Chapter 26
"Aku ... aku ingin kalian jujur ... sebenarnya ... sebenarnya aku ini siapanya kalian?"
Suami (Name) yang berada dalam kamarnya terlihat diam begitu saja. Bahkan beberapa diantaranya tampak menunduk.
"Jujur lah, aku tak apa. Aku takkan marah," ucap (Name) dengan nada penuh perhatian.
Jawaban pun tak muncul dari bibir suaminya. Terutama bagi tiga orang penting yang ada di hadapannya, Eichi Tenshouin dan Sakuma Rei.
Kini rasa kecewa nan sakit telah menggerogoti hati (Name). Karena jawaban tak muncul, (Name) menganggap jika itu benar-benar nyata. Rasanya seperti ia baru saja jatuh dari langit ke tujuh.
Bagaimana bisa? Tentu saja. Jauh sebelum menikah, mereka membatalkan pertunangan (Name) dengan Akashi Seijuuro. Bahkan, (Name) masih ingat jika mereka membatalkan pertunangan itu dengan alasan jika mereka mencintai dan menginginkan (Name) untuk mereka seorang.
Namun inilah kenyataan pahit yang (Name) terima. Dibalik manisnya gula, tentu menyimpan sejuta rahasia yang tak bisa diungkapkan.
"Tsk! Aku tahu jika kau kecewa dengan kami. Tapi, apa yang dikatakan oleh orang itu tidak sepenuhnya benar," omel Koga yang tak tahan akan keheningan serta air mata yang mulai mengalir dari manik indah yang sangat ia kagumi.
"M-maaf, (Name)-san. A-awalnya k-kami memang m-menganggapmu s-sebagai piagam," ucap Shino yang membuat (Name) semakin terhempas dan ingin mati detik ini juga.
"Tapi semuanya berbeda, saat kami bertunangan denganmu hingga kami menikahimu, perasaan itu sirna dan membuat kami ingin sepenuhnya melindungi mu, membalas semua ketulusanmu, hiks ...," ucap Tenma yang tak mampu menahan perasaan bersalahnya. Dengan sigap, Nito yang berada di sebelah Tenma pun langsung merangkul dan menenangkan Tenma agar tidak menangis lebih dari ini.
(Name) pun menunduk. 'Bodohnya diriku,' batin (Name).
"(Name)-chan, jangan berpikir buruk tentang kami. Kami masih setia padamu, bahkan jika kau meminta kami mati ... maka kami akan melakukannya dengan senang hati," protes Subaru.
"Akehoshi!" Hokuto pun sedikit berteriak, menegur rekannya yang sudah tak mampu menahan emosi. Jujur saja, Hokuto pun tak mampu menahannya, namun ia tak ingin (Name) semakin tertekan.
"Kau bukan satu-satunya yang lelah disini. Aku ... dia ... mereka ... kita, kita semua lelah disini," jelas Hokuto yang langsung dilerai oleh Mao.
"(Name), tolong maafkan kami," ucap Mao dengan wajah memohon.
"Kami tahu jika kami salah ...," sambung Sengoku yang berusaha menahan tangisnya.
(Name) merasa lelah mendengarnya. Hatinya pun merasa lelah menerimanya. Ia pun menutup telinganya sembari bergeleng.
"(Name)-chin ...," Nito mengerti bagaimana perasaan (Name) saat ini.
Namun bagi para suami (Name), inilah pertama kalinya ia melihat (Name) sekacau ini.
"Pergilah ... "ucap (Name) pelan. "PERGI!" (Name) meracau tak karuan.
"Mengapa kau mengusir kami, (Name)?" Ibara pun mulai buka suara setelah sekian lama terdiam. (Name) pun langsung menatap Ibara dengan tatapan kebencian seraya berkata, "Apa ini semua rencanamu?"
"SUDAH CUKUP, (NAME)!"
Bentakan Keito membuat (Name) tertegun sekaligus air matanya pun semakin deras. "Hidoii yo ...," gumam (Name) dengan amat pelan.
"Tenanglah, Keito," ucap Kuro sambil menepuk bahu Keito.
"Baiklah ...," (Name) pun memberanikan menatap semua suaminya dan berkata, "Biarkan aku yang pergi."
"Kau akan pergi kemana!?" ucap Tori dengan kagetnya.
"Kalau bisa, aku ingin kembali kepada-Nya. Aku lelah, aku lelah akan permainan kalian. Aku bukan barang yang bisa kalian perebutkan seenaknya. Dan aku juga bukan penghargaan apapun, aku manusia ... hiks ... aku manusia ... Lalu anak ini ... anak yang ku kandung ... APA KALIAN MENGINGINKANNYA!" ucap (Name).
"Kami menginginkannya, (Name). Karena itu anak ku, anak kita," ucap Arashi.
"Cukup!" (Name) pun menghentikan Arashi yang akan berbicara lebih. "Natsume ...," panggil (Name) sembari mendekat ke salah satu suaminya.
"Natsume, tolong bunuh aku ... Aku tak kuat, aku lelah ... Natsume .... Aku mohon padamu ...." Natsume hanya diam saja.
"Shishou ...," gumam Sora yang ingin menangis, namun ditenangkan oleh Aoba.
"Natsume ... mengapa kau diam saja?" tanya (Name) sembari memukul pelan dada bidang suaminya. Natsume pun memegang pinggang (Name) agar (Name) tak hilang keseimbangan. Namun setelahnya, (Name) pun pingsan dalam tangisnya.
Sontak, para suami (Name) langsung menidurkan dan menyelimuti (Name). Lalu membiarkan ia agar terbangun dengan sendirinya.
"K-kurasa kita telah keterlaluan ...," gumam Suou.
"Iya, kita memang keterlaluan. (Name) selalu menceritakan betapa bahagianya ia saat memiliki kita semua. Dia mencintai kita dengan tulus dan selalu menulis harapan yang terbaik untuk kita. Kita lah yang jahat disini," jelas Mika yang memancing pandangan penuh tuntutan oleh semua pria yang ada disini, kecuali Izumi Sena, dan Tsukinaga Leo.
"Saat aku bertugas menjaga (Name), aku tak sengaja membuka rak buku dan menemukan buku diary milik (Name). Aku membaca satu-persatu halaman yang ia tulis. Tiap halaman, ia selalu menyematkan harapan dan doa pada kita. Namun kita membalasnya dengan pengkhianatan, kita mencintainya dengan setengah hati," ucap Mika yang membuat para suami (Name) termenung.
Sepintas, perkataan ayah mertua mereka, Hidaka Seiya pun muncul. Mereka harus menceraikan (Name) jika mereka tak sanggup menjaganya. Karena (Name) adalah seorang wanita yang tak seharusnya disakiti. Seorang wanita seharusnya dijaga dan dibuat bahagia, bukan disakiti.
"Aku mengerti. Mungkin sulit bagi (Name) untuk memaafkan kita, tapi alangkah baiknya jika kita harus terus berusaha untuk meminta maaf padanya. Bagaimanapun, (Name) marah karena kita telah membuat kesalahan yang besar dan berakibat fatal. Selain itu, aku sudah tidak sabar untuk melihat anak-anak dari kalian yang telah menghabiskan malam dengan (Name). Pasti sangat menggemaskan," ucap Shinkai yang masih menebar aura positif.
"Yosh! Malam ini kita bermalam disini!" Chiaki pun langsung semangat seketika setelah mendengar ucapan rekannya.
"Tapi, disini tidak akan muat," ucap Tori. "Muat kok, tuan muda. Kita bisa tidur berjejer seperti ikan," jelas Yuzuru yang membuat Tori paham.
"Hihi~♪ sebelum itu, mari berdoa agar (Name) selalu dilingkupi oleh orang-orang baik disekitarnya," usul Sora. "Kurasa itu bagus. Esok, aku akan menebar ramuan bahagia untuk (Name)," sambung Natsume sembari menatap wajah istrinya.
"Awas saja jika sampai menebar racun, Natsume-kun," ucap Eichi yang dibalas dengan sebuah senyum kecut oleh Natsume. Tentu saja, Natsume masih mengingat keinginan sebelum ia pingsan, namun Natsume masih punya hati. Ia takkan melakukannya pada siapapun.
Dan acara berdoa pun dimulai. Mereka sangat khusyuk, demi keinginan mereka tercapai. Setelahnya, mereka mulai mengambil bantal dan selimut mereka untuk tidur di lantai bahkan sofa. Yang pada intinya, mereka berkumpul di sana dan mengisi tempat yang kosong untuk tidur.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro