tiba dirumah itu dari menjemput Vivi.
“Daddy~yaaaaa!” serunya mendorong keras pintu berlari masuk kedalam rumah tanpa melepaskan kacamatanya. “Ouch! It's dark!” celotehnya kemudian.
Lisa yang tadinya sudah hampir mengomel karena Sesa tidak bisa pelan-pelan, akhirnya tertawa kencang dari arah pintu masuk.
“Aigoo~ya.. Aigooo~ aigoo~ aigoo~.. Nae aegi~ya sudah pulang? Had so much fun huh?” Sehun langsung meraih tubuh mungil gadis kecilnya lalu menggendongnya.
“Neh! Dad!” jawab Sesa antusias. “Daddy~ya where's LeoBhi?” tanyanya kemudian.
Pemuda itu langsung mengedarkan pandangan, diikuti oleh Lisa dan Sesa.
“Mungkin bermain di tempat biasa?” ujar Sehun tidak yakin.
Sesa langsung bergerak ingin turun dari gendongan sang Ayah, begitu keinginannya tercapai, ia langsung berlari mencari kedua makhluk berbulu tebal itu.
“Sayang jangan berlari, bahaya!” seru Lisa.
Gadis itu menggelengkan kepalanya melihat kelakuan putri semata wayangnya dan Sehun itu, sementara pemuda itu hanya terkekeh geli melihat tingkah Sesa.
“Hai Mom, apakah hari ini melelahkan?” ia meraih istrinya.
“Ani.. Justru aku ingin bertanya, apakah Oppa kelelahan? Ku dengar dari Baek Oppa, ada banyak tsunami project yang berdatangan pada Oppa?” ia menyandarkan kepalanya pada dada suaminya.
“Eoh, itu benar sayang.. Banyak sekali, biar ku sebutkan beberapa..” Sehun mengiyakan. “Beberapa brand meminta putri kita untuk melakukan photoshot dengan produk mereka, lalu ada beberapa majalah yang meminta kita melakukan family shot, dan juga majalah ‘nakal’ yang meminta kita melakukan hot shot..hehe” pemuda itu menyeringai diakhir.
“Mwoooo?”
“Tapi aku belum menerima semuanya, aku hanya bilang pada mereka untuk memberikan aku waktu memikirkannya..” lanjut Sehun. “Aku tidak bisa memberikan keputusan kalau belum membicarakannya denganmu dan juga meminta pendapatmu..”
Lisa tertawa lepas mendengar pengakuan Sehun, satu hal yang ia sangat banggakan dari suaminya adalah pemuda itu tidak pernah membuat keputusan sendiri tanpa istrinya.
“Jadi....” Lisa menggantung kata-katanya.
“Menurutmu bagaimana?” Sehun terlihat sangat penasaran.
“Aku belum begitu yakin dengan tawaran yang diberikan pada Sesa..” jawab Lisa. “Tapi kurasa kita bisa mencoba hotshot? Kkkk..” gadis itu menggoda suaminya.
“Ide bagus!” timpal Sehun cepat dan bersemangat.
Lalu kemudian keduanya tertawa lepas, namun tidak lama kemudian...
“Huweeeeeeee!!!”
Tangisan Sesa menggema, membuat kedua orangtuanya saling berpandangan. Lisa menatap Sehun bingung, sementara pemuda itu menggaruk tengkuknya salah tingkah.
“Bhibhi~yaaa! Huwaaaa.......”
Isak tangis gadis kecil itu semakin kencang, membuat Lisa dan Sehun berlari menghampiri arah suaranya dengan panik.
“Oh Sesa, wae??” bingung Lisa melihat gadis kecilnya terisak-isak dilantai.
“Bhibhi~ya..” isaknya sambil menunjuk Vivi dilantai.
“What's wrong?” Lisa semakin heran karena tidak melihat ada hal yang pantas Sesa tangiskan.
Sehun yang paham arti tangisan Sesa, langsung berdehem, mengulurkan tangannya pada Sesa. Namun gadis kecil itu justru menangis sejadi-jadinya.
“Daddy jahat! Daddy jahat!” jeritnya.
“Oh Sesa!” Lisa menghampiri Sesa yang kini sudah berbaring dilantai menangis dan mengamuk. “What happened?” ia berusaha meraih Sesa.
“Sesa my baby, my love...” Sehun membujuk. “Mianhae..mianhae..”
Pemuda itu dengan mudah menarik Sesa yang mengamuk dilantai masuk kedalam gendongannya, dan membujuknya untuk tenang.
“Bhibhi~yaaa... Huu...huu...” tangis Sesa sambil tersedu.
“Mianhae sayang, mianhae...” Sehun terus menenangkan gadis kecilnya.
Lisa menatap Sehun dan Sesa bergantian dengan tatapan super heran, sungguh gadis itu tidak mengerti sebenarnya apa yang sedang terjadi?
“Bhibhi~ya..hikss..hikss..Bhibhi...” nama Vivi terus keluar dari bibir Sesa.
“ADA APA SEBENARNYA?” gemas Lisa yang tidak juga kunjung mengerti.
Sehun hanya tersenyum menimpali kebingungan dan pertanyaan istrinya, sambil mengecup-ngecup sayang Sesa yang masih terisak, menenangkannya.
“Sayangnya Daddy... I love you..” gumam Sehun sambil terus mencium putrinya.
“Bhibhi..hiks..”
“Kenapa dengan Bhibhi sayang?” Lisa meraih putrinya yang berada dalam gendongan Sehun. “Katakan pada Momma, kenapa? Hm?” ia mengusap wajah basah Sesa lalu memeluknya.
“Bulu Bhibhi hi—hilang..Momma...hikss” jawabnya masih terisak.
Demi apapun Lisa tidak tahu apakah ia ingin tertawa atau menangis mendengar jawaban polos Sesa. Gadis kecil itu menangis dan mengamuk karena bulu Vivi dicukur, Lisa dan Sehun tahu betul Sesa sangat mencintai Vivi dan Leo dengan bulu lebat.
“It's okay baby, it's okay..” bujuk Lisa. “Tidak lama bulu Bhibhi akan tumbuh banyak banyak lagi.. Jadi jangan menangis lagi, arrachi gadis pintarnya Momma?”
“Sesa ingin bulu Bhibhi yang banyak banyak Momma, bukan yang botak, hiks”
“Sayang...” Sehun menyela. “Itu bukan botak, hanya di cukur karena Bhibhi kepanasan.. Seperti Sesa kalau gerah..”
Gadis kecil itu terlihat berpikir sebentar, lalu mengangguk.
“Tapi Sesa mau bulu Bhibhi banyak banyak, biar bisa di beri pita dan di coloring Dad...”
Lisa menahan tawa nya sekuat tenaga, sambil mengeratkan dekapannya pada gadis kecilnya.
“Arraseo, Sesa bersabar sebentar ya, tidak lama lagi, bulu Bhibhi akan segera tumbuh banyak banyak...” Lisa meyakinkan.
“Jeongmal?”
“Ndee~” jawab Lisa dan Sehun bersamaan.
“Yeayyy!!” sorak Sesa kemudian, ia sudah kembali ceria setelah drama mengamuknya. “Momma, Daddy.. Sesa ingin bermain dengan LeoBhi..”
Ia turun dari gendongan Lisa, kemudian menghampiri Vivi yang tengah bersantai disudut ruangan, ia mengusap-usap pelan punggung Vivi yang tampak plontos.
Lalu, ia kemudian mengedarkan pandangannya dan mencari-cari.
“Lioohh...” panggilnya.
Begitu matanya bertemu dengan sosok berbulu lainnya, ia tersenyum sumringah menghampiri kemudian mengangkat tubuh besar Leo dengan tertatih membawanya mendekat pada Vivi.
“Leo~ya, jangan botak seperti Bhibhi ya..” gumamnya.
Leo hanya menatap Sesa dengan seksama, seolah mengerti maksud gadis kecil itu.
“Good boy!” pujinya. “Liooh good boy, Bhibi~ya good boy..”
“Jangan mewarnai dan memasang pita pada LeoBhi lagi, arraseo?” Lisa memperingatkan.
Gadis mungil itu hanya mengangguk, sambil memainkan moncong Leo dan Vivi bergantian.
“Bukankah ia sepertimu sayang?” suara Sehun berbisik menyela Lisa. “Dulu diawal-awal kau bersama Vivi, kau juga memasangkan pita padanya bukan?”
Bibir Lisa mengerucut mendengarnya, memang benar dulu jauh sebelum Sesa ada, jaman dimana Lisa baru debut bersama BLACKPINK ia sering mempermainkan Vivi. (Baca SUBROSA diawal-awal)
“Ish, waktu itu kan aku masih terlalu muda Dad..” ia membela diri.
“Sekarang juga masih muda sayang, bukan kah kita ini young Momma and Daddy?” goda Sehun. Tapi memang benar.
“Iya benar, itu juga karena Oppa yang tidak sabaran ingin punya bayi, iyakan?”
Tawa Sehun menggema, jika mengingat-ingat masa lalu sebenarnya banyak kejadian-kejadian diluar dugaan yang terjadi, tetapi untungnya kejadian luar dugaan tersebut adalah hal yang baik dan juga lucu jika diingat kembali.
Keduanya kemudian terlarut, menonton Sesa yang tengah mengajak Leo dan Vivi mengobrol. Entah apa yang gadis kecil itu kisahkan, yang jelas ia berceloteh terus sampai-sampai Leo dan Vivi tertidur.
Momma, Daddy... Sepertinya Sesa butuh teman.. Hehe :v
.
.
.
Sore hari itu, Sesa tampak duduk tenang diruang tengah mengutak-atik sebuah benda persegi panjang, sesekali tawanya terdengar berkumandang.
“Sayang, sedang apa?” suara Lisa terdengar datang dari arah dapur.
“Ige...” gadis mungil itu menunjuk dengan bibirnya kearah benda yang ia pegang.
“Eoh? Ponsel Daddy? Lalu Daddy dimana?” tanya Lisa penasaran.
“Daddy sleeping, Momma..”
Lisa hanya ber-oh-ria mendengar jawaban Sesa, ia mendekat kearah putrinya tersebut lalu menyodorkan botol berisi susu kepada gadis kecil itu.
“Habiskan ya...” titah Lisa dengan lembut.
“Yeayyy! Milk milk milk! Terima kasih Momma..” girangnya dan langsung meminum susunya.
“Sama-sama bayi pintarnya Momma..” balas Lisa sembari mengulurkan tangannya mencubit lembut pipi gembul putrinya.
Gadis kecil itu langsung membaringkan tubuhnya pada bantal besar yang sering ia pakai diruang tengah untuk menyusu, ia tampak begitu menikmati Susu nya.
Sementara Sesa menghabiskan susunya, Lisa kembali pada kesibukannya didapur, mumpung gadis mungil itu sibuk dengan hal lain batinnya. Karena bisa saja nanti manja nya Sesa kumat, dan ia akan menempel terus pada Lisa, sehingga Mommanya itu tidak dapat berbuat apa-apa.
Kembali pada Sesa diruang tengah, tampak ia telah menghabiskan minumannya dan ia kembali sibuk mengutak-atik ponsel Sehun yang ia mainkan sejak tadi.
Tuuut.... Nada telepon tersambung dari ponsel yang Sesa pegang terdengar. Gadis kecil itu melakukan panggilan menggunakan ponsel Daddy nya. 😭
Tuuutttt...
“Yeoboseyo..” suara dari seberang sana terdengar menjawab panggilan yang Sesa lakukan. “Wae, Sehun~ah?”
“Ya! Ya! Ya! Ya! Nuguya??!! Nuguya?!!” balas Sesa kepada penerima tersebut.
“Mwo? Oh Sesa?! Ya bukankah Sesa yang menelepon Uncle Baek?” suara diseberang sana terdengat kaget. “Dia yang menelepon, dia yang bertanya..” gumam Baekhyun melalui saluran telepon.
“Nuguya?! Nugu?! Nuguya?!” gadis kecil terus saja mengucapkan kata tersebut.
“Ini uncle Baek, Oh Sesa..” jawab Baekhyun sabar. “Sesa sedang apa? Kenapa bermain ponsel Daddy, huh?”
“A yo Uncle! Wassap!” Sesa menirukan salam Daddy nya. “Uncle Bebek, ayo main ke rumah Sesa..” ajaknya.
“Baiklah, Uncle Baek akan bermain kesana besok ya?”
“Neh! Uncle! Yeayy!! Uncle Bebek yang kalah yah?! Sesa yang menang!” seru Sesa girang.
“Belum juga bermain, dia sudah ingin menang saja.. Dasar bayi ajaib! Anak Oh Sehun tidak diragukan lagi..” gumam Baekhyun diseberang sana, namun kemudian ia tertawa. “Arraseo, Uncle Baek kalah..”
“Asikkkkk!”
“Hey, Oh Sesa..” Sela Baekhyun melalui telepon. “Mengobrol yang lama dengan Uncle ya, agar tagihan telepon Daddy nya Sesa membengkak, haha”
“Ish! Bebek Bebek bad guy! Huuuu bad guy!” gadis itu malah mengejek Baekhyun. “Bye Uncle!”
“YA OH SE—!!”
Tuuttt....tuuttt.... Sesa memutuskan sambungan secara sepihak, sementara diseberang sana Baekhyun terus mengomel, mengapa Sesa harus menerima banyak gen dari Sehun, sehingga kelakuannya menjadi persis seperti Daddy nya.
Tampaknya Sesa belum puas, ia kemudian mengutak-atik kembali ponsel Sehun, dan kemudian.
Tuuutt.... Telepon tersambung oleh Oh Sesa.
“Yeoboseyo? Oh Sehun?”
“NUGUYA?!!! NUGUYA!!!?” Sesa bertanya dengan nada melengking.
Lalu tawa berderai terdengar dari seberang sana.
“Oh Sesa? Ya.. Gadis pintar, kembalikan ponsel kepada Daddy, arraseo? Nanti Daddy nya Sesa marah..” kekeh suara si penerima telepon.
“Nuguya??!”
“Ini Sooman Haraboenim.. Katakan pada Daddy, kapan membawa Sesa menjenguk Haraboenim?” pria itu masih tertawa.
“Haaaa? Snowwmann??” Sesa meyakinkan pendengarannya yang salah.
Lagi, derai tawa khas lelaki paruh baya terdengar diseberang sana.
Lisa yang sejak tadi mendengar Sesa sedang berbincang, tapi tidak dengan Leo Vivi menjadi sangat penasaran.
“Sayang, siapa?” tanya Lisa pada Sesa yang asik berbicara melalui ponsel Daddy nya.
Gadis kecil itu menyodorkan ponsel Sehun pada Lisa, begitu gadis Thailand itu melihat layar ponsel tersebut, matanya membulat kaget.
“Sajangnim! Jeoseonghamnida..jeoseonghamnida..” Lisa langsung meminta maaf dengan heboh. “Sesa sedang memainkan ponsel Daddy nya, minta maaf sekali karena sudah mengganggu sajangnim..”
“Gwenchana.. Saya justru terhibur..” pria paruh baya itu masih tertawa. “Katakan pada suami mu Lisa~ya, kapan ia akan membawa kalian menengok agensi? Ini sudah lama sekali sejak Sesa lahir..”
“Ah, nde sajangnim, akan saya sampaikan.. Secepatnya kami berkunjung ke agensi” gadis itu mengiyakan.
“.....”
“Ndee.. Gomawo sajangnim, selamat sore..”
Begitu sambungan terputus, Lisa menatap Sesa lama, kemudian mengecupnya berulang dengan gemas.
“Dasar anak nakal..” ujarnya lalu kembali mengecup gadis kecilnya.
“Momma, bisakah Sesa bermain dengan ponsel Daddy lagi?” pintanya.
“Arra.. Asal jangan menelepon siapapun lagi, okay?”
“Okay Momma!”
Lisa tertawa kemudian kembali ke kesibukannya, dan Sesa tidak menepati janjinya, nyatanya ia kembali melakukan panggilan.
Tuuuttt..... Panggilan tersambung, dan tidak butuh waktu lama panggilan tersebut disambut dari seberang sana.
“Ya Oh Lisa, apakah kau lupa menyimpan ponselmu dimana lagi, sehingga kau memakai ponsel Sesa Appa?” pertanyaan beruntun terlontar darisana.
“NUGUYA?!!! NUGUYA??!!” Seperti biasa Sesa bertanya balik.
“Mwo?!”
“NUGUYA??!!!” Sesa semakin menaikkan nadanya.
“Oh Sesa! Ini Jichu Eomma, kenapa memainkan ponsel Daddy, eoh?” suara familiar ditelinga Sesa mengalun.
“Hae Chichu Eomma! Bye Sesa mau bermain dulu yaaa...”
Tuutt! Sambungan langsung terputus, dan Sesa kembali menekan-nekan layar ponsel Sehun.
Truuttt..... Nada sambung kembali terdengar. Kali ini suara alunan rap Sehun juga terdengar mengalun di rumah tersebut.
Mata bulat Sesa menangkap Momma nya tengah berlari masuk ke kamar, setelah itu ia keluar sambil memegang ponselnya, menatap Sesa menyelidik.
Ia menaruh ponselnya ditelinganya kemudian berbicara.
“Bukan kah Momma sudah bilang jangan menghubungi orang dengan sembarangan lagi?” ujar Lisa dan terdengar juga melalui speaker ponsel yang Sesa pegang.
Sesa menyengir menatap Lisa, kemudian memutuskan panggilan yang terhubung ke ponsel Momma nya.
“Hehe, Momma...” ia salah tingkah. “Mian...”
“Kemari, kiss kiss Momma dulu..” pinta Lisa, ia berjongkok agar Sesa bisa meraihnya.
Cup!
Cup!
Cup!
Gadis kecil itu mendaratkan kecupan diwajah Lisa, baru saja ia selesai, tubuhnya sudah terengkuh didalam pelukan Momma nya. Tidak lama gelak tawanya meledak akibat gelitikan Lisa.
“Nom..nom..nom..nom makan saja pipinya anak nakal..” Lisa terus mengerjai Sesa sambil pura-pura memakan pipinya.
“Ampun Momma, Sesa tidak akan buntal lagi...” rengeknya.
“Mwo? Nyatanya memang buntal, ini pipi buntal..” Lisa semakin menjadi-jadi menggigit gemas putrinya.
“Aniya Momma, Sesa tidak akan nakal lagi” ralatnya.
“Bandel sayang, bukan buntal...” suara Sehun menyambung dari arah kamar.
Sesa langsung melonjak begitu melihat Daddy nya.
“Daddd... Help meh!” ia memelas ingin membebaskan diri dari gelitikan Momma nya.
“Popo dulu...” Sehun ikut mengerjai.
Lisa melepaskan Sesa dari dekapannya, membiarkan balita usia 2 tahun itu menghampiri Daddy nya.
“Mwaaa...” ia mengecup hidung Sehun.
“Hmm.. Aroma susu..” pemuda itu tergelak, karena memang aroma susu. “Jadi apa yang membuat kedua gadis kesayangan Daddy ini ribut disore hari? Hm?”
“Snowman booenim calling Sesa Dad..” jawab Sesa polos.
“Hah?” Sehun keheranan.
Kikikan Lisa terdengar menginterupsi keheranan suaminya.
“Sesa menelepon banyak orang memakai ponsel Daddy..” Lisa mengkoreksi Sesa.
“Aah.. It's okay! Woah gadis Daddy pintar sekali, jadi sudah telepon siapa saja?” Sehun justru memuji, membuat Lisa merotasikan matanya.
Mata Sesa berbinar, ia tampak bangga sekali dengan pujian Daddy nya.
“Sesa telepon banyak buanyaakkkk Dad..” ujarnya sumringah. “Bolehkan Sesa bermain ponsel Daddy lagi? Sesa ingin telepon Haraboji dan Halmoni..”
“Oh tentu saja!” Sehun mengiyakan sambil menyerahkan kembali ponselnya pada Sesa, yang sebelumnya sudah sempat disodorkan Lisa.
“Dadd?” Lisa ragu dengan keputusan Sehun.
“It's okay sayang, biarkan dia berkreasi..”
Akhirnya gadis berponi dengan mata bulat itu mengikut saja dengan permainan suaminya dan putrinya. Keduanya menatap dengan seksama, putri mereka yang tengah mengetuk-ngetuk layar ponsel.
Tuuuttt...... Tersambung.
“Halo selamat sore, Cheong Wa Dae disini, ada yang bisa kami bantu?” suara sangat formal dan sopan terdengar dari seberang sana.
“YAAAA!!! NUGUYAAA?!! NUGUYA?! NUGU?!!” pertanyaan balik Sesa kembali terdengar, dan..
TUUTTT!!! Ia menutup sepihak teleponnya seperti biasa, lalu memamerkan senyumannya.
Lisa yang sejak tadi penasaran mengambil ponsel tersebut dari Sesa, dan membaca calls history-nya.
Cheong Wa Dae = Blue House
“Mwo?? Oh Sesa..” shock Lisa.
Cheong Wa Dae/Blue House/Rumah biru merupakan kantor Kepresidenan Republik Korea Selatan.
Tawa Sehun berkumandang melihat kehebohan istrinya, dan juga wajah tidak berdosa putrinya, benar-benar kombinasi yang lucu batinya.
“Tidak apa-apa sayang, siapa tahu setelah ini anak kita menjadi Menteri atau Dubes termuda Republik Korea Selatan ini.. Hahahaha”
“Hihihihihihi” Sesa mengikuti tawa Daddy nya.
Mau tidak mau Lisa pun ikut tertawa.
SESA~YA, Eoh.. jinjja!
.
.
———
END
———
.
.
Yohay, Ini garing banget jadinya, miankan haha :")
See you soon Auntcle-deul!
Lope banyak banyak dari Sesa Syantik♥
.
.
Kiss kiss from:
Momma, Sesa, Daddy❤
Momma with Baby Sesa~
Sesa and Momma ♥
.
.
.
©Lalicize
December 11, 2019
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro