[OY] Bab 1(a). The Helper
26 Juli 2018...
Dia datang seperti seorang Kesatria, dan menjadi penolongku. Aku merasa sangat sangat senang karena ada orang yang mau menolongku.
Stevania....
Hai....
Akhirnya Kita bertemu di Bab pertama....
Aku harap kalian menyukanya.
Happy Reading & Sorry For Typo....
Stevania... Gadis desa dengan cita-cita tinggi. Karena menyukai anak-anak, ia bercita-cita ingin menjadi seorang Dokter Anak. Hidup di desa yang terletak di pegunungan membuat orang-orang di desanya menertawakan Cita-citanya itu. Meskipun begitu, ia tidak pernah putus asa. Ia sudah mengikut ujian untuk mendapatkan beasiswa dari sebuah perusahaan ternama, dengan bantuan dari salah seorang gurunya yang selalu mensuportnya untuk meraih Cita-citanya itu.
Beberapa hari yang lalu, ia sudah pergi ke kota untuk mengikuti ujian beasiswa itu. Dan hari ini adalah hari, dimana ia melihat pengumuman kelulus dari sekolahnya. Pagi-pagi sekalih ia sudah bangun. Ia menyiapkan sarapan pagi untuknya dan juga untuk ayahnya. Setelah sarapan pagi bersama Ayahnya, Stevania pun bersiap-siap untuk pergi ke sekolah, sedangkan ayahnya langsung pergi ke kota. Ayahnya bekerja menjadi supir untuk mengantar sayur-sayuran yang dihasilkan dari perkebunan yang ada di Desa mereka untuk dijual di kota.
Selesai sarapan, Stevania bersiap-siap. Ia pun keluar dari rumahnya dan pada saat yang bersamaan, Erika sahabatnya sudah berdiri di depan rumahnya, dengan sebuah motor terparkir di sampingnya.
"Pagi Erika," sapa Stevania sambil tersenyum hangat kearah sahabatnya itu.
"Hei Nona Dokter... Apa kabarmu hari ini?"
"Ayolah Erika, aku belum menjadi dokter. Aku baru beberapa hari yang lalu mengikuti tes beasiswa dan belum ada pengumuman sedikitpun. Aku jadi pesimis, bagaimana kalau aku tidak mendapatkan beasiswa itu?"
"Jangan merasa pesimis seperti itu. Kau adalah sahabatku dan aku tahu Seperti apa dirimu. Kau bukan gadis yang mudah menyerah. Kau itu juga sangat pintar. Jadi, tidak Mungkin kau tidak lolos dalam ujian beasiswa itu."
"Dan kau sendiri, bagaimana dengan tes beasiswa sekolah memasakmu?"
"Entahlah, aku juga tidak tahu. Banyak sekali pesaingnya dan aku harap aku bisa lolos," kali ini giliran Erika yang pesimis.
"Kau itu memiliki tangan yang ajaib untuk menciptakan berbagai menu masakan yang sangat lezat. Kau pasti akan mendapatkan beasiswa itu.Dengan begitu, kita akan sama-sama ke kota."
"Ya Aku harap juga seperti itu. Ayo! Aku rasa, kita akan terlambat jika terus berbicara seperti ini."
"Baiklah terserah kau saja. Ayo kita pergi," tutup Stevania.
Erika dan Stevania pun pergi dari rumah Stevania. Mereka menaiki motor milik Erika, mengikuti jalanan pedesaan yang sedikit berbatuan dan berkelok-kelok itu. Beberapa menit kemudian, mereka akhirnya sampai di sekolah. Beberapa murid teman sekolah mereka, sudah berkumpul di depan papan pengumuman, untuk melihat apakah nama mereka masuk dalam daftar orang yang lulus atau tidak.
Erika yang begitu antusias menarik tangan Stevania dan berjalan menyeruk kerumunan banyak siswa itu, hingga mereka akhirnya tiba tepat di depan papan pengumuman. Mereka pun mulai mencari nama mereka di papan pengumuman itu. Dan Stevania melihat namanya berada di urutan pertama di papan pengumuman. Tentu saja. Dia adalah murid yang paling pintar di sekolahnya. Karena itulah, namanya berada paling atas di dalam daftar pengumuman kelulusan.
"Nona Dokter, namamu di urutan pertama sesuai dengan prediksiku, kau pasti menjadi lulusan terbaik tahun ini," ucap Erika dengan antusias, sambil menunjuk ke arah nama Stevania. Setelah itu ia pun mulai mencari namanya sendiri dan namanya berada di urutan ke,
"Lihat... Aku berada di urutan keenam," ucap Erika senang.
"Astaga... itu berarti kita lulus," teriaknya lagi. Selanjutnya, dengan perasaan bahagia, Erika kemudian menarik tangan Stevania, lalu keluar dari kerumunan itu. Setelah mereka sampai di luar lingkaran siswa-siswa yang yang berkerumun itu, Erika langsung melompat-lompat bahagia.
Saat ini, Erica dan Stevania sudah berada di pasar di desa. Erika mengajak Stevania untuk berbelanja keperluan dapur, karena untuk merayakan kelulusan mereka, Erika ingin memasak sesuatu yang spesial untuk mereka. Mereka sedang berbelanja bumbu-bumbu dapur, saat ponsel milik Stevania berbunyi. Gadis itu langsung mengangkat telepon itu di dering ketiga.
"Hallo... apa ini dengan keluarganya Mr. Adam Collins," tanya penelpon itu. Stevania melihat lagi nomor telepon yang tertera di layar, karena setahunya, saat mengangkat telepon tadi, nama yang tertera di layar adalah nama kontak panggilan Ayahnya. Tapi yang menyapanya dari sebrang telepon adalah orang lain. Artinya, Stevania langsung was-was.
"Iya benar aku putrinya. Maaf apa ada sesuatu yang terjadi dengan ayahku?"
"Aku harus minta maaf Nona... Saat ini ayah anda berada di rumah sakit. Ia mengalami kecelakaan," ucap Orang yang berada di seberang telepon.
"Apa?!"
Stevania mendengar berita itu langsung kaget. Tangannya langsung gemetaran dan tanpa sadar ia menjatuhkan ponsel yang ia pegang. Pikirannya langsung kosong. Melihat gelagat dari sahabatnya itu, Erika langsung mengambil ponsel Stevania yang jatuh ke tanah itu. Untunglah handphonenya yang jatuh itu tidak hancur, Jadi ia masih bisa mendengar orang berbicara dari sebrang telfon. Setelah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, Erika langsung menutup teleponnya. Ia juga merasa takut, jika terjadi sesuatu pada Ayah Stevania.
Dengan mengantongi alamat rumah sakit di mana Ayah Stevania dirawat, Gadis itu langsung menarik tangan Stevania, yang masih belum sadar dari kekagetannya. Saat Stevania tersadar, ia langsung menangis ketakutan. Ia sangat takut jika ia akan kehilangan ayahnya, satu-satunya keluarga yang ia miliki. Tubuhnya begitu lemah, karena itu ia mengikut saja, kemanapun Erika menariknya pergi.
Mengabaikan semua pertanyaan yang dilontarkan oleh orang-orang yang ada disekitar mereka, Erika terus menari Stevania hingga mereka sampai di motor milik gadis itu. Perjalanan dari desa ke kota memakan waktu sekitar 1 jam dan selama itu pula Stevania merasa ketakutan. Ia terus berdoa dan berusaha untuk tetap tegar. Satu jam pun berlalu dan mereka pun sampai di rumah sakit tempat ayah Stevania dirawat.
Sudah 1 jam berlalu sejak telepon itu diterima oleh Stevania, Tapi saat mereka sampai di rumah sakit itu, dokter belum juga keluar dari ruang Operasi. Apalagi saat ini Stevania melihat, ada 2 dokter lagi, masuk ke dalam ruang operasi. Hal itu membuat Stevania semakin ketakutan. Berapa menit berlalu setengah dua dokter itu masuk, pintu pun terbuka dan semua dokter langsung keluar. Total semua dokter yang keluar dari ruang operasi itu berjumlah 5 orang dan mereka semua menampakan wajah kesedihan dan penuh penyesalan. Melihat para dokter itu keluar dari ruang operasi Stevani langsung berlari mendekati mereka.
"Dokter Bagaimana keadaan Ayah saya Dok...?l
"Maafkan kami semua... Kami hanya manusia biasa. Kami tidak punya kekuatan untuk mencegah sesuatu yang buruk terjadi. Maaf, kami tidak bisa menyelamatkan ayah anda. Ia sudah meninggal," ucap Dokter itu penuh penyesalan. Seketika itu juga, dunia Stevania seakan hancur. Baru tadi pagi, Ia masih bersama Ayahnya. Tapi sekarang, ia sudah kehilangannya.
Stevania menatap kosong ke arah makam yang masih baru itu. Iya, baru 7 hari jasad ayahnya dimakamkan di tempat itu. Satu-satunya keluarga yang ia punya, satu-satunya orang yang sangat dicintai. Tapi sekarang, dia sendirian, Sebatang Kara di desa terpencil ini. Sekarang ia tidak tahu, apa yang harus ia lakukan. Selama ini para pemuda Desa tidak berani mengganggunya, karena mereka takut pada Ayahnya. Tapi sekarang Ayahnya sudah tidak ada lagi dan para pemuda Desa, pasti akan terus mengganggunya.
Stevania tidak bisa terus saja menangis, ia mengingat kata-kata yang pernah diucapkan oleh ayahnya. Ayahnya selalu memintanya untuk tidak menangis, jika ia menghadapi masalah. Karena menangis, itu hanya membuang-buang energi dan air mata saja. Dia harus tegar menjalani hidupnya sendiri, mengatasi masalah dan berpegang teguh pada kebenaran. Hanya itu yang perlu ia lakukan dan sekarang Stevania coba lakukan. Gadis itu menghapus air matanya, kemudian menatap makam ayahnya untuk terakhir kalinya, sebelum ia beranjak kembali ke rumah. Hari mulai gelap dan awan mendung meliputi Desa itu.
Suara petir menyambar-nyambar di atas langit. Stevania merasa sedikit kedinginan. Ia merapatkan sweater rajut berwarna biru, yang ia rajut sendiri. Jarak dari makam ke desanya sedikit jauh, tapi untunglah ia melalui jalan raya sehingga ia tidak perlu takut bertemu dengan orang-orang jahat. Beberapa saat ia berjalan, hujan mulai turun. Stevania melihat sekitarnya hari semakin gelap. Ia lalu berlari kecil untuk menghindari hujan itu. Namun saat Ia berlari, tangannya dicekal oleh seseorang dari belakang.
Stevania menoleh kebelakang, menemukan sesosok pria berdiri di belakangnya. Malam mulai gelap sehingga tidak mengenali siapa yang memegang tangannya. Meskipun begitu, Stevania merasa tidak tidak asing dengan sosok itu. Saat kiatan petir menyambar dilangit, dan cahayanya membias, saat itu juga Stevania melihat dengan jelas, kalau pria yang sedang memegang tangannya adalah Leonardo .
Rasa takut langsung menelusup ke dalam diri stevania.
Leonardo adalah pemuda yang sering mengganggu dan melecehkan Stevania. Selama ini masih dalam batas yang cukup ditoleransi karena pria takut pada ayah Stevania. Tapi sekarang, ayahnya sudah meninggal. Pria itu pasti ingin melakukan hal jahat padanya. Sekarang stevania melihat, bukan hanya pria itu saja yang ada di situ. Tapi dua orang temannya juga ikut hadir di tempat itu. Ketiga pria itu menyeringai jahat ke arah Stevania. Stevania gemetar ketakutan.
"Hai Stevania... Akhirnya kita bertemu lagi. Seperti yang aku pernah katakan padamu, aku sudah lama menyukaimu. Tapi kau wanita yang keras kepala dan sok jual mahal. Aku adalah pria tertampan di desa ini. Hanya dengan sekali jentikkan tangan, para wanita berbondong-bondong ke arahku. Tapi untuk mendapatkanmu, itu sangat susah. Karena kau selalu memiliki seorang pelindung di belakangmu dan sekarang Pelindungmu itu sudah meninggal. Ya Ayahmu. aku sangat membencinya, karena dia, aku tidak bisa menyentuhmu. tapi sekarang aku sangat bersyukur, karena ayahmu sudah mati. Dengan begitu, tidak akan ada lagi yang bisa menyelamatkanmu dariku. Malam ini adalah saat, di mana kau akan menjadi milikku selamanya." Leonardo Tertawa jahat, diiringi oleh tawa kedua temannya.
Stevenia merasa sangat ketakutan. Ia langsung berteriak minta tolong, Tapi tentu saja tidak ada yang mendengar teriakan minta tolongnya di tengah hujan yang lebat dan petir yang terus saja menyambar di langit. Tidak akan ada orang yang melewati jalanan sepi itu.
"Tolong... Tolong..." Teriak Stevania Kencang. Tapi teriakannya itu tidak membuahkan hasil apapun. Malah ia ditertawakan oleh Leonardo dan kedua temannya itu.
"Berteriaklah sekencang-kencangnya Stevania, karena suara teriakan mu tidak akan pernah terdengar oleh siapapun. Di malam dengan hujan yang lebat dan petir yang terus menyambar, apakah ada orang yang keluar dari rumahnya. Ini hanya desa kecil dan tidak akan ada orang yang menolongmu." Stevania semakin ketakutan. Air matanya mulai menetes di pipinya.
Dengan sekali sentakan, Leonardo menyeretnya kembali ke jalan yang ia lalui tadi. Stevania terus meronta tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa karena pria itu memegang tangannya erat dan terus saja menyeretnya memasuki area pemakaman.
"Tolong... Tolong aku. Siapapun orangnya, tolong aku," ucapan Stevania berteriak sekencang-kencangnya. Tapi sekencang apapun ia berteriak, suaranya tertelan oleh lebatnya hujan dan suara petir yang terus menyambar di langit.
Tubuh Stevania gemetaran. Rasa takut itu menjadi-jadi. Apalagi saat Leonardo dengan kasarnya mendorong tubuhnya ke arah makam ayahnya.
"Lihat itu putrimu Mr. Collins. Hari ini, di hadapanmu aku akan menyetubuhi putrimu. Selama ini aku sudah berusaha menahan diri, karena kau selalu menjadi penghalang terbesarku. Tapi sekarang kau sudah tidak ada lagi. Kau hanyalah raga tanpa nyawa, yang terbaring di dalam tanah itu. Dari alam neraka sana, kau akan melihat bagaimana aku melakukan hal itu pada putri tercintamu itu," ucap Leonardo dengan seringnya jahatnya.
Saat stevania hendak bangun, Leonardo langsung menangkapnya di tanah. Stevania tidak tinggal diam. Gadis itu menggapai mengambil sejumput tanah dari kuburan ayahnya, dan melemparkannya ke wajah pria yang Tengah merangkap tubuhnya itu. Berhasil. Tanah itu masuk kedalam mata Leonardo dan membuatnya mengerang kesakitan.
"Akhh... Siallll...!!!" Belum sempat Leonardo bereaksi, Stevania dengan sekuat tenaganya mendorong pria itu hingga terjungkal ke belakang.
Stevania mengambil tanah yang ada di makam ayahnya dan langsung ia lemparkan ke arah 2 pria teman Leonardo. Kedua pria itu berteriak kesakitan. Stevania mengambil kesempatan itu untuk melarikan diri Tapi dengan cepat, Leonardo penyusulnya. Pria itu kembali mencekal tangannya dan menyeretnya kembali ke makam ayahnya.
"Dasar brengsek...!!! Pergi Kau Ke neraka!"
Plak...!!!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Stevania dan membuat gadis itu meringis kesakitan.
"Dasar gadis sialan...!" umpat Leonardo setelah menangkap Stevania. Stevania and memegang pipinya karena tamparan keras dari Leonardo.
"ikat kedua tangan wanita itu ke pohon, lalu kalian berdua pegang kedua kalinya. Jangan menutup mulutnya, karena aku ingin mendengar desahannya saat aku memasukinya. Aku akan menikmatinya dulu, setelah itu baru kalian boleh menikmatinya." setelah mendengar itu, ke dua sahabat Leonardo langsung menyeret Stevania ke pohon yang ada di dekat makam ayahnya.
Seorang pria berumur sekitar 20 tahun sedang mengendarai mobil sport mewah miliknya,
melintasi jalanan desa. Pria itu baru pulang dari pendakian gunung, karena ia memiliki Hobby mendaki gunung. Tangan sibuk menyetir, sambil terus berkomunikasi dengan ibunya, yang memintanya untuk segera pulang, karena sudah seminggu ia pergi untuk melakukan hobinya itu, dan ia pergi sendiri tanpa ditemani saudara-saudaranya. Hal itulah, yang membuat ibunya khawatir dan memaksanya cepat pulang.
Setelah berhasil meyakinkan ibunya kalau ia sudah dalam perjalanan, telepon pun dimatikan. Pria itu menatap keluar jendela mobil, memperhatikan hujan yang cukup deras dan suara petir yang saling bersahutan di langit. Karena terlalu fokus menatap ke langit, ia tidak memperhatikan jalannya. Saat melewati sebuah area pemakaman matanya melihat jelas seorang pria paruh baya melintasi Jalan tepat di depan mobilnya. Ia berusaha untuk menghentikan mobilnya untuk menghindari tembakan itu. Tapi tabrakan itu tidak terelakkan.
Brukh...
Pria itu dengan terburu-buru keluar dari mobilnya, untuk memeriksa keadaan orang yang ditabraknya itu. Tapi ia begitu terkejut, saat ia tidak melihat siapapun tergeletak di aspal depan mobilnya. Disaat yang bersamaan, ia mendengar sebuah suara wanita yang berteriak meminta tolong dari area pemakaman. Pikirannya langsung bergerak cepat. Sebelumnya, ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, kalau dirinya menabrak seorang pria paruh baya.
Tapi beberapa saat kemudian, ia mendengar suara teriakan minta tolong. Ia sama sekali tidak berpikir kalau itu adalah hantu. Tapi itu adalah suara seorang wanita yang sedang membutuhkan pertolongan. Dengan cepat, pria itu berlari ke area pemakaman dan betapa terkejutnya ia, saat melihat apa yang ada dihadapanya itu. Seorang wanita yang diikat tangannya ke pohon dan kedua kakinya dipegang oleh dua orang pria. Sedangkan seorang pria lagi, tengah berusaha melecehkan wanita itu. Penutup tubuh bagian atas sudah tidak ada lagi sedangkan sang pria, hanya mengenakan Boxer saja.
Meskipun keadaan malam yang gelap, tapi kilatan petir di langit membuat dia bisa melihat apa yang sedang terjadi di hadapannya itu. Tanpa membuang waktu lagi, pria itu lari ke arah Ketiga orang itu dan menendang pria yang sedang melecehkan gadis itu. Pria yang melecehkan gadis itu langsung jatuh tersungkur dengan wajah menghadap ke tanah.
"Brengsek...!!! Siapa yang berani menendangku," umpat pria itu kasar. Melihat hal itu, kedua pria yang sedang memegang kedua kaki wanita itu langsung melepaskan kaki yang mereka pegang dan berusaha untuk menghajar pria yang baru datang itu. Tapi mereka bukanlah tandingan pria itu, karena mereka juga berakhir sama dengan pria yang ditendangnya tadi.
"Hey Dude, Siapa kau? Kenapa kau mengacungkan kegiatanku, hah?!" geram Pria yang di tendangnya itu marah.
"Sudalah Leonardo. Pria ini sudah berani menendamu dan mengganggu kegiatan kita. Ayo kita hajar dia," ucap teman Leonardo.
"Tidak! Aku harus tau dulu sia pria ini," tolak Leonardo.
"Kau tidak perlu mengetahui siapa aku. Tapi aku tidak akan pernah membiarkan kalia melakukan hal jahat itu pada wanita itu."
"Apa kau mengenal wanita itu, sehingga kau membelanya?"
"Aku tidak perlu mengenal wanita itu hanya untuk membelanya. Dimana ketidakadilan itu berada, aku pasti akan ada disana."
"Wow...!!! Jadi kau berusaha untuk menjadi Pahlawan Kesiangan? Begitu? Stevania, lihat, pria ini ingin menjadi pahlawan kesianganmu," ucap Leonardo pada gadis yang dipanggil Stevania itu. Stevania menatap ke arah pria yang baru datang itu dengan tatapan penuh permohonan. Iya tidak bisa lagi berbicara karena sedari tadi, Ia terus berteriak dan hal itulah yang membuat ia kehilangan suaranya.
Melihat kondisi wanita yang terikat itu, pria itu langsung bukan jacket yang ia kenangan lalu melemparkannya ke atas tubuh Stevania untuk menutupi tubuh bagian atasnya yang terekspos. Melihat apa yang dilakukan oleh pria itu pada Stevania, Leonardo merasa marah. Pria itu langsung menerjang ke arah pria penolong Stevania. Tapi pria itu menguasai beberapa jenis ilmu beladiri, sehingga ketiga pria itu tidak ada apa-apanya di matanya. Hanya beberapa pukulan dan tendangan saja, ketiga pria itu sudah jatuh tersungkur di tanah.
Pria itu beralih pada Stevania yang masih terikat di pohon. Ia langsung membuka ikatan tali itu. Karena terlalu fokus membuka ikatan talinya, ia tidak menyadari, kalau Leonardo kembali bangun. Tapi kali ini, pria itu membawa serta sebuah balok kayu di tangannya. Saat ia hendak memukul balok kayu itu ke tubuh pria penolong itu, Stevania lebih dulu menarik pria itu dan melindunginya dengan tubuhnya sendiri, sehingga balok kayu itu mengenai tengkuk Stevania. Gadis itu langsung pingsan seketika.
Melihat hal itu, pria penolong itu bangun dari posisinya dan langsung meninja Leonardo dan membuat pria itu kembali terjatuh lalu tidak sadarkan diri. Pria penolong itu langsung membopoh tubuh Stevania dan membawanya ke rumah sakit.
TBC...
Gimana part satunya.
Mau lanjut...???
Jangan Lupa Vote & Comment Ya...
Thank's For Reading...
See U The Next....
28 Agustus 2018...
Stevania Colins,
Aldrian Richard,
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro