Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 11

Hari terus berlalu. Begitu pula dengan waktu yang terus meninggalkan kita begitu saja. Namun, tentunya mereka pergi dengan meninggalkan dua pilihan,

Terus melangkah atau tenggelam dalam kegelapan.

Namun, hal yang dipilih oleh Tsukinaga Leo adalah tenggelam dalam kegelapan. Ia lelah, sangat lelah untuk melakukan hal yang ia suka dan selalu berakhir pada kematian.

Frustasi, depresi, semuanya ia rasakan. Tetapi, hal yang paling penting ialah lubang pada hatinya yang enggan menutup.

Seperti inikah rasanya kehilangan orang yang ia cintai? Atau ... inikah yang (Name) rasakan saat Leo bersama Ruri?

Leo pun tak mengerti. Pikirannya terlalu lelah untuk mencari tahu semuanya.

"Apa kau tidak merindukannya?"

Leo mendengar seseorang yang memiliki suara sama seperti dirinya. Dan dengan wajah sedih, ia menatap dirinya yang tengah tersenyum.

"Omae wa ... dare?" lirih Leo yang membuat pria dihadapannya pun mendengus kesal lalu berkata, "Aku adalah kau. Dan kau adalah aku. Intinya, aku adalah bagian dari dirimu."

Leo pun sedikit tersenyum dan berkata, "Kurasa aku mulai gila sekarang."

"Kau ini. Hei, apa kau tidak merindukannya?" ulang pria itu dan dijawab oleh Leo,"Jika kau adalah bagian dariku, seharusnya kau tahu apa yang aku rasakan."

"Kau meratapi nasib disini, sementara diluar sana ada sosok gadis yang sangat membutuhkan perlindungan, kasih sayang, dan perhatianmu," jelas pria itu yang entah mengapa membuat hati Leo semakin sesak.

"Diamlah, kau tidak tahu apapun tentangku," balas Leo.

"Apa kau ingat? Apa kau ingat saat terakhir kali (Name) meminta mu memilih dirinya atau Ruri dan kau justru bilang, 'Jika kau bisa memiliki keduanya, mengapa tidak kau lakukan'!? Apa sekarang kau baru merasakan dosamu!" bentak pria itu yang membuat Leo tersenyum pedih seraya berkata, "Memang benar, aku baru menyadari setelah (Name) benar-benar pergi. Padahal aku bermaksud untuk melindunginya."

"Jika kau memang ingin melindunginya, lantas ... apa yang kau lakukan disini! Berharap pada dirimu sendiri agar tidak menemui gadis itu? Atau kau malu dengan keluarga Ruri yang pada akhirnya kau batalkan pernikahan mu dengannya? Ataukah ... kau ingin menelantarkan darah dagingmu sendiri?"

Grab!

Leo tersulut emosi. Ia mencengkram kerah hoodie yang dipakai oleh pria itu.

"Sekali lagi kau bicara seperti itu, maka akan ku habisi kau detik ini pula," ancam Leo. Namun, orang itu hanya tersenyum lalu berkata, "Kau menghabisiku, sama saja dengan kau menghabisi dirimu sendiri."

Leo pun merasa tidak karuan. Ia melepaskan cengkeramannya dan kembali duduk seperti sebelumnya dengan wajah yang ia sembunyikan dalam lipatan tangannya.

"Percayalah, (Name) tidak ingin kau seperti ini. Maka dari itu, dia menitipkan seorang gadis untukmu ... agar kau bahagia. Jika kau terus seperti ini, maka (Name) akan sedih melihatnya. Lihat, teman-teman mu telah melawan rasa terpuruknya dan mencoba memulai lembaran baru dengan anak yang ditinggalkan (Name). Ayolah, kau pasti bisa," ucap pria itu.

"Jika kau tidak menerima anak itu, setidaknya ... lakukanlah untuk kebahagiaan (Name)," sambungnya yang kemudian menghilang begitu saja.

*****

"Hei, Nona. Mengapa di festival sekolah mu sendiri, kau sendirian?" ucap pria dengan tampang mengerikan.

"Oh! Ternyata kau anak dari Tsukinaga itu ya! Senang bisa bertemu denganmu," ucap pria dengan jam tangan hitam yang melingkari pergelangan tangannya.

"Mundur! Jangan mendekat!" ucap Yui yang membuat dua pria itu tertawa seraya berkata, "Jika kami mundur, tentu kami tidak mendekat. Tapi, jika kami maju, maka kami akan mendekat."

Yui semakin ketakutan. Ia ingin lari, namun ia dikepung. Ia ingin melawan, namun ia tahu jika ia pasti akan kalah dalam hal kekuatan.

"Kemari lah, Nona," ucap pria yang memiliki tatapan mengerikan itu.

Greb!

Tangan kanan Yui dicengkeram oleh pria yang memakai jam tangan itu. Dan begitu juga dengan tangan satunya.

Yui mencoba untuk berteriak, namun mulutnya telah dibungkam terlebih dahulu.

"Dengar ya, Nona. Jika kau berusaha berteriak, maka kami takkan segan-segan membuatmu sampai kau berisi," ancam pria dengan wajah mengerikan itu.

'Dareka ... tasukete,' batin Yui yang hanya bisa pasrah sembari memejamkan matanya.

Bletak!

"Oi! Berani kok sama perempuan!"

Mereka pun melihat kearah lemparan yang menampilkan seorang gadis yang memiliki manik biru dan lengkap dengan surai yang memiliki warna merah.

'Amagi (Name)...,' batin Yui.

"Sepertinya kita mendapat mangsa satu lagi," ucap seorang pria yang memakai jam tangan itu sembari mendekati (Name). Dan bukannya takut, (Name) justru memberikan tatapan menantang untuknya.

"Berani apa kau, hah!?" bentak pria itu

'(Name)-chan, lari lah selagi sempat,' batin Yui.

"Berani apa?" ulang (Name).

"Jangan ganggu dua gadis itu."

Suara malas namun terkesan mengerikan muncul dari balik kegelapan. Seseorang itu memberikan tatapan tajam sekaligus merendahkan pada dua pria itu.

'Dare?' batin Yui.

Seseorang itupun terus mendekat hingga ia muncul ditempat yang terang. Dan alangkah terkejutnya mereka saat melihat siapa yang hadir dihadapan mereka.

'Tsukinaga Leo!' batin mereka secara bersamaan.

"Jika kalian masih ingin bermain dengan dua orang gadis itu, maka aku tidak akan segan-segan untuk menghancurkan kalian detik ini pula," ancam Leo dengan seringaiannya.

"Cih, ayo!" Kedua pria itupun mundur setelah diancam oleh Leo. Jika dibilang, mereka takut pada Leo. Tentunya, karena Leo adalah ayah dari Yui.

Melihat perginya dua pria itu, (Name) langsung mendekat dan memeluk Yui sebentar lalu berkata, "Daijoubu ka, Yui?"

Yui pun mengangguk sembari tersenyum lalu berkata, "Um, daijoubu."

"Yui ...."

Suara Leo membuat kedua gadis itu melihat kearahnya. Dengan tatapan bingung, Yui menatap Leo sebentar lalu kembali menatap (Name).

"Um, baiklah. Aku takkan mengganggu momen kalian. Jadi ... sampai bertemu di stand yang ada," ucap (Name) dengan canggungnya yang kemudian meninggalkan Yui dengan ayahnya.

"Yui, ini papa," lirih Leo.

"Papa ... mengapa Papa membuatku menunggu sangat lama," ucap Yui sembari menahan tangisnya.

"Maaf, papa tidak bermaksud demikian," balas Leo yang telah menundukkan kepalanya.

Set!

Yui memeluk erat ayahnya sembari berkata, "Jangan tundukkan kepala Papa. Nanti mahkota Papa jatuh.  Dan aku tahu, Papa adalah raja terbaik didalam hidupku. Papa hanya mencoba untuk mendidik ku untuk menjadi mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Terakhir, Papa adalah Papa terbaik yang pernah kumiliki."

Ucapan Yui membuat Leo tak kuat membendung air matanya. Ia membalas pelukan Yui sembari menyampaikan permintaan maaf dari lubuk hatinya.

Sungguh, ini bukan Leo yang dikenal oleh para penggemar. Namun, inilah Leo yang dikenal oleh rekan, bahkan keluarga. Sosok Tsukinaga Leo juga bisa rapuh dan hancur dalam kehidupan.

"Papa, selagi ada waktu ... mari nikmati bunkasai denganku," ucap Yui setelah melepas pelukannya.

Leo pun mengelus surai anaknya dengan penuh kasih sayang seraya berkata, "Kali ini papa tidak akan kemana-mana. Jadi, kapanpun kau ingin, maka papa akan selalu menemanimu."

Yui tersenyum bahagia setelah mendengar ucapan dari ayahnya. Dan mereka pun langsung menikmati bunkasai yang sengaja diadakan pada malam hari.

'Hitung-hitung sekalian menikmati festival tanabata,' begitulah yang (Name) rencanakan dan membuat Ayumu, Eichi, beserta OSIS, Staf, dan jajarannya terheran-heran. Karena, sebelumnya belum pernah ada pemikiran seperti ini.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro