7. Boyfriend + Uncledeul ~ + D I !
Note: Isi percakapan awal (Sesa&Daddy) copy paste dari Video kompilasi Daddy&Daughter moments. Tapi lupa nama video nya, dan nggak kepikiran buat copy link soalnya ini draft tahun lalu :")
So, mare dipersilahkeunnn~~
.
.
♡☆♡☆♡
.
.
“Hey, Sesa... We're practicing okay?”
Sebuah suara dari arah ruang tamu terdengar, membuat Lisa yang tengah melintasi tempat itu berhenti karena penasaran.
Mata Lisa menangkap sosok Sesa yang tengah menatap seksama Ayahnya yang sedang bicara.
“Whenever a boy, asks you to be his girlfriend, i want you to look at him, and i want you to say RRRRRRRRRRRR!!!” ajar Sehun kepada putri nya.
“Rrrrrrrrrrr!!!” Gadis kecil itu langsung mempraktekkan dengan sempurna apa yang Sehun ajarkan.
“Good! RRRRRRRR!” Puji Sehun sambil terus mengulang ajaran nya.
“Rrrrrrr!!” Sesa dengan patuh meniru Ayahnya.
“Louder.. Rrrrrrrrrrrrr!!”
Lisa mengerutkan dahinya, dan juga tampak menahan tawa. Apa yang mereka lakukan? batinnya.
“I love you, mwahh” suara Sehun terdengar lagi, tampak pemuda itu mengecup gemas gadis kecilnya. “So, Daddy ingin Sesa membuat pernyataan ini” lanjut nya lagi.
What the.... Sesa bahkan masih sangat kecil, Daddy overprotective macam apa ini?
Namun Lisa masih betah mengamati kedua kesayangan nya dengan diam-diam.
“Katakan: I will have no boyfriend ever...” ajar Sehun lagi.
Dan Sesa tetap melakukan apa yang Ayahnya perintahkan.
“I promise” lanjut Sehun.
“I promise” Sesa mengikuti.
“Never one boyfriend..”
“Never one boyfriend..” gadis kecil itu masih setia mengulang ucapan Sehun.
“Alright, i love you honey!” Sehun tersenyum bangga pada Sesa.
Mata Sesa mengerjap-ngerjap menatap Sehun dengan jenaka.
“Maybe two boyfriends?” ucapnya polos.
“No! You said 'no boyfriend ever' !” protes Sehun dengan sangat cepat.
Seketika itu juga tawa Lisa meledak tanpa bisa ia tahan, ia mendekati kedua orang itu dengan terbahak-bahak.
“Mwoya Oppa? Apa yang Oppa ajarkan kepada Sesa? Dia bahkan masih sangat kecil, pelajaran seperti itu masih sangat jauh sekali” tanya Lisa.
“Aku tidak mau anakku punya kekasih!” jawab Sehun.
“Ya! Oppa ini kenapa??” bingung Lisa.
“Momma.... Sesa wanna have boyfriend” Sesa menyela ucapan Lisa.
Gadis Thailand itu membulatkan mata besarnya, menatap Sesa tidak percaya. Bagaimana mungkin gadis kecil berusia 26 bulan itu mengerti tentang kata 'boyfriend'??
“Boyfriend? Siapa yang mengajarkan kata itu pada Sesa, hm?” selidik Lisa pada putri kecilnya.
Sesa mengedipkan mata beberapa kali, menatap Lisa bingung.
“Uncle Bebek Mom..” jawabnya kemudian.
“Again?” Lisa mengalihkan tatapannya pada Sehun.
“See? Kenapa aku begitu protektif pada gadis kecilku?” pemuda itu membalas.
Lisa menggertakkan giginya gemas, lagi-lagi uncle-deul Sesa berulah pikirnya. Gadis kecilnya itu memang cerdas, bahkan di usia dua tahun nya saja sudah lancar berbicara meski agak cadel dibeberapa kata, selain itu daya tangkap nya sangat luar biasa.
Hal itulah yang membuat Lisa dan Sehun begitu hati-hati dalam berucap dan bertingkah didepan Sesa.
Karena kalau tidak, gadis kecil itu akan merekamnya dan mengulang nya dengan sangat sempurna.
“Nona Oh...” panggil Lisa kemudian pada Sesa. “No boyfriend, arraseo? Sesa masih sangat kecil..” lanjutnya memberi pengertian.
“Tapi Uncle Baek bilang boleh, Momma?”
“No.. Tidak boleh. Setelah Sesa menjadi dewasa seperti Daddy dan Momma baru boleh, mengerti?” jelas Lisa lembut.
Gadis kecil itu hanya memanggut-manggut mengerti, baginya tidak apa-apa, asalkan ia tetap bisa bermain. Lagipula, ia tidak benar-benar mengerti arti dari kata 'berkencan'.
“Bermain dengan Daddy lagi?” tawar Sehun kemudian.
Sesa mengucek kedua matanya, menatap Ayahnya sayu, sambil mengangguk pelan. Sehun terkekeh, lalu mengangkat tubuh kecil Sesa kedalam gendongannya, ia tahu apa yang harus ia lakukan.
Anak itu mengantuk sekarang.
Selang lima belas menit, dengkuran halus Sesa terdengar mengalun lembut. Sehun tertawa kecil sambil mengelus punggung gadis kecil itu didalam gendongannya.
“Aigoo, tukang tidur seperti Momma saat mengandung..” bisiknya.
Lisa hanya mendelik mendengar bisikan Sehun pada putri mereka, namun ia tersenyum diam-diam.
“Ku rasa aku harus men-training Uncle~deul nya Sesa, sebelum mereka meminjam Sesa untuk bermain” ujarnya kemudian. “Mereka harus menjaga ucapan mulut, pengajaran dan juga tingkah mereka. Terutama Baek dan Chan Oppa!”
Lagi, Sehun hanya tergelak pelan mendengar pernyataan Lisa. Ia menggendong Sesa dengan hati-hati membawa putri kecilnya menuju kamar. Hari sudah mulai gelap, gadis kecilnya terlelap awal hari itu.
.
.
***
.
.
Next day...
Hari sudah menjelang sore, Sehun tampak baru tiba dirumah besarnya. Pemuda itu berjalan agak cepat, sambil bersenandung kecil. Ia tidak sabar segera bertemu dengan Istri dan juga putri kecilnya, dahi nya mengerut mendapati rumah mereka begitu hening.
Biasa nya celotehan Sesa akan terdengar, atau gonggongan Vivi, meongan Leo dan Luca atau omelan Lisa karena Sesa beserta ketiga pasukannya membuat kerusuhan di rumah, seperti menghamburkan apapun yang bisa mereka hamburkan.
Begitu masuk kekamar, ia mendapati Lisa yang sedang duduk dimeja riasnya sambil mengutak-atik ponsel canggihnya. Pemuda itu menyeringai nakal.
Grep!
Ia memeluk gadis itu, sambil mengecup lama puncak kepala Lisa.
“Hello Momma...” bisiknya dengan suara khas.
“Eoh? Oppa sudah pulang, kenapa aku tidak mendengar mobil Oppa?” gadis itu menoleh dan meneliti suaminya.
Sehun tidak menjawab, ia justru menarik Lisa berdiri dari tempat ia duduk, lalu memeluk pinggang istrinya. Gadis itu membalas, dengan mengalungkan kedua lengan nya pada leher Sehun. Lisa tersenyum, kemudian memajukan wajah mengecup lembut bibir sang suami.
Yeah, rutinitas mereka setiap hari.
“Kau selalu terlihat menggoda” goda Sehun usil usai acara kecup-mengecup mereka.
“Of course!” balas Lisa. “Bukan kah itu yang Oppa suka?”
“100 % benar sekali..” pemuda itu menyunggingkan evil smirk nya.
Baru ia merunduk ingin melanjutkan aksinya, namun gadis itu menahan dada Sehun sambil tertawa.
“Kendalikan diri Daddy~ya...” mata bulatnya melirik ke arah pintu kamar mereka.
Mengerti maksud Lisa, Sehun tertawa lalu melepaskan kungkungan nya dari pinggang sang istri. Sementara di ambang pintu, sesosok mungil berdiri tengah mengamati kedua orang itu.
“Hai cantik! kemarilah, Daddy rindu sekali!” panggil Sehun sambil berjongkok dan merentangkan kedua tangannya lebar.
Gelak girang gadis kecil terdengar, ia berlari cepat masuk kedalam gendongan Ayahnya.
“Daddy! Where's my present?” tagihnya.
“Here..” Sehun mengecup kedua pipi chubby Sesa berkali-kali.
Cup!
Cup!
Cup!
Cup!
Seruan girang dan geli Sesa berkumandamg memenuhi kamar itu, lalu gadis kecil itu mengalihkan mata bulatnya yang persis milik Lisa kearah sang Ibu.
“Momma? My present?” pintanya, kali ini kepada Lisa.
Lisa tergelak lucu mendengar gadis kecilnya yang selalu meminta hadiah ciuman di kedua pipinya, apabila ia mendapati kedua orang tua nya sedang bermesraan.
“Present is coming...” Lisa menghampiri Sesa yang tengah digendong oleh Sehun. “Nomm....nom...nom...nom...” gadis itu berpura-pura tengah memakan pipi gembul Sesa.
“Aaa...aaa..!!” gadis kecil Oh itu berseru geli bercampur girang.
Pekikan girang Sesa semakin menjadi-jadi, ketika Sehun ikut-ikutan melakukan hal yang sama dengan Lisa.
“Shoopppp(stop)...shoopppp(stop)... Shop(stop) Momma Daddy, please shooop(stop)..” Mohonnya kemudian.
Kedua orang tuanya berhenti, lalu menatap gadis kecil itu usil.
“Sesa ingin bermain dengan Bhibhi, Leo, Luca” pinta Sesa, ia bergerak ingin turun dari gendongan Sehun.
Pemuda itu meloloskan permintaan putrinya, dengan menurunkan Sesa. Dalam sekejap gadis kecil itu berlari meninggalkan kedua orang tuanya menghilang dari balik pintu kamar.
“Jangan mengerjai LeoBhiCa lagi arraseo?!” seru Lisa memperingatkan Sesa.
“Aniya Momma!” jawabnya dari luar kamar.
Ingatan Lisa masih segar sekali, dimana Sesa mengepang bulu-bulu tebal Vivi dengan pita warna-warni dan memasangkan nya jepitan rambut, serta memoleskan peralatan make up Lisa pada Bichon itu. Sementara Leo dan Luca berhasil menyelamatkan diri dari eksperimen gadis kecil 26 bulan itu dengan memanjat rumah mainan mereka, malangnya Vivi tidak dapat berkutik dan menyelamatkan diri sama sekali.
Kikikan Sehun kemudian membuyarkan ingatan Lisa tentang eksperimen Sesa, pemuda itu masih tertawa, lalu merangkul Lisa.
“Bhibhi sangat menyayangi dongsaeng nya, jadi ia rela-rela saja menjadi bahan percobaan gadis kita itu” ujarnya.
“Ck... Itu akan menjadi kebiasaan kalau ia tidak diingatkan”
“Tapikan Momma sudah mengajari Sesa mengenai hal itu, lagi pula ia masih sangat kecil sayang..” balas Sehun tenang.
Lisa menghela nafas pelan, kemudian mengangguk menyetujui ucapan Sehun. Mungkin Sesa benar-benar butuh teman bermain sesama perempuan, dalam hatinya ia berencana akan meminta Jennie membawa Jinna dan Jinny bermain kerumah menemani Sesa.
“Aku bisa tenang untuk hal yang ini Oppa, tapi yang perlu kita khawatirkan adalah saat Sesa bersama Uncle~deul, ucapan mereka terkadang tidak terkontrol..” keluh Lisa resah.
Sehun membenarkan ucapan Lisa, sekali lagi Sesa itu memiliki daya rekam dan daya meniru yang sangat tinggi.
Belum selesai lamunan Lisa dan Sehun mengenai kekhawatiran mereka terhadap Sesa yang terkontaminasi bahasa uncle~deul nya, bunyi barang berhamburan membuat pasangan itu bertatapan.
Brugghhh!
Pasti mainan susunan piramida Sesa roboh, begitu pikir keduanya. Lalu...
“Ohh dang it!”
Sebuah celotehan membuat Lisa menegang, dengan cepat ia keluar dari kamar menuju ruang bermain Sesa, sementara Sehun mengekor.
“Dang it! andwae, dang it!” suara mungil itu kembali mengalun di pendengaran Lisa, membuat gadis itu gemas sekali.
“Ya..! Nona Oh...” seru Lisa sambil melipat kedua tangan didepan dada, menatap tajam Sesa.
“Dang it Momma... Dang it!” kata-kata itu terus mengalir dari bibir gadis kecil itu.
“Stop it..That's not good Sesa~ya..” protes Lisa kesal. “Darimana Sesa mendengar kata itu, siapa yang mengajari?”
Gadis kecil itu terdiam sebentar, lalu membuka bibir mungilnya untuk bicara.
“Dang i—”
“Sayaaanggg....” Sehun memotong ucapan Sesa dengan cepat sebelum Lisa mengamuk. Pemuda itu menarik Sesa kedalam kungkungannya. “Jangan ucapkan lagi, arrachi? Tidak baik..” nasehat nya.
“Katakan pada Momma, dari mana Sesa mendengar kata itu? Siapa yang mengajari Sesa eoh?” tanya Lisa dengan tegas.
Gadis kecil itu bungkam, ia memeluk leher Sehun, sambil menatap Ibu nya takut-takut. Mata bulatnya mengerjap-ngerjap merasa bersalah, membuat Lisa tidak tahan ingin memeluknya, namun ia menahan perasaan demi kebaikan Sesa.
“Sesa~ya katakan kepada Momma...” suara Lisa menurun.
“Ayo katakan pada Momma..” bisik Sehun membujuk Sesa.
“Momma~ya.. Mian..” hanya itu yang keluar dari mulut Sesa, matanya berkaca antara takut dan salah.
Tatapan Lisa melunak, ia meraih Sesa dari Sehun, lalu memeluk gadis kecilnya sayang.
“Aniya, Momma tidak marah...” bisiknya. “Hanya saja jangan mengucapkan kata itu lagi, arraseo?”
“Dang it?”
“Ne.. Itu tidak baik” jawab Lisa. Ia mencuri kecupan di pipi chubby Sesa sebelum kembali bertanya. “Jadi dari siapa Sesa mendengar kata itu? Uncle Baek?”
Gadis kecil itu menggeleng.
“Uncle Cenol?” tebak Lisa lagi.
Sesa masih menggeleng.
“Lalu siapa sayang? Dari TV?”
Lisa masih memastikan, seingat Lisa, mereka tidak men-setting channel berkonten dewasa di TV mereka. Semuanya di setting dengan channel anak-anak. Apa Sesa mendengar dari TV uncle-deul nya? Batin Lisa. Karena hanya disana kemungkinan gadis kecil itu mendengar ucapan semacam itu, bahkan dirumah Haraboji dan Halmoni nya saja semua ter-setting channel anak-anak apabila Sesa disana, sama hal nya dengan rumah Grandpa dan Grandma Sesa di Thailand.
Gadis kecil itu menatap Ibu nya takut-takut, lalu ia beralih pada Ayahnya. Sehun tersenyum pada Sesa, kemudian mengangguk meminta gadis kecilnya bicara tanpa harus takut.
“Sayang?” Lisa masih menunggu dengan sabar. “Jangan takut, Momma tidak akan marah..” bujuknya.
“Pomis (Promise)?” Sesa memastikan.
“I Promise!” Sang Ibu meyakinkan.
Tahu Lisa bersungguh, gadis kecil itu mengangguk setuju.
“Sesa dengar dari Uncle Menyo Momma..” jawabnya polos.
“Uncle Menyo?”
“Ne Momma.. Uncle Menyo..” Sesa mengiyakan.
Lisa langsung menoleh, menatap Sehun tajam. Sementara pemuda itu menggaruk tengkuknya salah tingkah.
“Bukankah sudah berkali-kali ku peringatkan Oppa?!” kesalnya pada Sehun. “Kalau bermain games dirumah, tolong katakan pada Mino Oppa untuk memakai kata lain saja, misalnya 'Oh kancil! Dasar kupu-kupu' !” lanjutnya gemas.
“Oh itu, maaf sayang... Tapi—”
“Aku tidak mau tahu, jika kalian bermain di rumah ini, maka aturan dirumah ini seperti itu, tidak ada kata makian dan kata kasar juga umpatan!” potong Lisa.
“Maksudku, waktu itu kami bermain disini, Sesa sedang tidak bersama kami, jadi darimana ia mendengarnya?” bingung Sehun. “Kami kan bertanding dilantai atas sayang, di studio, bagaimana Sesa mendengarnya, itukan ruangan kedap suara”
Lisa kemudian tampak berpikir.
“Waktu Daddy membuat susu untuk Sesa, Uncle Menyo mengatakan 'dang it!' pada telepon nya” tiba-tiba Sesa menyela.
Kedua suami-istri itu berpandangan, lalu geraman gemas Lisa terdengar.
“Aku tidak mau tahu, semua uncle-deul harus menjaga ucapan, kalimat atau apapun itu didepan Sesa atau jika Sesa sedang berada di sekitar mereka!” tegas Lisa pada Sehun. “Aku akan mengatakan pada Mino Oppa, selama satu bulan ini ia tidak boleh mengajak Sesa bermain keluar rumah lagi..”
“Ia akan tersiksa” ujar Sehun.
“Tidak perduli!”
“Arraseo..” Pemuda itu mengiyakan. Begini kalau punya anak terlalu pintar batinnya. Tidak tahu apakah harus bangga atau bagaimana.
Lisa kemudian menangkupkan kedua tangannya pada wajah Sesa, meminta perhatian gadis kecil itu.
“Sesa~ya, gadis cantik Momma dan Daddy yang paling baik dan pintar.. Jangan ucapkan kata-kata asing yang Sesa dengar dari uncle~deul, mengerti?”
Sesa mengangguk sambil tersenyum jenaka.
“But, Momma.. Sesa juga mendengar itu dari Jihoo Oppa dan Jee Oppa” adunya pada Lisa.
“Mwo? Jihoo Oppa dan Jeejin Oppa?” Lisa tidak percaya.
Sesa mengangguk-angguk yakin, memang ia pernah mendengarnya dari kedua Oppa nya tersebut. Gadis bermata bulat dengan poni khas itu kemudian menatap Sehun, bingung.
“Mungkin mereka mendengarnya dari para uncle mereka di agensi” terka Sehun mengira-ngira.
“Momma, Sesa ingin bermain lagi, boleh?” ijin gadis kecil itu menyela.
“Oh! Tentu saja sayang, popo?” Lisa menyodorkan pipinya.
Dengan cepat Sesa mengecupnya lalu berlari meninggalkan Sehun dan Lisa, tampaknya Sesa mencari ketiga pasukan nya.
“Uncle~deul di SME?” Lisa kembali bertanya pada Sehun karena penasaran. “Bagaimana mungkin mereka mengucapkan hal semacam itu didepan Jihoo dan Jeejin?”
“Mungkin mereka tidak sengaja, kemudian Jihoo dan Jeejin medengarnya, lagipula mereka sudah 5 tahun sayang, mereka juga bisa saja mendengarnya dari teman-teman sekolah” jelas Sehun.
“Jisoo Eonni dan Jennie Eonni pasti akan sangat marah jika mereka tahu” gumam Lisa.
“Yah, sama sepertimu... Momma..” balas Sehun lagi, ia tersenyum kemudian merengkuh Lisa. “Jangan khawatir, semua akan berjalan sebagaimana mestinya”
Kalimat itu menenangkan Lisa, ia masih ingat bertahun-tahun lalu Sehun mengatakan hal yang sama padanya, ketika mereka berhadapan dengan hal sulit sebelum pernikahan mereka. Ternyata benar, semua akan berjalan sebagaimana mestinya. Disinilah mereka, dengan seorang gadis kecil yang merupakan buah pernikahan mereka.
Whukkk whukk!
Suara Vivi membuyarkan lamunan Lisa didalam rengkuhan Sehun. Apalagi yang anak-anak ini kerjakan, batin Lisa. Kalau Sehun ia sudah maklum dengan kelakuan anak-anak nya. :V
“Ya ya ya ya ya Momma~ya... Ya ya ya boom ba boom ba Daddy~ya!”
Suara senandung Sesa kemudian terdengar dengan menggunakan nada Boombayah, Lisa langsung terkikik mendengarnya.
Ia menarik Sehun, membawa mereka mendekat ke arah dimana Sesa dan Vivi, Leo, Luca berada. Keduanya mengintip kegiatan anak gadisnya dan 'her boys'.
Sesa sedang berdiri didepan kaca besar diruang tengah, memperhatikan bayangan nya pada kaca tersebut. Dengan menggunakan kacamata hitam kebesaran milik Momma nya, ia berpose didepan kaca meniru gaya Lisa yang sering ia lihat di majalah, TV, dan juga tablet kedua orang tuanya.
Ia sering seperti itu, entah menggunakan kacamata Daddy atau Momma, ia hanya ingin melakukan sama seperti kedua orang tuanya, menurut Sesa itu keren sekali.
“Bhibhiya.. Look at me!” gadis kecil itu berpose dengan berkacak pinggang. “I am cute, i am cute, i am cute, i am cute..” celotehnya.
Vivi hanya menggonggong halus, sementara Leo dan Luca memperhatikan Sesa dengan seksama.
“Leo~ya.. I am cute, i am cute.. Luca~ya, i am cute, i am cute..” lanjutnya lagi sambil memasang dua jari nya membentuk peace sign.
Lisa menggeram gemas, ingin mengganggu putrinya, namun Sehun menahan istrinya itu.
“Kau akan menganggunya..” tahan Sehun.
“Sudah tidak tahan, bagaimana mungkin rasanya baru kemarin aku melahirkan nya, kenapa sekarang ia sudah pandai melakukan hal-hal seperti itu.. Sesa~ya jangan bertumbuh terlalu cepat sayang..”
“Tentu saja ia meniru Mommanya, waktu berlalu dengan sangat cepat bukan?” Sehun terkekeh, kemudian membiarkan Lisa menyerbu anak gadisnya.
Sehun masih sempat melihat Sesa menari-nari random, sebelum akhirnya pekikan geli gadis kecilnya terdengar karena Lisa menyergap dan juga menggelitikinya.
Pemuda itu hanya tertawa, menonton istri dan anaknya yang bergulat, dimana Lisa terus menggelitiki Sesa tanpa henti. Ia tergoda untuk bergabung dengan kedua orang yang paling berharga dalam hidupnya itu.
Sementara Vivi, Leo dan Luca hanya mengamati kelakuan ketiga empu mereka di sore hari itu. Menyenangkan sekali dapat menghabiskan waktu dengan orang-orang terkasih.
Asik bermain, kegiatan Sehun dan Lisa mengganggu Sesa terhenti sejenak. Suara bel rumah berbunyi.
Ting tong!
“Wait.. Momma harus membuka pintu” Lisa menjeda tawa Sesa.
Kemudian gadis berdarah Thailand itu langsung menuju pintu depan, sementara Sehun sibuk melanjutkan tawa dengan Sesa yang tengah menggantung memeluk kakinya seperti koala.
Gadis kecil itu bertingkah seolah ia berusaha memanjat tubuh besar Daddy nya.
“Sesa~ya...” suara Lisa terdengar dari depan. “Lihat! Siapa yang datang?”
Suara berisik berasal dari depan rumah membuat Sesa turun dari gendongan Sehun, dan berlari kecil menyusul Lisa.
“Dongsaeng!!”
Pekikan senang terdengar dari arah pintu menyambut Sesa.
“Jinna, Jinny eonyi!” Sesa tidak kalah girang.
Ia sangat senang sekali kedua Eonni nya datang berkunjung kerumah.
“MommyJenn tidak disambut?” sebuah suara dibelakang Jinna dan Jinny menginterupsi Sesa yang menggenggam tangan Jinna, Jinny. Dua gadis kecil berusia 4 tahun itu.
“MommyJenn!” Sesa menghambur kearah Jennie.
“Lalu bagaimana dengan Eomma? Hm?” suara cemburu disamping Jennie mengalihkan Sesa.
Gadis kecil itu tergelak senang.
“Eomma Chu!” ia menggapai gadis Kim dengan tangan kecilnya.
“Aih! Anak pintar.. Lihat Jihoo Oppa sangat senang bertemu dengan mu” tunjuk Jisoo keluar.
Jihoo dan Jeejin tampak berlari menyusul orang tua mereka, kedua anak laki-laki itu terlambat masuk karena asik bermain dihalaman rumah besar tersebut.
Lisa tersenyum kecil melihat keramaian dirumahnya sore itu, ia mengenang dimana Jihoo merengek pada Jisoo karena ingin memiliki adik bayi perempuan, padahal waktu itu Jisoo dan Junmyeon benar-benar menunda untuk punya anak lagi.
Beruntung sekali waktu itu Lisa tengah mengandung Sesa, di usia 10 minggu. Sejak Sesa didalam perut Lisa sampai Sesa berusia 26 bulan ini, Jihoo mengklaim bahwa Sesa adalah adik perempuan nya.
Dia juga tidak lupa, bagaimana hal yang sama ketika Jinna dan Jinny meminta Sesa untuk menjadi adik mereka saat Sesa baru lahir. Kedua gadis kembar usia 4 tahun itu sangat menginginkan adik perempuan, namun tentu saja Jennie tidak bisa mengabulkan nya pada saat itu.
Jeejin, Putra pertama Jennie hanya berjarak satu tahun dengan si kembar, itulah alasan kenapa Jennie dan Jongin tidak bisa memberi Jeejin, Jinna dan Jinny adik dalam waktu dekat. Lagi pula bukan kah mereka sudah bertiga? Jennie bahkan tidak membayangkan untuk punya anak lagi, meski Jongin tidak masalah jika punya anak lagi.
Itulah awal dimana Sesa menjadi dongsaeng kesayangan para Oppa dan Eonni nya.
“Sesa~ya... MommyJenn dengar Sesa sudah pandai berhitung?” suara Jennie bertanya pada Sesa membuyarkan lamunan Lisa.
“In English MommyJenn” jawab Sesa bangga.
“Eoh, gadis pintar!” Jennie mengacak puncak kepala Sesa yang kini tengah sibuk dengan Jinna dan Jinny.
“Kalau berhitung dalam Hanguk?” tanya Jisoo penasaran.
Sesa menjeda kegiatan nya, lalu terlihat berpikir sebentar. Setelah itu ia mengangguk dengan bangga.
Gelak tawa Lisa dan Sehun terdengar melihat ekspresi putri mereka.
“Eomma Chu ingin mendengar Sesa~ya..” pinta Jisoo.
Tawa Lisa dan Sehun makin kencang.
“Sampai sepuluh?” tanya Sesa.
“Nde, semampu Sesa” Jisoo tertawa gemas sambil mengulurkan tangannya mencubit lembut pipi gembul gadis kecil itu.
Sesa mengambil posisi untuk menunjukkan kebolehannya berhitung di usia 2 tahun.
“Hana..... dul.... set....” ia kemudian berhenti sebentar. “Four, five, six, seven, eight, nine, ten!!” Sesa bersorak diakhir.
Prokkk...prokk...prokk...!
“Yeayyyyyy!!!!” Jinna dan Jinny bertepuk tangan bangga Sesa menyelesaikan hitungannya.
Jennie menahan tawa melirik Jisoo yang menganga menatap Sesa, sementara Lisa dan Sehun tertawa tidak tertahankan.
“Benar-benar seperti Momma nya bukan?” Jennie tergelak.
“Ini sih persis Daddy nya” Jisoo menggeleng, lalu tertawa. “Good joob Sesa~ya! Gadis ini pintar sekali!”
Pekikan gadis kecil Oh itu mengalun, ia berlari kecil kearah Lisa dan Sehun memamerkan senyuman khasnya, ia berpose dengan bangga.
“Momma, Daddy! Sesa pintar!” serunya.
“Nde! Anak Momma Daddy pintar sekali!” Lisa menarik kedua pipi Sesa gemas. “Nah, sekarang Sesa ajak Eonni~deul bermain bersama” suruh Lisa.
“Jinna Eonyi, Jinny Eonyi, kajjah!” ajak nya lalu berlari-lari kecil diikuti oleh kedua gadis kembar itu.
Lisa tertawa melihat kepergian putrinya, lalu membawa kedua eonni nya menuju ruang keluarga, sementara Sehun langsung memghilang masuk ke kamar nya dengan Lisa.
“Tampaknya Chaeyoung dan anak-anak betah di Australia..” celetuk Jennie.
“Yah, dan menelantarkan Appa anak-anak nya, ckck.. Pantas saja Appa nya berkeliaran saja terlantar” sambung Jisoo.
Tawa geli Lisa terdengar menimpali ucapan kedua Eonni nya.
“Kasihan juga...” ujar Lisa kemudian. “Sesa Appa saja sudah berisik apabila aku dan Sesa terlalu lama bermain dirumah Aboeji dan Eommoni. Apalagi seperti Chaeyoung yang sudah berminggu-minggu di luar negeri, apa Ayah anak-anak tidak akan tersiksa?”
Kali ini tawa Jennie dan Jisoo yang terdengar mendengar celetukan Lisa, tetapi memang benar. Para laki-laki itu semenjak menjadi Appa mereka berubah cerewet dan posesif sekali apabila anak dan istri mereka tidak terlihat barang sedetik.
Contoh besarnya bisa dilihat dari Sehun saja, bahkan susah bagi kedua orang tuanya untuk mengajak Sesa cucu mereka menginap lama, pemuda itu hanya memberi waktu 2 hari sebagai waktu terlama untuk Sesa menginap.
Ketiga gadis itu asik bercengkerama, membicarakan banyak hal, tidak sedikit mereka bernostalgia ke masa dimana mereka masih rookie.
Lalu bunyi berisik dari tempat Sesa bermain dengan Jinna dan Jinny serta Jihoo dan Jeejin yang sudah ikut bergabung terdengar.
“Oww dang it!”
Itu suara Oh Sesa.
“Ya! Oh Sesa!” seru Lisa dari ruang tengah.
“Ups!! Mianhae Momma!” Sesa balas berseru.
Lalu suara cekikikan kelima anak itu terdengar gaduh sekali, Lisa hanya mengelus dada, sedangkan Jennie dan Jisoo tertawa melihat ekspresi Lisa.
Tidak lama suara berisik kembali terdengar, tampaknya anak-anak itu sedang berlomba menyusun puzzle.
“Oh no! Faakkkk!”
Kali ini suara dari Jeejin, membuat Jennie menggeram dan langsung menghampiri tempat anak-anak tersebut bermain.
Mata kucingnya menatap Jeejin tajam, sementara kedua adiknya Jinna dan Jinny terlihat ketakutan, mereka tahu bagaimana kalau Eomma mereka marah.
Jihoo menatap Eomma nya was-was dibelakang Jennie, pria kecil berusia 5 itu menggeleng seolah berkata 'aku tidak melakukan dan mengatakan apapun'.
Lalu Sesa, begitu melihat Momma nya, ia langsung berlari menghampiri dan masuk kedalam gendongan Lisa.
“Momma, Sesa so sorry.. Tidak sengaja..” bisiknya memelas pada Lisa.
Diam-diam Lisa tertawa geli karena reaksi Sesa yang takut Momma nya mengamuk seperti Jennie.
“Gwenchana...” balas Lisa berbisik. “Ini yang terakhir arraseo?”
Gadis kecil itu mengangguk, lalu memeluk leher Lisa, menyembunyikan wajahnya disana. Sedang Jennie masih menginterupsi Jeejin.
“Darimana kau mendapatkan umpatan seperti itu Jeejin?” suara Jennie terdengar benar-benar marah. “Eomma tidak pernah mengajarkanmu seperti itu! kau tidak lihat disini ada para Yeodongsaeng mu! Apalagi Sesa, dia masih sangat kecil!”
Jeejin menunduk tidak berani menatap Eomma nya.
“Jeoseonghamnida Eomma..” lirih Jeejin masih menunduk, benar-benar tidak berani menatap Jennie.
“Katakan dari siapa kau belajar kata-kata itu?” desak Jennie.
Kim Jeejin, memainkan kedua tangannya gelisah dan takut-takut.
“Mmm..” Jeejin tersendat.
“Siapa?”
“Appa....” jawabnya takut.
Geraman serta dengusan kasar Jennie terdengar, kalau saja Jongin disana mungkin Jennie sudah menjambaknya habis-habisan.
Jisoo yang sedang merangkul Jihoo menahan tawa mati-matian, sementara Lisa menggigit bibir dalamnya agar tawanya tidak lepas.
Namun dengan tidak sopannya Sehun melepaskan tawanya dari arah kamar, diam-diam ia mengikuti pembicaraan para Eomma-eomma itu. Dan Sehun tahu betul kalau Jeejin pasti mendengar kalimat-kalimat kasar tersebut dari Jongin saat sedang bertanding games.
“Hi...hi...hi...hi..” Sesa yang mendengar tawa Daddy nya otomatis ikut tertawa, entah kenapa ia terpancing untuk tertawa.
Mau tidak mau, akhirnya mereka semua ikut tertawa, bahkan Jennie sekalipun. Ia seolah melupakan kemarahan nya tadi, mungkin nanti di rumah ia akan melampiaskan kekesalannya pada Jongin.
Oh Sesa. Gadis kecil itu sukses mencairkan suasana tegang, menyelamatkan Oppa nya dari kemarahan Jennie.
Bukan kah Sesa pintar Ontcle~deul?
┐( ̄ヮ ̄)┌ (〜^∇^)〜
==END==
.
.
Cerita ga jelas muncul lagi gengs...
Berusaha update aja, tapi masih belum bisa konsen buat nulis hehe
Kenapa Roje diluar negeri? Karena ku masih bingung mau pair Roje sama siapa wakaka
And then, ada banyak pertanyaan tentang “Kapan SUBROSA lanjut?”
Well, aku ga berani kasih kepastian karena aku juga nggak tahu, bahkan memikirkan nya pun ku tak sanggup. Huhu
Maaf ya semua....
Dan yang terakhir aku berharap ini bisa menghibur malam minggu kalian, terutama buat yang dirumah aja ga kemana-mana hahaha
Garing kriukk kriukk mohon dimaklumi ya hehee ✌✌
Nih ada salam....
↓
Momma and Sesa (When Sesa was a baby 5months old).
📷 by : Daddy
.
.
The last, much loves and kisses from:
(Daddy, Momma and Sesa)
(づ ̄ ³ ̄)づ
❤
.
.
.
©Lalicize
July 13, 2019
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro