[OY] Bab 4(b). The Day First Of Work
23 September 2018....
Hari pertama kerja. Aku harap, semua berjalan lancar untuknya, dan ia merasa betah berada di situ
Aldrian...
Aku Update Lagi...
Happy Reading & Sorry For Typo...
"Hallo selamat siang Aldrian..." sapa Stevania setelah menyentuh tanda hijau pada layar ponselnya.
"Hai, selamat siang juga Stevania... Bagaimana rasanya, hari pertama kerja?" tanya Aldrian penasaran.
"Lumayan menyenangkan. Kau tahu, aku tidak pernah menyangka, di hari pertama aku bekerja aku sudah mendapat sebuah tantangan dari anak panti," beber Stevania antusias.
"Wow benarkah...?! Itu luar biasa. Aku tidak menyangka, jika ada anak Panti yang mau menantangmu. Sekarang katakan padaku, apa tantangannya dan siapa ya orang yang menantangmu. "
"Tantangannya adalah, anak itu akan membuat kenakalan dan itu semua ditujukan untukku. Ia berjanji padaku, jika aku berhasil melewati tantangan itu selama seminggu, dan aku tidak mengundurkan diri, maka ia akan menjadi anak yang baik. Dan anak Panti yang memberiku tantangan itu adalah Selena."
"Selena? Ya Tuhan... Semoga kau bisa melewati kenakalan yang ia buat Stevania. Karena setahuku, ada beberapa Sister yang sebelumnya ditempatkan di Hall Edelweiss, banyak yang mengundurkan diri karena kenakalan gadis kecil itu. Semua masalah yang ada di Hall itu bersumber dari gadis kecil itu."
"Setelah mendengar kata-katamu itu, aku rasa, aku harus berhati-hati pada gadis kecil itu. Dia pasti bisa melakukan apa saja untuk mengusirku keluar dari Hall Edelweiss."
"Tepat sekali. Kau harus lebih berhati-hati terhadap gadis kecil itu. Oh ya, apa kau sudah makan siang?" tanya Aldrian berganti topik pembicaraan.
"Sudah. Kau sendiri?
"Aku belum makan siang saat ini aku sedang meeting dan--"
"Tunggu dulu, saat ini kau sedang meeting. Itu berarti, saat ini kau berada di ruang meeting, begitu?"
"Iya itu benar."
"Ya tuhan, kenapa kau menelpon ku jika kau berada di dalam ruang meeting. Ada-ada saja kau ini. Sekarang aku harus tutup telepon ini. Aku tidak mau mengganggu aktivitas meeting-mu."
"Hei kau tidak menggangguku. Aku hanya merasa sangat bosan saja. Itulah sebabnya, aku menelponmu."
"Tapi tetap saja Aldrian. Kau itu lagi meeting. Sekarang tutup teleponmu. Jika kau tidak mau menutup teleponnya, aku yang akan menutup telepon ini. Dan Aku tidak akan berbicara denganmu. Apa kamu ngerti?!" ujar Stevania dengan sedikit ancaman.
"Oke, oke baiklah... aku akan menutup teleponku. Tapi, kau jangan marah padaku ya..." bujuk Aldrian dengan lembut.
"Iya, aku tidak akan marah padamu. Selamat siang. Bye!" ujar Stevania
"Selamat siang juga, bye!"
%%%***%%%
Setelah mengatakan kalimat terakhirnya, Aldrian menutup ponselnya. Yap. Apa yang baru saja ia katakan pada Stevania itu memang benar. Saat ini, Aldrian berada di dalam ruang meeting, dimana, ada sebuah meeting sedang berlangsung. Ada divisi, yang sedang mempresentasikan sebuah proyek padanya. Tapi ia, merasa bosan dengan presentasi yang dibuat oleh divisi itu. Karena itulah, ia lebih memilih untuk menelpon Stevania.
Tapi, setelah ia menutup panggilannya, semua orang yang ada di situ menatapnya dengan tatapan heran sekaligus takjub. Baru kali ini, mereka melihat CEO dari Richard Group, memiliki ekspresi lain selain wajah datar yang selalu ia tampilkan.Aldrian berdiri dari tempat duduknya, dan menatap dengan tatapan bosan ke arah orang-orang yang hadir dalam meeting itu.
"Aku harap, kalian melakukan perbaikan secara besar-besaran dalam proyek yang sedang kalian tangani ini. Presentasi kali ini sangat mengecewakan," ucap Aldrian dengan nada datar. Setelah itu, ia keluar dari ruang meeting tanpa berkata apa-apa lagi.
Yap. Seperti itulah yang terjadi di kantor. Saat Aldrian bekerja, ia tidak akan segan-segan memarahi bawahannya, jika mereka melakukan sesuatu yang tidak disukai olehnya. Wajah datar tanpa ekspresi, menjadi ciri khasnya saat dia berada di kantor. Dan hal itu jugalah, yang membuat semua karyawannya begitu segan dan hormat padanya.
Aldrian kembali ke ruang kerjanya dengan perasaan kesal. Jelas saja. Proyek Yang ia canangkan tidak direalisasikan dengan baik oleh divisi yang menanganinya. Padahal Ia sudah berharap banyak dari proyek itu. Saat hendak memasuki ruang kerjanya, Aldrian menoleh ke arah sekretaris dan juga asisten pribadinya kemudian berkata.
*Apa jadwalku selanjutnya," tanya aldrian pada Sonia sekretaris pribadinya itu. Sonia membuka iPad di tangannya untuk mengecek Jadwal apa saja yang akan dilakukan oleh Bosnya itu.
"Kebetulan, sebentar lagi makan siang dan anda akan melakukan pertemuan dengan pengusaha dari Cina, untuk membahas proyek pembangunan rumah sakit yang ada disana."
"Baiklah... Ayo kita menemui pengusaha itu," ujar Aldrian pada Sonia dan Sylvester, asisten pribadinya itu.
"Baik Mister Richard," Aldrian tidak jadi masuk ke ruang kerjanya. Ia berbalik menuju ke lift, diikuti Sylvester dan Sonia di belakangnya.
Sylvester dan Sonia adalah 2 orang yang dipilih secara acak oleh Aldrian untuk menjadi asisten pribadi dan sekretaris.
Kedua orang itu dinilai cukup bagus dan handal dalam bekerja. Mereka juga orang-orang yang profesional tidak mencampuradukkan urusan pribadi dan urusan kerja. Padahal Aldrian sangat tahu kalau saat ini Sylvester dan Sonia sedang menjalin hubungan sebagai pasangan kekasih. Lift yang dinaiki oleh Aldrian, Sylvester dan juga Sonia, akhirnya berhenti di lobby kantor. Aldrian dan Sonia keluar dari lift. Sedangkan Sylvester turun ke lantai basement, di mana mobil Aldrian berada.
Sylvester masuk ke mobil itu, lalu keluar dari basement menuju lobby untuk menjemput Aldrian dan Sonia. Saat mobil berhenti di lobby, Sonia membuka pintu penumpang dan mempersilakan Aldrian masuk. Setelah itu, ia menutup pintu dan ikut masuk duduk di depan mobil. Mobil pun melaju, meninggalkan pelataran kantor menuju restoran yang sudah ditentukan untuk pertemuan bisnis itu.
Aldrian memasuki restoran mewah itu dengan langkah percaya diri, diikuti Sonia dan Sylvester di belakangnya.
"Selamat datang di restoran kami, tuan-tuan dan Nona," sapa seorang pelayan restoran, saat memasuki pintu restoran itu.
Sylvester maju selangkah ke arah pelayan restoran itu, lalu berkata.
"Kami datang untuk reservasi atas nama Mr. Chu."
"Oh baiklah... Mari ikut saya. Saya akan mengantarkan Anda ke tempat Mr.Chu," ujar pelayan itu ramah, seraya mengarahkan Aldrian, Silvester dan Sonia mengikutinya, menuju ke private room yang sudah dipesankan oleh Mr. Chu.
Pelayan itu membuka pintu private room dan di sana sudah ada 3 orang berwajah Asia yang sudah menunggu. Satu orang pria paruh baya, seorang lagi pria berumur sekitar 30 tahunan, dan satu orang lainnya, seorang gadis yang mungkin berusia antara 17 atau 18 tahun, berwajah blasteran Amerika dan China. Aldrian menebak, Gadis itu adalah putri dari Mister Chu. Karena setahunya, istri Mr Chu orang Amerika dan mereka memiliki Putri yang berusia antara 17 atau 18 tahun.
"Mr. Richard," sapa Mr Chu ramah.
"Mr. Chu," balas Mr. Chu tak kalah ramah.
"Mr. Richard, Perkenalkan ini putriku Anna Chu." Mr Chu memperkenalkan putrinya pada Aldrian. Aldrian menguluarkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Anna Chu.
"Senang berkenalan dengan anda nona Chu," ujar Aldrian tersenyum sopan.
"Saya juga, senang berkenalan dengan anda Mr. Richard."
"Mr. Richard," sapa pria berumur 30 tahun yang bersama Mr.Chu itu.
"Mr Jung," balas Aldrian menjabat tangan pria berumur 30 tahun yang tak lain adalah Mister Jung itu.
Setelah melakukan sapaan dan perkenalan singkat itu, semua orang pun kembali duduk di tempat yang sudah disediakan.
"Mr. Richard saya harap anda tidak keberatan, karena Putri saya ikut makan siang bersama kita di pertemuan bisnis ini. Putri saya akan kuliah disini. Sedangkan saya sendiri, harus kembali lagi ke Cina setelah selesai pertemuan ini. Jadi ini adalah satu-satunya kesempatan saya bersama putri saya, sebelum kami berpisah," jelas Mr. Chu.
"Oh tidak apa-apa Mr. Chu, saya sama sekali tidak keberatan. Bukankah putri anda juga harus belajar, karena suatu saat mungkin Putri andalah yang akan mewarisi perusahaan anda."
"Kalau untuk perusahaan, saya rasa putri saya tidak akan mau mengambil alih. Karena, dia lebih memilih menjadi seorang dokter. Dia sudah mendaftarkan dirinya ke Williams University."
"Wow...! Benarkah?!" tanya Aldrian sedikit antusias. Ekspresinya yang sedaritadi datar, kini sedikit berubah membuat suasana juga sedikit lebih baik.
"Lebih tepatnya, saya ingin menjadi seorang dokter gigi, Mr. Richard," ungkap Anna Chu.
"Itu bagus untukmu Nona Chu. Oh ya, aku punya kenalan dan dia akan kuliah kedokteran juga. Tapi, dia akan menjadi dokter anak. Dia gadis yang ceria aku rasa kalian bisa menjadi teman yang baik."
"Mr. Richard, saya senang mendengarnya. Saya juga berharap kami bisa menjadi teman," ucap Anna Chu senang.
Meninggalkan pembicaraan tentang Anna Chu, dan kuliah kedokterannya, kini Aldrian dan Mr. Chu mulai membahas tentang pekerjaan. Anna Chu bukanlah gadis yang menyukai pembicaraan tentang kesepakatan bisnis. Tapi karena kesepakatan bisnis yang saat ini dilakukan oleh ayahnya dengan Aldrian saat ini adalah tentang pembangunan rumah sakit di China, membuat ia ikut tertarik dengan obrolan itu. sesekali ia memberi saran yang cukup baik untuk setiap alat-alat yang akan digunakan di dalam rumah sakit baru itu.
Beberapa saat kemudian, Aldrian merasa legah. Kerjasama yang dilakukan oleh Richard grup dan Chu Group berakhir dengan kesepakatan yang baik. Setelah kesepakatan itu di ambil, mereka pamitan kemudian berpisah. Aldrian Sylvester dan Sonia kembali ke kantor.
"Sylvester, apa penilaianmu tentang Nona Chu. Maksudku, kau selalu saja benar saat menilai seseorang. Jadi, aku ingin bertanya apa penilaianmu tentang Anna Chu.
"Maaf tuan muda. Apakah Tuan Muda menyukai Nona Chu."
"Dari pengamatan saya, Nona Chu gadis yang cerdas. Selain itu dia juga gadis yang baik. Dia teman yang cocok untuk Stevania."
"Syukurlah, jika penilaianmu baik tentang nona Chu. Aku akan senang, jika Ia dan Stevania bisa menjadi teman. Stevania yang notabene orang Perancis asli sedangkan dia baru saja datang ke kota sedangkan Anna Chu dia adalah warga negara asing yang memilih kuliah di kota ini.
%%%***%%%
Stevania masih setia dengan buku-buku kedokterannya, saat Wilda berjalan menghampirinya.
"Hey Nona calon Dokter, anak-anak sudah pulang sekolah. Ayo kita temui mereka dan bahwa mereka semua kesini untuk istirahat siang," ujar Wilda pada Stevania.
"Oh, mereka sudah pulang? Baiklah..." Stevania merapikan semua buku kedokterannya dan meletakkannya ke dalam lemari miliknya. Bersama dengan Wilda, mereka berdua keluar dari Hall Edelweiss ke tempat parkiran. Dari jauh, sudah melihat anak-anak turun dari bis. Stevania pun mempercepat langkahnya, hingga mencapai tempat bis itu berada.
"Selamat siang adik-adik," sapa Wilda dan Stevania bersama pada anak-anak.
"Anak-anak, apakah kalian sudah menulis makanan apa yang kalian tidak suka?" tanya Stevania kemudian.
"Sudah Sister," balas anak-anak dengan kompak.
"Bagus sekali. Letakkan semuanya di atas mejaku. Setelah aku membacanya, aku akan langsung ke dapur dan memberitahukan koki untuk memasak sesuai dengan selera kalian. Dan nanti malam, kalian bisa mencicipinya," ujar Stevania penuh semangat.
"Terima kasih," ucap anak-anak itu kompak dan tak kalah semangatnya
Stevania tersenyum bahagia. Ia senang karena anak-anak bisa kompak dan semangat seperti itu. Ia sangat berharap, anak-anak itu tidak l aeg membuat keonaran seperti yang terjadi selama ini. Mata Stevania jeli meneliti satu persatu anak-anak itu dan ia tidak melihat Selena berada diantara mereka semua.
"Wilda, Selena tidak ada disini. Bagaimana ini?" kata Stevania pada Wilda. Gadis bernama Wilda itu ikut melihat satu-persatu anak-anak itu tapi ia juga tidak menemukan Selena berada di antara mereka."
"Aku rasa, ini kenakalan pertamanya. Wilda, kau sudah lebih dulu berada di sini. Jadi, aku hanya ingin bertanya padamy, dimana tempat biasanya Selena bersembunyi?"
"Rumah pohon. Ya, rumah pohon yang berada di belakang dapur."
"Oh, syukurlah kau tahi Wilda. Baiklah, sekarang juga, aku akan mengecek tempat itu." Stevania meninggalkan tempat parkir dan berjalan ke arah belakang panti menuju ke dapur panti. Dapur Panti memang tidak berada di gedung Panti. Ia dibangun terpisah di belakang gedung Panti utama. Jika kita kedapur, maka kita akan melewati gedung Panti utama.
Stevania mengikuti koridor beratap yang sedikit panjang. Beberapa saat kemudian, ia akhirnya sampai di area dapur. Stevania memutar arah melewati dapur dan berakhir di taman belakang dapur, di mana ada sebuah pohon yang cukup besar. Dari jauh, Stevania sudah melihat ada rumah pohon di atas pohon besar itu. Stevania pun mempercepat langkahnya dan akhirnya sampai di tempat itu.
Karena cabang pohon itu begitu banyak, dengan mudah Stevania menaiki tempat itu dan akhirnya sampai di atas. Ia tidak lantas masuk ke dalam rumah pohon. Ia mencoba untuk mengetuk pintu rumah pohon, tanpa membuka suara sedikitpun. Beberapa saat kemudian, pintu dibuka dari dalam. Saat pintu terbuka lebar, Selena muncul di depan pintu itu dengan tatapan tidak sukanya.
"Hai Selena. Aku nenemukanmu. aku harap kau berubah menjadi gadis yang manis dan ikut bersamaku kembali ke panti. Kau harus istirahat siang di kamarmu," ujar Stevania lembut mencoba mengajak gadis kecil itu untuk kembali ke Hall.
"Sister, kau memang menemukanku. Tapi kau tidak bisa memaksaku untuk kembali ke panti bersamamu. Karena untuk saat ini, aku tidak mau kembali ke panti."
"Kenapa tidak?! Kau memiliki kamar yang bagus di sana," bujuk Stevania tidak patah semangat.
"Tapi aku tidak mau kembali ke sana," bantah Selena sedikit kesal.
"Sepakat Sister juga tidak akan kembali ke sana. Ayo kita tidur siang bersama. Stevania mendorong Selena masuk kedalam rumah pohon. Stevania cukup terkejut dengan apa yang ada di dalam rumah pohon itu. Di situ ada sebuah kasur kecil dengan bantal dan guling yang cukup bagus. Kamar dalam rumah pohon di dekorasi dengan sangat bagus.
"Wow, kamar ini terlihat sangat bagus. Apa kau sendiri yang mendekorasi tempat ini?" tanya Stevania takjub.
"Aku tidak akan menjawabnya," balas Selena acuh tak acuh.
"Kalau begitu lupakan saja pertanyaanku itu. Ayo kita tidur." Stevania mendorong gadis kecil itu untuk tidur.
"Tapi aku tidak mau tidur denganmu. Apalagi satu kasur."
"Tidurlah Selena. Kau terlihat mengantuk. Apa kau tidak mau tidur, atau kau mau kita kembali ke panti,"
"Tidak akan. Saat ini, aku tidak mau! Baiklah kita tidur," putus Selena kesal seraya menaiki kasur miliknya, kemudian diikuti oleh Stevania. Tidur Stevania meletakkan ponselnya di dekatnya. Ia sudah menyetel alarm untuk bangun setengah empat. Setelah itu, ia ikut tidur bersama Selena. Karena posisi Selena saat ini, sedang memiringkan badannya membelakangi Stevania, itu mempermudah Stevania tidur di sampingnya dan memeluknya.
Saat ini Stevania berperan sebagai seorang kakak yang sedang menemani Adiknya tidur. Gadis situ membuai Selena dengan penuh kasih sayang. Ia membelai kepala Selena,hingga membuat gadis kecil itu tertidur. Selena yang awalnya tidak ingin tidur, akhirnya menyerah saat rasa kantuknya datang dan ia tertidur lelap dalam pelukan Stevania. Beberapa saat kemudian Stevania juga ikut terlelap di samping Selena.
Alarm berbunyi satu setengah jam kemudian. Stevania bangun dari tidurnya dan mendapati Selena masih tertidur. Gadis itu kemudian Mematikan alarm di ponselnya, agar tidak mengganggu tidur Selena. Stevania membiarkan Selena tidur untuk 10 menit ke depan. Setelah itu, ia akan membangunkannya dan mengajaknya kembali ke panti. Tepat 10 menit berikutnya, Stevania pun membangunkan Selena.
"Selena bangunlah... Ini sudah sore. Kita harus kembali ke panti," ujar Stevania sambil menggoyangkan tubuh Selena dengan pelan. Stevania terus memanggil Gadis itu untuk bangun. Untunglah, beberapa saat kemudian gadis kecil itu membuka matanya.
"Hai sleeping Beauty, ini sudah sore, kita harus kembali ke panti," ujar Stevania.
"Apa aku harus ke sana?!" tanya Selena sedikit tidak rela.
"Tentu saja nona kecil. Pertanyaan macam apa ini. Kalau kau tidak mau kembali, aku tidak akan berbaik hati lagi padamu. Aku akan menyeret mu kembali ke panti bersamaku. Jadi sekarang kau harus memilih, kembali dengan cara baik-baik atau kembali dengan cara paksa," ujar Stevania dengan tegas dan terlihat sangat serius. Selena pun memutuskan untuk menyerah dan mengikuti Stevania kembali ke panti.
"Iya baiklah. Aku menyerah. Kali ini kau menang. Ayo kita kembali ke panti," ujar Selena pasrah
Selena dan Stevania kemudian turun dari rumah pohon, melangkah bersama dengan Stevania menggandeng tangan Selena. Saat melewati dapur, seorang wanita paruh baya dengan seragam koki menyapa Selena.
"Selamat sore Selena,"
"Selamat sore juga Bibi Olivia," balas Selena dengan tersenyum ramah.
"Selamat sore Sister. Kau adalah Sister baru di Hall Edelweiss ya...?"
"Iya Bibi. Namaku Stevania," jawab Stevania
"Semoga kau betah menghadapi Selena ya..." ujar Bibi Olivia penuh harap.
"Tentu saja Bibi. Aku sangat menyayanginya, seperti adikku sendiri."
TBC...
Jangan lupa Vote & Comment ya....
Thank's For Reading
See U The Next
26 September 2018....
Stefania Collins
Aldrian Richard
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro