Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 2

"Aku yang pertama ya," ucap pria bermata merah darah.

"Wah, tak kusangka Rei-senpai menjadi yang pertama ! Selamat ya!!!" ucap Subaru dengan nada riang, sementara yang berkaitan hanya bisa tersenyum.

Setelahnya, mereka terus melanjutkan kegiatan tersebut hingga salah satu diantara mereka menjadi yang terakhir

Kini telah tiga jam lamanya mereka melakukan kegiatan itu dan membuat hasil yang lebih sportif. Bahkan mereka juga telah mengatur jadwal mereka untuk bisa tidur dengan istrinya secara bergiliran.

Bagi kebanyakan orang, hal itu adalah mustahil dan lebih cenderung pada pemuasan hawa nafsu semata. Namun bagi keluarga besar ini, mereka lebih mengutamakan cinta dan kasih sayang dalam suatu hubungan. Karena bagi mereka, dua hal itu adalah hal yang sangat sulit mereka dapatkan.

"(Name), mulai esok, jangan lakukan pekerjaan rumah. Karena esok maid yang akan mengerjakan semuanya," jelas Eichi sambil meminum teh buatan Hajime.

"Eh ??? Bagaimana jika ku bosan ? Bagaimana jika ku butuh hiburan ? Bagaimana jika ku butuh aktivitas ? Bagaimana jika ku butuh gerak ?" tanya (name) berturut-turut tanpa mempedulikan beberapa suaminya yang gemas dan juga menahan tawa.

Karena hanya (name) yang mampu bertanya sebegitu banyak pada Eichi. Selain dirinya, mungkin gadis lain akan menurut saja.

"Bukankah lebih enak jika hanya duduk diam di rumah, kau bisa tidur," jawab Ritsu santai yang telah berbaring di pangkuan istrinya, sementara Eichi masih menimang rentetan pertanyaan atau lebih baik disebut dengan sebuah protes dari istrinya  yang diajukan oleh istrinya.

"Hmmm bagimu memang enak, tapi bagiku itu seperti mayat hidup," ucap (name) dengan polos yang berhasil membuat suaminya tertawa lepas.

"Kurasa kau lupa jika yang bicara juga mayat hidup," sahut Koga disela-sela tawanya.

"(Name) memang rajin ya, kalau begitu bagaimana kalau kita kurangi jumlah maid nya ?" usul Hajime dengan nada lembut yang membuat (name) langsung mengangguk dan menatap Eichi dengan tatapan memohon.

"Kurasa akan berat jika maid dikurangi, tapi bagaimana jika jumlah maid tetap dan istri kita tetap boleh melakukan kegiatan rumah ?" usul Mao dengan pose berpikirnya.

"Kurasa itu boleh juga, lagipula kelihatannya tidak begitu merepotkannya juga," sahut Hokuto dengan tatapan serius.

"Amazing, Eichi-kun, bagaimana kalau kau setujui saja usul Hokuto-kun ku," ucap Wataru yang telah duduk disamping Eichi dengan pose yang amat serius dan menuai hujatan dari yang bersangkutan.

"Baiklah, aku setuju dengan pendapat Mao. Tapi dengan syarat, jangan sampai terlalu lelah," ucap Eichi dengan tatapan horor, sementara (name) yang sangat polos hanya menjawab dengan senyuman tulus.

Ya, kini mereka tahu perbedaan antara malaikat dan iblis di sana. Tetapi iblis yang paling iblis saja tidak sampai begitunya pada orang polos dihadapannya dan cenderung lebih memiliki hati.

*****

Setelah cukup berbincang-bincang hingga bersendau-gurau, mereka pun akhirnya memutuskan untuk segera kembali ke kamar. Karena esok mereka tetap harus bekerja.

"Kau yakin atas keputusan ini (name)? Jika kau masih merasa ragu, maka kau bisa ceraikan kami dan tinggal bersama orang yang paling kau inginkan," ucap Rei sambil menatap serius istrinya yang sedang menatap jendela.

"Um, aku yakin Rei. Karena apapun keputusanku, ku tak ingin membuat mereka sakit hati. Walaupun ini juga membuat mereka sakit, setidaknya mereka juga bisa memilikiku," jelas (name) yang menatap Rei dari pantulan jendela.

Rei pun langsung beranjak dari sofa dan beranjak memeluk istrinya dari belakang serta meletakkan dagunya pada bahu istrinya.

"Masih belum terlambat, kau masih bisa menentukan sebelum menjadi beban," ucap Rei yang turut menatap jendela.

Tangan (name) bergerak menyentuh tangan Rei.

"Aku tahu kau khawatir, Rei. Tapi aku akan baik-baik saja, ku kan menjaga kalian dan sebisa mungkin membuat kalian bahagia. Percayalah padaku" jelas (name).

Disisi lain, para lelaki yang lainnya ada yang merasa kesal dan penasaran dengan apa yang mereka lakukan di sana. Beberapa dari mereka justru tampak tenang, karena mereka percaya jika Rei tidak akan berbuat hal yang aneh pada (name).

Jika bisa jujur, mereka semua sebenarnya juga bingung dengan pengaturan penghabisan malam dengan istri mereka. Namun hati malaikat telah berkata lain dan menjadikan mereka lebih memilih untuk menjaga hati itu ketimbang menyakitinya, cukup mereka saja yang sakit.

Kini keheningan menyelimuti dua insan itu. (Name) tak bisa menebak apapun yang dipikirkan oleh pria disebelahnya, ia selalu misterius.

"Rei, berjanji akan menjagaku kan?" tanya (name) tiba-tiba dengan lamunannya.

"Tentu, aku takkan pergi kemanapun. Walaupun mereka nantinya akan pergi meninggalkanmu," jelas Rei yang mengerti maksud dari istrinya.

Rei mulai melonggarkan pelukannya dan memutar tubuh (name) untuk menghadapnya.

"Disaat yang telah ditentukan, aku selalu disisimu," ucap Rei yang sukses membuat (name) luluh dan menitikkan air mata.

Rei tidak ingin melihat wajah malaikatnya rusak oleh air yang mengganggu pengelihatannya, ia langsung menempelkan bibirnya pada bibir mungil sang malaikat. Mungkin bagi makhluk umum, bersatunya iblis dan malaikat adalah hal yang mustahil.

Tapi tidak bagi Rei, ia tahu apa yang harus ia perbuat agar malaikatnya tidak ditentang oleh siapapun.
Ya, hal itu yang terus Rei lakukan sedari dulu.

Flashback on

"Tenkousei, sedang apa kau kemari?" tanya Rei dengan sebuah tatapan yang telah mengerti apa yang sedang dihadapi oleh lawan bicaranya.

"Rei-san ...," panggil (name) yang kemudian disambung dengan air mata yang mengalir perlahan-lahan.

Pukpuk...

"Jangan menangis, Tenkousei. Kau hanya perlu lebih keras lagi untuk menggoyahkan tembok yang telah mereka bangun," ucap Rei yang masih mengelus surai gadis disebelahnya.

"Rei-san, mengapa ini begitu rumit? Apa kesalahanku sebenarnya?" tanya (name) sambil menangis sejadi-jadinya.

Ya, dihadapan banyak orang di Yumenosaki Gakuen, (name) selalu tampak bahagia dan juga riang. Namun jika telah bertemu Rei, ia akan mencurahkan segala sisinya yang bagaikan gelas kaca. Jika melakukan kesalahan sedikit, maka kehancuran menjadi jawabannya.

Rei memang tak bisa atau semenarik Kaoru jika berhadapan dengan perempuan, bahkan ia juga tak pandai mengatur kalimat yang indah seperti Wataru. Namun, hanya Rei yang mengerti cara memperlakukan orang dengan melihat sisi yang amat dalam, itulah mengapa (name) selalu mencurahkan kesedihannya bahkan berbagi cerita tentang kebahagiannya pada pria yang berstatus sebagai kakak kelasnya ini.

"Jangan terlalu bersedih, sebisa mungkin ku akan membantumu," ucap Rei dengan penuh keibaan.

Flashback end

*****

Kini sang surya mulai kembali menyapa para makhluk yang sangat ia sukai. Membangunkan para makhluk yang amat ia sayangi untuk melakukan aktivitas mereka.

Tak terkecuali bagi (name), ia bangun dengan sebuah keterkejutan. Karena saat ia bangun, tubuhnya hanya merasakan selimut dan tanpa sehelai benangpun, bahkan daerah kemaluannya pun masih terasa nyeri.

"Selamat pagi, (name)."

(Name) pun melihat ke sumber suara dan mendapati seorang pria yang telah ia kenal sedang duduk disampingnya dengan pakaian yang rapih. Dengan segera, (name) pun menaikkan selimutnya untuk menutupi tubuhnya.

Melihat gelagat (name), Rei pun tertawa ringan. Ia pernah melihat (name) polos, namun kali ini wajah (name) terlalu polos untuk ukuran seorang wanita yang telah bersuami.

"Tenanglah (name), aku sudah tahu bentuk tubuhmu," ucap Rei sambil tersenyum ramah dan membuat wajah (name) memerah, semerah buah strawberry yang baru saja dipetik dari kebun.

"Dasar me..."

"Aku kan suamimu," ucap Rei yang memotong pembicaraan (name) sambil tersenyum canggung.

Sring ....

Secara tiba-tiba, (name) mengingat apa yang ia lakukan semalam bersama dengan pria yang sedang bicara dengannya ini. Ia pun semakin malu, bahkan lebih malu dari seorang putri malu.

"M-ma-maaf," ucapnya yang masih belum bisa menyembunyikan wajah merahnya. Rei pun hanya bisa tersenyum sambil mengelus surai wanitanya.

"Kau bisa berjalan? Sudah kusiapkan air hangat untukmu," ucap Rei yang belum berhenti mengelus surai halus itu.

"K-kurasa bisa," jawab (name).

Setelah itu, Rei langsung memberikan handuk piyama padanya dan membiarkannya menutup tubuhnya. Lalu, (name) pun mulai berjalan biasa walaupun masih sedikit menahan sakit dan Rei yang menyadarinya pun langsung menggandeng tangan mungil itu menuju tempat yang dimaksud. Setelah itu, Rei langsung pergi meninggalkan kamar itu.

Sepeninggalan Rei, (name) langsung merendam dirinya pada air hangat. Rileks, itulah yang ia rasakan dan ditambah dengan aroma bunga mawar membuatnya semakin merasa nyaman.

Saat ia menyentuh kulitnya, ia semakin mengingat semua sentuhan lembut yang Rei berikan padanya. Jika ia bisa jujur, malam itu ia seperti dimanjakan bak seorang boneka kaca yang sangat berharga dan ia sangat menyukainya.

*****

Tak lama kemudian, mereka pun sarapan bersama. Bahkan pada ruang makan ini, lebih mirip pada ruang makan di istana.

Bagaimana tidak? Meja makan yang telah disediakan pun berukuran amat panjang dan lebar, mengingat ada 43 orang disini.

Kemudian, para maid mulai menyajikan bervariasi makanan. Ia pun bingung berapa lama yang mereka butuhkan untuk menyiapkan hidangan sebanyak ini, karena di mansion nya dulu, para maid tidak perlu menyiapkan makanan sebanyak ini. Bahkan ia pun bisa menyiapkan makanan untuk dirinya sendiri.

"Ada apa, (name)? Mengapa kau melihat Rei terus menerus?"

Nada itu yang terkesan penuh kecurigaan bahkan sedikit terkesan kecemburuan. (Name) pun langsung melihat ke arah Eichi dengan tatapan polos, "Sejak kapan mereka menyiapkan ini?"

Mendengar pertanyaan itu, mereka langsung tertawa gemas. Mereka tahu jika (name) berasal dari keluarga kaya, namun mereka juga tahu jika (name) juga tak biasa serba dilayani oleh maid.

"Mereka menyiapkannya semenjak pukul tiga tadi, Onee-sama," jawab Suou dengan senyuman maklum dan (name) hanya mengangguk sebagai tanda bahwa ia sangat paham.

"Jadi tatapan itu tidak perlu dilakukan, Ecchan. Kau tak perlu cemburu pada siapapun, karena ia milik kita semua," jelas Ritsu sambil tersenyum sinis.

Sementara (name), telinganya telah ditutupi oleh tangan Nito. Karena Nito tidak ingin (name) melerai perkelahian yang terjadi secara tak langsung diantara mereka.

Lalu, Hokuto pun melerai mereka dan mengembalikan keadaan menjadi normal. Walaupun masih ada rasa tak terima diantara mereka, mau tak mau mereka harus menerima. Toh, lama-lama mereka akan terbiasa dan bisa menikmati semuanya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro