Chapter 9
Hari terus berlalu, meninggalkan semua kesan dan cerita yang mungkin akan diceritakan pada penerusnya. Tak lupa, musim pun ikut berganti yang mengubah dunia penuh warna merah muda menjadi dunia penuh warna kuning hingga oranye.
Jika kalian menebak jika musim panas telah tiba, maka kalian benar. Hari ini telah mulai memasuki musim panas, yang artinya bunkasai tinggal menghitung waktu. Tapi, hal itu tidak membuat mereka pusing. Karena para ayah mereka telah turut andil dalam kelancaran acara ini.
"Kurasa aku tidak meragukan permintaanmu," ucap Ayumu dengan senyuman yang sangat mirip dengan ayahnya. (Name) pun membalas senyuman itu dengan sebuah seringaian tipis seraya berkata, "Itulah perbedaan dirimu dengan diriku."
Ayumu pun sedikit tertawa mendengarnya. Ia tak menyangka jika (Name) mampu mengucapkan kata yang selama ini hanya mampu diucapkan oleh orang-orang yang notabenenya sangat berani pada ayahnya.
'Kurasa, aku harus membuatmu patuh,' pikir Ayumu.
"Buang saja pemikiran mu tentang menaklukan diriku. Aku menerima penunjukkan sebagai tangan kanan mu bukan karena takut padamu, tapi aku bertaruh demi keberlangsungan sekolah ini, permisi," ucap (Name) yang mulai memunculkan sikap yang nyaris serupa dengan Amagi Rinne.
'Tentu, tentu aku tahu pemikiran mu, Amagi (Name)-chan. Tapi, kau lah kunci yang kami cari,' pikir Ayumu.
"Dia dan ayahnya tidak jauh berbeda, bukan?"
Suara itu membuat Ayumu semakin tersenyum dan berkata, "Tentu. Ia tak jauh berbeda dari ayahnya. Begitu pula dengan kita, Manami Tomoe-chan."
"Hmmm menarik," ucap Manami sembari melipat tangannya didepan dada.
"Apa sekarang kau akan memberitahu ku tentang hal yang kau ketahui?" tanya Ayumu.
"Ya, baiklah. Yang aku tahu hanyalah, Manami yang malang. Aku belum tahu apapun hari ini. Bahkan paman Jun menolak untuk mengatakannya," ucap Manami sembari menggelengkan kepala.
'Dua orang yang sulit diajak bicara,' pikir Ayumu.
"Tapi, bukankah itu reaksi yang berlebihan? Selama ini, (Name)-chan selalu diam. Tapi kali ini, dia tampak sedikit memberontak," ucap Manami dengan santainya dan disambung, "Ah, bodohnya aku. Aku lupa jika Papa akan mengajakku mencari referensi untuk jualan di bunkasai. Jaa naa."
"Bukankah murid Kimisaki gakuen tidak berjualan, Manami-chan?" ucapan Ayumu membuat Manami berhenti seraya tersenyum lalu berkata, "Tentu. Tapi, hal yang ingin kami beli harus direncanakan dengan baik dan benar."
*****
Byur~
Suara riak air beradu dengan udara. Sungguh perasaan yang sangat nyaman untuk seorang pria bersurai biru laut yang kini tengah ditemani putrinya berenang.
"Wah, lihat wajah bahagia Papa," ucap putrinya yang sedang duduk dipinggir kolam renang dengan kaki yang sibuk beradu pada air.
"Kemari lah, Aida-chan," ucap Kanata sembari meminta anaknya untuk ikut masuk ke air.
"Tidak, begini saja aku sudah merasa sejuk," tolak Aida.
Kanata pun tersenyum sembari memandang langit. Ia membiarkan dirinya terbawa arus air.
"Kau tahu, Aida-chan? Air memiliki memori. Air memiliki semua yang kau butuhkan," ucap Kanata dengan senyuman yang belum pudar dari wajahnya.
"Maksud Papa?" tanya Aida.
"Saat sedih, senang, ataupun susah, berenang lah. Maka air akan memberimu hal yang tidak pernah dilihat ataupun dilakukan oleh orang lain," ucap Kanata.
"Papa ini terlalu cinta pada air. Ah! Jangan-jangan, Ibuku mermaid!" ucap Aida dengan polosnya yang membuat Kanata tertawa.
"Puka puka~♪ sedikit sama dengan putri Ariel," ucap Kanata yang membuat Aida sedikit semangat sembari berkata, "Benarkah!?"
"Apanya yang benar, Aida-chan?"
Suara itu menginterupsi Kanata yang akan berbicara. Sontak, Kanata dan putrinya, Aida menatap sang lawan bicara baru, para Ryuseitai dan Mikejima Madara bersama anak-anaknya.
"Ternyata Papa benar, jika Aida dan Shinkai-san bisa ditemukan di air," ucap seorang gadis bersurai cokelat yang mulai memasuki area kolam renang.
"Tentu! Karena itu insting seorang Ryusei red!" jawab Chiaki dengan senang.
"Chiaki, Orime," panggil Kanata.
"Eh? Hanya Orime saja? Biasanya dengan ...."
Byur~
Aida masuk kolam renang secara dadakan yang membuat dirinya terbatuk-batuk bahkan mengambil nafas dengan rakusnya setelah bangkit dari air.
"Aida, apa kau baik-baik saja?" tanya Kanata yang terlihat khawatir dan dijawab dengan anggukan, walaupun Aida masih terbatuk-batuk.
"Sepertinya kejutan mu berlebihan, Hiruka," ucap Orime pada seorang gadis bersurai dark blue dengan corak kuning.
"Maaf, Aida," ucap Hiruka sembari mengulurkan tangannya. Dan kesempatan itupun tidak disia-siakan oleh Aida, ia langsung menarik tangan Hiruka hingga Hiruka pun masuk ke air.
Chiaki pun tertawa melihat hal itu. Sementara Kanata dan Orime, mereka hanya sweatdrop melihat ulah Aida.
"Begitulah masa muda! Penuh dengan semangat!" ucap Chiaki.
"Semangat sih semangat, Pa. Tapi, mereka seakan-akan ingin bunuh diri," gumam Orime.
"Ah! Benar juga. Kanata, apa kau melihat Ryusei green?" ucap Chiaki sembari berkacak pinggang.
"Puka puka~♪ Midori belum terlihat, sepertinya sedang memotivasi anaknya," ucap Kanata.
"Begitu ya. Ternyata, anak-anak lebih cenderung ke kita dibandingkan ke ibunya," ucap Chiaki yang langsung membuat Shinobu yang entah darimana datangnya berkata, "Kaichou! Ssstttt!"
"Apa maksud paman Chiaki?" tanya Aida yang masih dijahili oleh Hiruka.
Shinobu pun tampak berpikir mencari jawaban yang tepat. Sementara Chiaki, ia hanya tertegun. Karena ia tidak sengaja memancing anaknya untuk menanyakan hal yang seharusnya.
"Puka puka~♪ maksud paman Chiaki, kalian lebih mirip papa dibandingkan dengan Ibu kalian," ucap Kanata yang membuat tiga gadis itu mengangguk.
"Tapi, bukankah aneh jika empat puluh dua gadis disini tidak punya Ibu? Apakah itu suatu kebetulan, Papa?" tanya Hiruka pada ayahnya, Shinobu.
"A-ah, iya! Itu suatu kebetulan semata. Karena ... karena takdir seseorang tidak ada yang tahu de gozaru," jelas Shinobu.
'Tetap saja itu aneh,' pikir ketiga gadis itu.
"Yosh! Daripada sedih, lebih baik kita memikirkan hal yang ingin kita cari di bunkasai nanti! Kalau papa, papa ingin mencari action figure super sentai terbaru!" ucap Chiaki dengan penuh semangat.
"Ah! Ide bagus, Papa! Aku juga mau mencari action figure hikounin sentai!" ucap Orime yang tak kalah semangat.
"Bukankah di bunkasai tidak ada yang menjual action figure?" ucap Aida yang dijawab oleh Hiruka, "Setahuku pun tidak ada."
"Ano saa ... Action figure tidak dijual saat bunkasai! Terlalu mahal!" tegur Aida dan Hiruka pada pasangan ayah dan anak dihadapannya yang membuat mereka langsung lemas seketika.
Baik Kanata maupun Shinobu tersenyum melihat hal itu. Setidaknya, mereka tidak melihat raut sedih di wajah manis anaknya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro