Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 14

Setelah cukup untuk menenangkan diri, Shino pun berangkat kerja. Namun, jujur saja, ia masih belum merasa baikan.

"Ohayou gozaimasu," sapa Shino pada seluruh agensi Rhythm Link.

"Ohayou!" balas Nito dengan senyuman cerah yang terukir di wajah imutnya yang tak pernah termakan usia.

Namun, Shino berpaling darinya. Ia langsung menghadap Sakuma Rei dengan tatapan sangat sedih.

"S-Sakuma-san, aku sudah tidak kuat. Aku tidak tega melihat anakku menderita. Meskipun dia tidak tahu, tapi ... tapi ...."

"Tenanglah dirimu, Hajime-kun. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," potong Rei dengan santainya.

"Tapi ... aku ... aku merasa kejam pada anak-anak kita. Aku ... aku merasa seperti menipu kasih sayang serta cinta tulus mereka," ucap Shino yang mulai menangis.

Nito mendengar semuanya. Iapun turut bersalah. Namun, apa mau dikata.

"Jangan khawatir, Shino. Anak-anak kita bisa mencari tahu semuanya dengan cara mereka sendiri, Shino. Akhir yang bahagia, itulah yang cocok untuk kita," ucap Nito sembari berusaha tersenyum seperti biasa.

"Nii-chan ...," gumam Shino dengan nada bergetar.

"Lagipula, kita seharusnya menyiapkan hadiah saat mereka berhasil menemukan semuanya seorang diri," ucap Rei sembari menutup matanya.

Tetapi, tidak dengan hatinya. Ia masih setia menanti seseorang yang menjadi reinkarnasi dari istri kesayangannya.

"Tapi, kurasa anak-anak kita sudah mulai curiga pada (Name)-chan," ucap Kaoru sembari menghadap jendela.

"Amagi (Name)-san?" ulang Shino dengan penuh keraguan.

Kaoru pun mengedikkan bahu seraya berkata, "Mungkin hanya firasatku saja."

*****

"Jadi, kita semua sudah berkumpul, bukan?" tanya Tsuna sembari melihat sekelilingnya.

"Kurasa sudah," jawab Miwa dengan penuh keyakinan.

"Jika sudah, mari kita mulai acara ini. Aku harap, tidak ada satupun diantara kalian yang tertinggal," tegas Ayumu yang disambut dengan gumaman dari Oogami Hoshina, "Tidak perlu bertele-tele, langsung pada intinya saja."

Ayumu pun tersenyum mendengarnya. Ia pun mulai menatap meja yang telah berisi beberapa foto yang mereka dapatkan saat bunkasai hingga beberapa buku yang mereka dapatkan dari perpustakaan Kimisaki gakuen dan Yumenosaki gakuen.

"Jadi, apa diantara kalian masih belum mengetahui hubungan antara ayah kita dengan Amagi (Name)?" tanya Nagumo Shizuka sembari mengamati beberapa bukti yang ada.

"Aku pun belum mengerti mengapa ayah kita selalu senang, sedih, dan kecewa secara bersamaan tiap berbicara dengan (Name)," pikir Kagehira Ai.

"Mungkinkah ... (Name) menjalin hubungan terlarang dengan ayah kita?" pikir Takamine Kishida yang mendapat anggukan dari beberapa rekannya.

"Tapi ... bukankah saat bunkasai, (Name) lebih banyak menghabiskan waktunya dengan Paman Akashi dibandingkan Paman Rinne?" ucap Yuna yang membuat Harukawa Miho membelalakkan mata seraya berkata, "Paman Akashi!? Akashi Seijuuro!? Mantan kiseki no sedai itu!?"

Mendengar pernyataan Miho, Yuna pun mengangguk sebagai jawaban.

"Bukankah ... dua anak orang kaya itu juga sedang ke sana?" gumam Kanzaki Shirai dengan pose berpikir.

"Dua anak orang kaya," ulang Ayumu yang terdengar sedikit tersinggung.

"Benarkan? Ran Katagiri dan Tomoe Manami. Apalagi si Manami, kaya tujuh turunan dia," jelas Nazuna Aya.

"Oh, begitu ya," ucap Ayumu yang terkesan masih tersinggung.

*****

"Tuan, ada yang ingin bertemu dengan Anda," ucap seorang wanita yang berada dibalik pintu.

"Siapa?" balas pria itu.

"Amagi (Name)," jawab wanita itu dan iapun langsung diminta untuk membukakan pintu.

Senyum sumringah terukir indah pria paruh baya itu. Tak lupa, tatapan tajamnya melembut saat melihat sosok gadis bermarga Amagi telah berada di ruangannya saat ini.

"Paman Akashi, apa Paman sibuk?" tanya (Name) sembari mendekati Seijuuro yang kini tengah menopang dagu. Memperhatikan sosok malaikat yang kembali pada pelukannya.

"Tidak. Paman selalu senggang, jika itu untukmu," ucap Seijuuro dengan santainya.

"Benarkah? Aku takut jika mengganggu pekerjaan Paman," ucap (Name) dengan nada murung.

Sesaat setelah melihat raut (Name), Seijuuro pun langsung menelpon sekretarisnya dan memintanya untuk mengosongkan jadwalnya hari ini. Dan tentunya, bawahannya tidak bisa menolak sedikitpun. Jika menolak, habis sudah nyawanya.

"Paman curang," protes (Name) yang kini tengah berada disebelah kanan meja kerja Seijuuro.

Seijuuro pun langsung memutar kursinya untuk menghadap gadis itu. Tangannya pun meraih tangan sang gadis seraya berkata, "Curang? Aku rasa tidak. Aku ini absolute."

(Name) pun mendekat hingga ia duduk dipangkuan Seijuuro dan menatap manik merah itu lekat.

"Kurasa kau ingin menanyakan siapa gadis yang mirip denganmu," ucap Seijuuro yang membuat (Name) sedikit terkejut.

"Paman, jangan membaca pikiranku seenaknya," protes (Name) sembari memukul pelan dada Seijuuro yang membuat Seijuuro semakin gemas padanya.

"Anggap saja ini sebuah kebetulan," ucap Seijuuro yang mulai menghapus jarak dengan wajah manis (Name).

(Name) pun telah bersiap menutup matanya hingga jarak mereka kurang dari satu sentimeter.

Tok tok tok!

Suara ketukan pintu membuat Seijuuro menghentikan aktivitasnya dengan paksa. Begitu pula dengan (Name), ia pun membuka matanya secara perlahan.

"Masuk," ucap Seijuuro yang menyimpan rasa kesalnya.

"Maaf, Tuan. Saya sudah bilang jika Tuan tidak bisa diganggu untuk hari ini. Tapi, mereka tetap meminta untuk bertemu dengan Tuan atas alasan kepentingan yang sangat mendadak," ucap sekretarisnya yang membuat Seijuuro hanya menghela nafas pelan.

Melihat hal itu, (Name) menepuk serta mengelus pelan pundak Seijuuro. Seolah-olah mengatakan jika ini akan berlalu.

"(Name)-chan, hissashiburi!"

Suara itu membuat (Name) kembali ke sifat awalnya.

"Are? Apa aku dan Katagiri menganggu momenmu? Waruii naa Manami," ucap Manami dengan santainya dan tatapan itupun berubah menjadi tajam seketika.

"Paman Akashi, apakah kami boleh disini untuk sementara waktu?" ucap Katagiri dengan tatapan datarnya.

Seijuuro pun tampak tersenyum tipis. Ia pun menajamkan matanya seraya berkata, "Silakan. Kebetulan aku sedang senggang hari ini."

(Name) ingin menyingkir dari pangkuan Seijuuro. Namun, (Name) kalah saing. Kekuatan Seijuuro sangat sulit untuk dia lawan.

Manami dan Katagiri pun duduk di sofa yang telah disediakan sembari sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Sementara (Name), ia tampak memperhatikan Seijuuro yang tengah menunjukkannya berbagai ilmu bisnis.

"(Name)-chan, apakah ini kegiatanmu disaat senggang? Seperti wanita penghibur saja," ucap Katagiri tanpa disaring terlebih dahulu.

"Katagiri, bukankah tidak baik untuk berbicara seperti itu pada teman kita?" tegur Manami. Namun, tatapan dingin Katagiri menangkap kilatan amarah dari Seijuuro.

"Jika kalian kemari hanya untuk memata-matai ataupun mengganggu (Name), ada baiknya kalian tinggalkan gedung ini," ucap Seijuuro yang masih berusaha bersabar.

"(Name)-chan, mengapa kau diam?" tanya Katagiri.

"Katagiri, (Name)-chan punya alasan sendiri. Jadi, jangan ganggu dia," tegur Manami yang berusaha mengendalikan Katagiri.

"Aku sudah tahu anggapanmu akan seperti itu, Katagiri-san," gumam (Name).

"Sudah-sudah, jangan bertengkar. Lagipula, kami kemari hanya ingin mengajakmu bermain. Tapi, karena Paman Akashi sudah duluan membuatmu senang, jadi ya ... kami akan diam disini," ucap Manami yang sebisa mungkin tidak membuat Katagiri berbicara.

"Menjijikkan."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro