[OY] Bab 4(a). The First Day Of Work
14 September 2018...
Hari pertama kerja. Semoga hari ini berakhir dengan baik
Semangat...!!!
Stevania
Aku Update Lagi...
Happy Reading & Sorry For Typo...
Stevania bangun pagi ini dengan perasaan bahagia. Hari ini adalah hari pertama ia bekerja di Panti Asuhan. Biasanya, saat hari pertama kerja, orang pasti akan gugup dan takut. Tapi tidak dengan Stevania. Gadis itu begitu bersemangat menyambut hari pertama ia bekerja. Setelah sarapan bersama keluarga Richard, Stevania diantar oleh Aldrian untuk bekerja. Ia juga tidak lupa membawa serta beberapa buku Kedokteran, yang ia ambil dari perpustakaan di Mansion keluarga Richard untuk dibawa
ke panti.
Stevania berencana akan membacanya di waktu senggang. Adrian menghentikan mobilnya setelah sampai di depan gerbang Panti Asuhan. Sebenarnya pria itu ingin mengantar Stevania sampai masuk ke dalam. Tapi Stefania melarangnya. Karena itulah, Ia pun terpaksa berhenti di depan gerbang, dan membiarkan Stevania keluar
Dari mobilnya. Dari luar mobil, Stevania mengucapkan terima kasih pada Aldrian karena sudah mengantarnya.
"Al... Terima kasih ya," ucap Stephanie sambil tersenyum hangat pada pria itu.
"Sama-sama," balas Aldrian sambil tersenyum juga.
"Baiklah, Aku masuk dulu ya," ujar Stevania Seraya berjalan kearah pintu gerbang.
"Stevania tunggu!" seru Aldrian dari dalam mobil. Stevania menghentikan langkahnya lalu berbalik menghadap mobil Aldrian kembali.
"Ada apa?" tanyanya kemudian.
"Hari ini hari pertama kau bekerja, iya kan?" tanya Aldrian pada Stevania.
"Iya. Kau sudah tahu itu, kenapa kau bertanya lagi?"
"Aku hanya ingin mengucapkan, selamat bekerja di hari pertama dan semangat!" seru Aldrian memberi semangat.
"Wow, Terima kasih Al. Aku senang diberi semangat seperti ini. Aku pasti benar-benar bersemangat untuk kerja hari ini."
"Itu sangat bagus untukmu. Semoga berhasil ya."
"Ok! Kau juga. Selamat bekerja dan hati-hati di jalan. Baiklah, aku masuk dulu ya." setelah mengatakan kalimat itu, Stevania pun melangkah melewati pintu gerbang dan memasuki halaman Panti Asuhan. Aldrian melihat Stevania masuk, hingga Gadis itu menghilang di balik pintu utama bangunan Panti. Setelah itu, ia pun menjalankan mobilnya dan pergi dari tempat itu. Stevania merasa gugup. Gadis itu akhirnya merasakan perasaan itu setelah dari tadi pagi ia terus bersemangat.
Saat memasuki bangunan utama Panti Asuhan, kegugupan mulai menyerangnya. Ia sudah menghafal apa yang harus dilakukannya hari ini, saat kemarin Wilda menjelaskan semua padanya. Karena itulah, Stevania berusaha untuk tenang. Dengan langkah pasti, dan berusaha meredam semua kegugupannya, Stevania berjalan ke arah ruang makan. Ruang makan berada di lantai pertama, pada bangunan yang menghadap bangunan utama. Saat memasuki ruang makan, semua anak-anak sudah duduk manis di kursi mereka masing-masing.
Setiap Hall menempati tempat mereka masing-masing, yang hanya dibatasi dengan sekat kaca transparan setinggi pinggang orang dewasa. Hal itu berfungsi, agar anak-anak tidak saling membuat keributan. Didalam ruang makan, Stevania di sambut dengan senyum cerah dari Gwen. Wanita paruh baya itu mengantarnya ke bagian Hall Edelweiss. Seperti yang dikatakan oleh Gwen, dan Wilda, apa yang dilihat Stevania saat ini memang sesuai dengan yang dikatakan oleh kedua orang itu. Anak-anak dari Hall Edelweiss memang pembuat onar.
Didalam ruang makan sebesar itu, hanya suara dari anak-anak Hall Edelweisslah yang paling jelas terdengar. Entah itu bertengkar dengan temannya karena berebut makanan, entah itu memprotes karena tidak suka dengan makanannya yang ada dalam piringnya, entah itu menjahili temannya dan masih banyak lagi kenakalan lainnya. Saat Gwen dan Stevania sampai dihadapan anak-anak tersebut, mereka langsung terdiam.
Bukan karena apa, tapi karena mereka sangat takut pada Gwen. Wanita paruh baya itu sangat di disiplin pada mereka semua. Akan terjadi perbedaan, jika yang datang ke tempat itu adalah Melati. Mereka semua akan menjadi anak baik di hadapan wanita itu. Aura keibuan yang terpancar dari hatilah yang membuat mereka semua merasa senang, jika wanita paruh baya itu berada di antara mereka.
"Selamat pagi anak-anak..? sapa Gwen sambil tersenyum pada anak-anak itu.
"Selamat pagi juga Madam," jawab anak-anak itu kompak, tapi terselip rasa takut di dalamnya.
"Oh lihatlah, kalian kompak sekali. Mari kita mulai anak-anak. Semuanya, perkenalkan wanita yang ada di sampingku ini namanya Stevania. Dia akan menjadi Sister kalian," ujar Gwen pada anak-anak itu. Sister adalah orang yang bertanggung jawab untuk menjaga anak-anak di hall-nya.
"Oh ya, ada satu hal lagi. Kalian semua harus tahu tentang ini. Sister baru kalian ini, Dia calon seorang dokter. Kalian tahu kan, seperti apa seorang dokter itu? Apalagi, dia itu calon Dokter anak," jelas Gwen antusias. Stevania ia ingin membantah. Tapi, saat melihat anak-anak begitu ketakutan mendengar apa yang dikatakan oleh Gwen. Stevania jadi mengerti, kalau anak-anak itu takut dokter. Karena itulah, meskipun Ia baru di tempat itu, dia langsung ditugaskan untuk menghandle anak-anak yang ada di Hall Edelweiss.
Memang benar apa yang dikatakan orang. Dokter adalah momok menakutkan yang cukup besar bagi anak kecil. Karena Itulah, Stevania ingin menjadi dokter anak yang disukai oleh anak-anak. Untuk saat ini, Stevania ingin berdekatan dengan anak-anak, agar sedikit demi sedikit, bisa mengubah cara pandang anak-anak itu tentang seorang dokter.
"Selamat pagi adik-adik, namaku Stevania Colins. Kalian bisa memanggilku Sister Stevania. Seperti yang dikatakan oleh Madam Gwen, aku seorang calon Dokter. Aku akan mulai kuliah di bidang itu setelah tahun ajaran baru yang akan datang. Sekarang, apakah kalian ingin bertanya sesuatu padaku?" tanya Stevania diakhir perkenalannya. "Sister... Apa Sister bisa menyuntik...?" tanya seorang anak laki-laki dengan wajah polosnya.
"Untuk saat ini aku belum bisa. Tapi, aku akan belajar. Agar suatu saat nanti, jika kalian sakit, Sister bisa sekalian."
"Saat ini aku tidak sedang sakit. Jadi, aku rasa Aku tidak perlu disuntik," ucap anak kecil itu senang.
"Oh ya... Siapa namamu Adik kecil...?" tanya Stevania pada anak kecil itu.
"Namaku Fredo," jawab anak kecil yang bernama Fredo itu.
"Tapi Fredo, kau tidak memakan wortel yang ada di atas piringmu. Itu bisa membuatmu sakit," kata Stevania.
"Aku tidak menyukai wortel," balas Fredo.
"Tapi wortel itu sangat baik untuk kesehatan mata. Apa kau mau matamu nanti tidak bisa melihat lagi?"
"Tentu saja tidak. Mataku baik-baik saja," elak Fredo.
"Benarkah matamu akan baik-baik saja?" pancing Stevania.
"Tentu saja. Karena aku tidak memakai kacamata seperti Jarend." tunjuk Fredo pada seorang anak kecil yang memakai kacamata.
"Tapi aku tidak setuju denganmu Fredo. meskipun matamu Tidak berkacamata seperti Jarend, tapi kebiasaanmu yang selalu berada di depan komputer, lama-lama bisa membuat matamu sakit," sela Wilda.
"Lihat, sekarang kita tahu apa masalahnya. kau tidak mau makan wortel dan kau suka sekali berlama-lama di depan komputer. Semua itu tidak baik untuk kesehatan matamu. Nanti, kalau kau sakit, kau pasti akan disuntik oleh dokter. Tapi, jika kau mau, kakak bisa membatumu." Anak kecil yang bernama Fredo itu menatap ngeri ke arah Stevania.
"Tidak! Aku tidak mau mataku sakit. Aku akan memakannya," ujar Fredo buru-buru.
"Tidak perlu, jika kau tidak menyukainya."
"Tapi aku tidak mau mataku jadi rusak," ujar Fredo takut.
"Untuk hal itu aku punya solusi. Apa kau pernah makan carrot cake?"
"Maksud Sister, kue yang terbuat dari wortel?"
"Tepat sekali Fredo. Kue itu sangat lezat. Kau bisa memakan wortel, tanpa harus merasa mual saat memakan kue itu. Kalau kau mau, aku juga punya resep lain, yang dibuat oleh sahabat terbaikku untuk memudahkan seseorang yang tidak menyukai wortel, akhirnya menyukai wortel dan memakannya. Untuk saat ini, kau tidak perlu memakan wortel itu, jika itu membuatmu muntah. Karena sama saja. Malah bisa membuatmu lemas, karena semua makanan di perutmu juga ikut keluar saat kau muntah," jelas Stevania panjang lebar.
"Baik Sister. Mulai sekarang, aku akan makan wortel."
Gwen yang melihat apa yang dilakukan oleh Stevania, berdecak kagum pada gadis itu.
"Astaga Stevania, aku benar-benar salut padamu. Sudah lama kami memaksa Fredo untuk makan wortel. Namun, ia sama sekali tidak mau. Tapi, saat kau membujuknya dia langsung mau begitu saja. Dan itu berarti, aku tidak salah menempatkanmu di Hall Edelweiss."
"Itu benar sekali Madam. Aku rasa, hari tenangku, juga akan dimulai dari hari ini," ucap Wilda penuh syukur.
"Baiklah Wilda, Stevania. Selamat bekerja. Aku permisi."
Gwen pun pergi dari tempat itu. Setelah kepergian Gwen, Stevania kembali menatap satu persatu anak-anak yang ada di tempat itu.
"Sister... Bagaimana denganku. Aku tidak suka makan brokoli. Jadi, apakah ada kue yang terbuat dari brokoli," ujar seorang anak kecil dengan penuh harap menatap ke arah Stevania. Semua anak yang ada di situ, langsung tertawa.
"Antonio, kau itu lucu sekali. Mana ada brokoli bisa dijadikan kue?" celetuk anak kecil yang duduk di samping Jarend.
"Hei adik-adik, kalian jangan menertawakan Antonio. Sepertinya, kalian memang tidak tau, kalau brokoli juga bisa dibuat jadi kue. Sahabatku, yang sangat suka memasak, banyak sekali menciptakan resep-resep kue dengan bahan dasar brokoli. Ada cokise, ada brownis dan masih banyak lagi. Aku adalah orang yang diminta untuk mencicipi kue buatannya itu. Awalnya percobaan, rasanya sedikit aneh. Tapi kalian tahu, lama-kelamaan rasanya luar biasa. Jadi, jangan menertawakan Antonio lagi ya..."
"Iya Sister," jawab anak-anak itu kompak.
"Dan untukmu Antonio sayang, sister akan meminta koki untuk membuatkan kue brokoli khusus untuknu. Apa kau mau?"
"Terima kasih sister. Akhirnya aku bisa makan brokoli juga."
"Sister, bagaimana denganku. Aku tidak suka makan bayam," lapor seorang anak kecil dengan wajah polosnya. Stevania terkekeh geli.
"Oh Astaga... Aku rasa, kebanyakan dari kalian tidak menyukai jenis makanan tertentu. Tapi tidak masalah. Saat ini, kalian selesaikan sarapan kalian dulu. Jika tidak, kalian akan terlambat ke sekolah."
"Tapi bagaimana dengan--" anak kecil tadi ingin protesnya, tapi dengan cepat, Stevania memotong perkataannya.
"Bagaimana kalau, setelah kalian pulang sekolah nanti, kalian catat semua makanan yang tidak kalian sukai. Setelah itu, berikan pada Sister. Nanti Sister akan cari solusi untuk mengatasi masalah kalian. Bagaimana?"
"Kami mengerti Sister."
"Anak pintar. Bagaimana kalau mulai besok kalian semua berlomba untuk menghabiskan makanan. Tapi ingat, jangan terburu-buru menghabiskan makanannya. Sister akan mencatat siapa saja yang menghabiskan makanannya. Akhir bulan nanti, saat Sister mendapat gaji Sister yang pertama, Sister akan sister traktir apapun yang kalian inginkan. Bagaimana kalian setuju?"
"Kami setuju Sister."
"Sister apa aku kalah. Aku tidak menghabiskan wortelnya," tany Fredo takut.
"Fredo sayang, kau tidak kalah karena lombanya dimulai besok, bukan hari ini."
"Yes. Aku pasti menang. Mulai besok, aku tidak akan membuang makanan lagi."
"Oke! Good Boy."
Semua anak-anak keluar dari ruang makan, setelah menyelesaikan sarapan mereka. Wilda menuntun mereka kembali ke kamar mereka masing-masing untuk mengambil tas mereka. Sedangkan Stevania ikut dari belakang. Tapi, saat ia hendak pergi gadis itu melihat seorang anak perempuan yang duduk di pojokan. Gadis kecil itu menatapnya dengan tatapan marah dan kesal.
"Namanya Selena. Dia anak yang paling bandel diantara Anak-anak pembuatan onar lainnya. Dia juga sering mengajak teman-temannya untuk berbuat onar. Satu-satunya orang yang bisa mengendalikannya hanyalah Bunda Melati saja. Karena Bunda Melatilah yang membawa dia dari tempat tinggal ibunya yang seorang pelacur," jelas seorang wanita yang melewati tempat Stevania berdiri.
"Apakah hidupnya sebelum ini menyedihkan?"
"Entahlah aku sendiri juga tidak tahu. Tapi jika kau ingin tahu kebenarannya, kau bisa bertanya pada Bunda Melati. Dia pasti akan menjelaskan apa yang harus kau lakukan pada gadis kecil itu."
"Baiklah, terima kasih atas sarannya.l
"Sama-sama. Oh ya, namaku Parwati."
"Oh, salam kenal Parwati. Namaku Stevania. Dari wajahmu aku tebak, kau orang Asia. Apa kau dari Indonesia?"
"Bukan. Aku orang India. Sebelumnya aku juga salah satu penghuni panti. Tapi Panti yang ada di India. Panti yang ada di India, merupakan cabang dari Panti ini. Selain India, panti ini juga memiliki cabang di berbagai negara. Setelah aku selesai kuliah, aku memutuskan untuk mengabdikan diriku pada panti asuhan dan aku memutuskan untuk ke sini, karena aku menyukai Paris."
"Wow itu luar biasa. Apa kau juga berencana menikah dengan pria Prancis?"
"Jika berjodoh, kenapa tidak."
"Keputusan yang bagus sobat. Baiklah Parwati, aku rasa aku harus menemui gadis kecil itu dulu."
"Ok! Semoga berhasil."
Stevania langsung berlalu dari tempat itu, berjalan menuju gadis kecil yang duduk di pojok.
"Hai..." sapa Stevania sambil tersenyum kecil pada gadis kecil itu. Gadis kecil itu hanya menatapnya dengan tatapan tajam yang tidak berkurang sedikit sejak beberapa saat lalu.
"Kau tidak ke sekolah? Teman-temanmu sudah berangkat, tapi kau masih disini," ukar Stevania pada gadis kecil itu.
"Apa pedulimu. Kau itu sama saja dengan para Siter lainnya. Satu minggu lagi, aku rasa kau juga akan pergi dari Hall Edelweiss."
"Kau percaya diri sekali nona kecil. Aku tidak selemah itu, sehingga aku akan keluar dari tempat ini hanya karensa2. Bagaimana kalau kita taruhan Aku memberikanmu waktu 1 minggu. Jika satu minggu kedepan aku tidak menyerah dan mengundurkan diri dari tempat ini, maka kamu harus berubah menjadi anak baik."
"Kau menantangku?"
"Iya... Jika kau suka tantanganku ini maka aku menatangmu?"
"Baik aku terima tantanganmu."
"Good girl. Ayo kita keluar. Teman-temanmu pasti sudah berkumpul."
Stevania dan gadis kecil bernama Selena itu keluar dari ruang makan, dan kembali ke Hall Edelweiss untuk mengambil tas milik Selena. Kemudian, mereka pergi ke tempat parkiran, dimana bus-bus sedang menunggu untuk mengantar anak-anak itu ke sekolah. Saat Selena hendak menaiki bus itu, Stevania menghetikan langkahnya.
"Selena tunggu." panggil Stevania pada Selena. Gadis kecil itu menghentikan langkahnya kemudian berbalik menghadap Stevania.
"Ada apa lagi," ketus Selena kesal.
Stevania tidak peduli dengan kata ketus yang dikeluarkan oleh Selena. Ia menghampiri gadis kecil itu dan berkata.
"Selena, apapun yang kau lakukan, ingat satu hal ini, aku tidak akan membencimu. Hati-hati di sekolah ya," ujar Stevania kemudian bergerak mengecup pipi gadis kecil itu. Selena menatap tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh stevanie padanya. Untuk sejenak ia seperti orang linglung dan dalam keadaan masih linglung itulah, Stevania mendorong Selena untuk masuk ke Bus.
"Kenapa kau mencium Selena?" tanya Wilda setelah bus yang mengantar anak-anak ke sekolah itu menjauh.
Gadis kecil itu membuat kenakalan-kenakalan itu karena ia hanya ingin diperhatikan.
"Tapi selama ini aku selalu memperhatikannya.
"Memang seperti itu. Tapi perhatian yang kau berikan adalah perhatian yang umum dilakukan di panti ini. Tadi aku dengar dari Parwati, gadis kecil itu memiliki masa lalu yang tidak baik. Ibunya seorang pelacur. Aku rasa ibunya tidak pernah memperhatikan dan memberikan kasih sayang layaknya seorang ibu. Saat Aunty Melati membawanya ke panti ini, ia mendapatkan kasih sayang yang besar dari Aunty. Tapi itu juga tidak berlangsung lama, karena Aunty sering berpergian ke luar negeri. Di saat itulah ia kembali merasa kehilangan dan ia mulai mencari perhatian dengan melakukan kenakalan. Tapi, semua yang ia lakukan itu, tidak membuat kalian memperhatikan dan hal itu kemudian menjadi kebiasaannya. Jika kita ingin menjadikan dia sebagai gadis yang penurut dan baik hati, kita harus bisa memberi dia kasih sayang, seperti yang ia inginkan," jelas Stevania panjang lebar.
"Mendengar penjelasan mau itu, aku rasa kau benar Stevania. Mungkin karena aku sendiri jadi aku kurang memperhatikan dia.l
"Dan satu hal lagi. Selama satu minggu kedepan, gadis kecil itu akan banyak melakukan kenakalan. Tapi kau jangan memarahinya. Dia melakukan itu, karena itu adalah tantangan dariku. Aku menantangnya, jika satu minggu kedepan aku tidak mengundurkan diri dari Hall ini, dia akan menjadi gadis penurut."
"Baiklah aku mengerti."
"Sekarang ayo kita kembali. Kita punya banyak pekerjaan harus kita selesaikan."
"Iya kau benar." Stevania dan Wilda pun kembali ke Hall Edelweiss. Saat sampai di Hall, Stevania dan Wilda mulai melakukan pekerjaan mereka. Merapikan kamar, membereskan mainan-mainan yang berserakan. Menyapu, mengepel dan pekerjaan lainnya. Selesai bekerja, Stevania memutuskan untuk membaca buku-buku kedokteran yang Ia bawah dari perpustakaan Mansion keluarga Richard.
Beep... Beep...
Bunyi notifikasi dari ponsel milik Stevania mengalihkan gadis itu dari buku kedokteran yang saat ini sedang ia baca. Stevania membuka ponselnya, dan menemukan kalau itu adalah pesan WA dari Aldrian.
Apa kau sedang sibuk.
Setelah membaca pesan itu, Stevania pun membalasnya.
Tidak. Saat ini aku sedang baca buku Kedokteran.
Boleh aku menelponmu...?
Satu pesan masuk lagi.
Tentu saja! Balas Stevania.
Dalam hitungan detik, ponsel Stevania kembali barbunyi dan kali ini, telfon dari Aldrian.
TBC
Jangan Lupa Vote & Comment ya...
Thank's For Reading...
See U The Next...
20 September 2018
Stevania Colins;
Aldrian Richard;
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro