Chapter 18
Pada pagi ini Eichi telah berpesan pada (name) jika hari ini yang menjaganya adalah saudara dari pria yang telah mendapatkan jatah pertamanya tepat setelah pernikahan terjadi, Sakuma Ritsu. Tepat setelah para suaminya berangkat bekerja, (name) tidak menemukan Ritsu di dalam mansion ini. Bahkan ia sempat bertanya pada maid dan dijawab jika mereka sempat melihat Ritsu berada di ruang keluarga. Namun tempat itupun telah (name) cari.
Akhirnya (name) memutuskan mencari tempat di sekitar halaman bahkan taman mansion ini yang kira-kira cukup nyaman untuk tidur. Dan dugaan (name) memanglah benar, ia menemukan Ritsu tepat dibawah pohon apel yang cukup rindang. (Name) pun segera menghampiri dan membangunkannya.
"Ungh..." Desah Ritsu sambil sedikit membuka matanya dan iapun mengalihkan pandangannya pada orang disebelahnya. "Ah... Kau mau tidur disini juga, (name) ?" Tanya Ritsu yang kembali memejamkan matanya sembari tersenyum. "Bangunlah ! Kau bisa sakit jika tidur disini" ucap (name) sambil menarik tangan Ritsu. "Aaaa~ buatkan aku camilan, (name)" pinta Ritsu dengan setengah tertidur. "Baiklah, tapi setelah ini kau harus pindah tempat tidurmu" ucap (name) yang dibalas dengan anggukan oleh suaminya.
Setelahnya, (name) langsung menuju dapur dan memikirkan hal apa yang harus ia buat untuk Ritsu. Tak lama kemudian, (name) pun terlintas untuk membuat sebuah kue. Ia pun segera menggeledah isi dapur untuk mencari keseluruhan bahan yang ia butuhkan dan saat sudah menemukannya, ia langsung membuatnya.
Disisi lain, setelah puas tidur di luar, Ritsu pun berpindah masuk ke mansion. Kali ini tidak untuk tidur, melainkan untuk memainkan sebuah notasi piano yang sudah lama tak ia sentuh walaupun disini telah disediakan.
*****
Kini telah empat jam lamanya ia membuat kue kesukaan Ritsu, sekarang saatnya ia membawa nampan dengan piring berisi kue dan lengkap dengan teh hijau itu pada orang yang memesannya. Namun saat ia akan keluar, ia mendengar suara alunan piano yang sangat indah.
(Name) pun merubah haluan untuk memastikan hanya ada dirinya dan Ritsu di mansion ini.
Tak lama kemudian, ia pun telah sampai di suatu pintu yang menjadi tempat sumber bunyi itu berasal. Ia pun dengan pasti membuka pintu itu perlahan dan menampakkan sosok orang yang ia kenal, Ritsu sedang bermain piano. Karena tidak ingin mengganggunya, ia pun masuk dan meletakkan pesanannya secara perlahan.
Karena merasa ada yang datang, Ritsu pun menghentikan permainannya.
"Ritsu, mengapa melodi mu terkesan menyedihkan ? Namun pula indah jika didengarkan lebih teliti" Tanya (name). "Terimakasih, (name)" jawab Ritsu dengan senyuman nya. "Melodi ku memang rumit bukan, (name). Karena itulah, kau disini untuk menyempurnakan semua melodi yang ada dalam hidupku" sambungnya ringan.
"Kesedihan adalah hal yang paling mudah dalam hidup ini. Semua orang bisa merasakan kesedihan secara cepat, namun tidak untuk kebahagiaan. Semua orang tidak terlalu sadar akan kebahagiaan kecil yang tercipta di sekitarnya, bahkan mereka lebih memilih untuk bungkam atas kebahagiaan orang lain. Bukankah begitu, (name) ?" Jelas Ritsu sambil menatap pianonya. Kemudian ia pun mengalihkan pandangannya pada kue yang telah dibuat oleh (name). "Terimakasih atas perhatiannya, (name)" ucap Ritsu lembut.
Diam, (name) hanya bisa diam. Entah mengapa suaminya satu ini sangat mengerti akan kehidupan. Apakah ini akibat jika ia selalu menyendiri ? Tentu tidak, ia sudah terbuka pada orang lain sedari (name) mengenalnya.
Ritsu pun bangkit dari kursi pianonya dan berdiri di sebelah (name) untuk mencicipi kue itu. "Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan" ucap Ritsu sambil menepuk pelan surai (name).
"Kau sudah tahukan, Ritsu ?" Tanya (name) dengan nada bergetar. "Aa... Ku sudah tahu akhir dari ini, (name). Tapi, kau harus bahagia pula" jawabnya.
"Jika diibaratkan kue, kau adalah bagian paling manis serta lembut yang dapat membuat orang bahagia. Setelah kau berhasil membuat orang yang mencicipimu bahagia, kau lupa cara membuat dirimu sendiri bahagia hingga kau habis termakan oleh orang itu" sambungnya. "Ritsu... Terimakasih banyak, mulai sekarang ku akan mengingat nasihatmu ! Selalu !" Ucap (name) dengan penuh semangat.
"Hei, Ritsu. Maukah kau mengajariku bermain piano ? Dulu ku pernah diajarkan oleh teman sekaligus mantan tunanganku, tapi ku sudah lupa" ucap (name) dengan nada memohon. Ritsu yang sedang menikmati kue serta teh itupun langsung menghentikan aktivitasnya sejenak dan menerima permohonan istrinya dengan senang hati.
*****
Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul dua belas siang, yang menandakan jika (name) telah lelah dan ingin beristirahat. Ritsu yang mengerti pun langsung membiarkan (name) beristirahat sesukanya, namun ia pun berubah pikiran.
"(Name), maukah kau menjelaskan padaku untuk hal itu ?" Tanya Ritsu yang sempat memeluk (name) dari belakang sebelum ia sempat meninggalkan ruangan ini. "Itu ? Itu apa ?" Tanya (name) polos. "Hal yang akan kita lakukan nanti malam, kau kan sudah berpengalaman. Kira-kira sudah dua minggu lebih" jelas Ritsu tanpa dosa sedikitpun.
Akhirnya, (name) yang merasa malu dengan pernyataan Ritsu pun memilih untuk pergi meninggalkan Ritsu seorang diri di ruangan itu. Salah tingkah, itulah yang tergambar pada diri (name) saat ini. Namun, Ritsu sangat menikmati ekspresi yang (name) berikan. Karena hanya dia wanita satu-satunya yang paling dekat dengannya selain ibunya.
*****
Setelah cukup beristirahat, (name) dan Ritsu pun kembali menghabiskan waktu bersama. Namun kali ini mereka berada di tempat dimana Ritsu tidur paginya.
Disini, (name) menanyakan tentang kehebatan Ritsu dalam mengatur strategi Knights ataupun hal lainnya yang menurut orang biasa tak bisa mereka ketahui. Bahkan ia pun sempat memuji kemampuannya.
Sementara Ritsu, ia menjawab dengan amat santai. Ia bahkan tidak begitu tertekan ataupun merasa aneh dengan hal itu, karena ia pun merasa bangga pada dirinya sendiri walaupun tak ada yang menyadari hal itu.
Setelah cukup untuk berbagi cerita, mereka pun segera berkumpul bersama suaminya yang lain untuk melewatkan suasana sore yang indah serta hangat ini. Bahkan (name) tidak pernah lupa untuk mengawasi gerak-gerik suaminya secara diam-diam, walaupun beberapa dari mereka telah tahu apa yang (name) lakukan.
Saat ini, mereka hanya menceritakan tentang para idola baru yang dirasa memiliki kompetensi dan komitmen yang tinggi dalam industri musik. Bahkan beberapa dari mereka pula memuji serta menguji kemampuan mereka kembali agar rating Yumenosaki gakuen maupun Ensemble Square tidak turun sedikitpun.
*****
Kini waktu telah menunjukkan bahwa mereka harus beristirahat agar mereka mampu menjalankan kegiatan pada pagi harinya. Dan merekapun telah kembali ke kamar mereka.
"(Name) aku sudah lama tidak minum darah" curhat Ritsu yang telah berbaring di pada istrinya. "Eh !?" Ucap (name) terkejut. "Bolehkah ku minta darahmu lagi ?" Tanya Ritsu yang kemudian merubah posisinya menjadi duduk.
(Name) pun menghampiri dan duduk dihadapan Ritsu. Helaan nafas ringan dapat Ritsu dengar saat ini. "Baiklah" jawab (name) singkat.
Ritsu pun tak menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Ia mulai menyibakkan surai (name) yang menutupi leher indah itu, setelahnya ia mulai menancapkan taringnya disana. (Name) menahan rasa yang amat ngilu bercampur perih pada lehernya dengan membungkam mulutnya sendiri.
Namun perlahan-lahan, Ritsu membaringkan (name) sambil terus menghisap darah sebanyak yang ia butuhkan. Setelahnya, ia langsung merangsang (name) untuk melakukan hal yang seharusnya mereka lakukan.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro