Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

13. Shizuka's First Date

Pagi kala itu terasa biasa saja bagi orang lain yang tidak punya kegiatan apa-apa. Tapi untuk sekarang, Shizuka merasakan kalau pagi ini membuatnya hampir tak bisa tidur karena penasaran.

Hari ini adalah hari janjian untuk jalan-jalan dengan Haizaki Shougo, mantan adik kelas dari kakaknya pada saat SMP.

Rasanya mau pulang, tapi tak mungkin.

Dia juga penasaran bagaimana sebenarnya hubungan antara mereka berdua menurut Shougo. Setelah diskusi dengannya tadi malam secara diam-diam, akhirnya mereka memutuskan untuk pergi berjalan keliling kota karena ingin saling mengenal.

"Shizuka!"

Kepalanya menoleh, menangkap penampakan seseorang tak jauh dari sana. Shougo berlari kecil agak terengah-engah walau cuaca mulai cukup cerah.

Dia berhenti ketika sudah di dekat Shizuka yang menunggu di depan pusat perbelanjaan.

"Maafkan aku, tadi aku harus membantu pamanku dulu." ujar pemuda berambut kelabu yang disemir hitam tersebut, yang disambut gelengan kepala Shizuka.

"Tidak masalah, Haizaki-san. Aku juga baru sampai." Shizuka menenangkannya soal itu dan waktu keterlambatan.

Sejenak dia memperhatikan penampilan sang pemuda yang ada di depannya.

Dilihat-lihat lagi, pakaian yang dikenakan oleh Shougo terlihat cukup rapi dan tidak mencolok.

Merasa diperhatikan, Shougo menjadi canggung sambil menggaruk pipi kirinya yang tak gatal dengan jari telunjuk.

"Apa... Pakaianku aneh ya? Aku tidak terlalu tahu soal yang beginian jadi maklumilah." ucapnya sedikit sungkan.

Ya ampun, kenapa dia manis sekali kalau sedang begini!

Shizuka jadi gemas sendiri karena sifat dan sikap pria satu ini kasar tapi bisa lembut kalau sedang malu.

Shizuka menggeleng cepat. "Bukan begitu kok, aku juga tak tahu untuk soal beginian juga jadi kau tidak salah, kok. Hehehe..."

Lagipula, dia kesini juga memakai pakaian yang pantas.

Shizuka melemparkan senyuman manis. "Lagipula, kau terlihat keren kok!"

Mendengar itu, Shougo sedikit melirik ke arah lain karena semburat merah terhias di telinga. "Begitu."

Mereka mulai berjalan ke arah dalam pusat perbelanjaan agar bisa melihat apa saja yang menarik perhatian.

"Jadi, hari ini kita mau kemana?" tanya Shizuka sambil berjalan di sampingnya.

Shougo berpikir sebentar. "Uhh.. kalau bisa sih kau saja yang menentukan. Aku tidak tahu tempat yang bagus."

Shizuka ikut memutar otak pintarnya sebelum berusul, "Kalau mau kita bisa ke café yang murah. Kita akan pikirkan mau kemana habis ini."

Dia menyetujui usulan gadis itu itu dan mengikutinya.

Mereka menentukan tujuan awalnya pada sebuah café yang berada di area outdoor. Tempatnya tidak terlalu besar tapi cukup nyaman untuk berkumpul.

Shizuka secara pribadi tidak suka tempat yang terlalu ramai, tapi di café ini sepertinya nyaman dan tidak banyak orang yang datang karena masih jam setengah sepuluh pagi.

Akhirnya mereka duduk di meja kosong dengan dua kursi. Setelah pelayan datang dan mereka menentukan makanannya, Shizuka melirik jam tangan yang ia pakai.

"Masih ada waktu sih..." gumamnya pelan, tetapi terdengar jelas oleh Shougo.

"Hm? Kenapa?"

"Oh iya, Haizaki-san. Maaf karena penasaran, tapi aku langsung ke inti saja ya. Bagaimana menurutmu akan hubunganmu dan kakakku? Aku hanya minta pendapatmu saja."

Shougo yang mendengarkan pun langsung sedikit memerah dan salah tingkah sedikit berseru, "Haa?! Kenapa kau bertanya soal itu? Ada masalah??"

Sedikit disentak begitu, Shizuka tertawa kecil. "Tidak kok. Hanya saja aku penasaran, hubungan kalian seperti teman lama daripada adik kakak kelas. Aku takkan memaksamu menceritakan—"

"Memang bukan."

Shizuka terdiam sejenak, mengerjapkan mata.

Dia kira Shougo itu tipe orangnya yang kadang menyangkal kebenaran karena malu.

Minuman dan makanan datang sebelum mereka selesai bicara. Lalu mereka ditinggal dengan privasi penuh.

"Maksudnya?"

"Kami memang adik kakak di soal basket dan akademik, tapi kami punya hubungan khusus waktu dia masih di Jepang."

Dada Shizuka merasa sesak dan gemuruh mulai kencang di dalam. "Hei... Jangan bilang kalau kalian—"

"Ya, kakakmu adalah mantanku."

DEG

Dia tak percaya ini. Bagaimana bisa kakaknya berpacaran tanpa ia ketahui? Ah, dia masih kecil jadi takkan mengerti pastinya.

Shizuka tak pernah mendengar seperti ini tapi dia selalu curiga kenapa ada kilatan aneh ketika dia memandang pemuda berambut hitam di hadapannya ini.

Jadi inikah alasannya?

Haizaki Shougo adalah mantan dari Nijimura Shuuzou?

"Tapi... bagaimana bisa?"

"Ceritanya panjang. Tapi singkat saja aku diputuskan karena dia harus mengejar impiannya, aku mencoba egois tapi mulutku tak bisa kerjasama. Alhasil aku pun merelakannya pergi dan sekian tahun lamanya, kami bertemu kembali hari dimana waktu aku ke rumah kalian."

Tangannya memegang kepalanya sambil menghela napas karena menunduk sedikit depresi. "Sialan, aku benci kalau bercerita begini. Aku berusaha mencoba kuat..."

Dia mengingat kembali ketika upacara kelulusan, Shuuzou memutuskannya.

"Shizuka, aku mungkin orang brengsek dimatamu tapi aku sangat menghormati kalian, maafkan ketidakjujuranku kalau terjadi yang tidak baik selama ini. Bencilah aku sesukamu."

Gadis tersebut menatap penuh simpati pada sang pemuda yang tertekan batinnya karena kakaknya yang egois memilih impian.

Dia juga tak bisa menyalahkan keluarga karena di Amerika adalah tempat yang bisa mengobati ayahnya.

Seandainya keluarganya baik-baik saja, Shougo dan kakaknya pasti masih bersama sampai sekarang.

dan Shizuka tahu akan itu seperti yang dirasakan Shuuzou.

Kadang hidup harus dipilih demi kebaikan diri sendiri dan orang lain.

Dimana kita sulit membuat pilihan, seperti pedang bermata dua.

"Haizaki-san,"

Tangannya menggapai kedua tangan Shougo yang berada di kepala sejak tadi dan menggengganmnya. Shougo menatapnya ketika mendongak pelan.

"Aku bisa mengerti perasaanmu, kau tak perlu merasa bersalah. Setidaknya kau berusaha memepertahankannya."

Shizuka tersenyum tipis, niat menenangkannya.

"Dan kalau kau mau kembali dengannya, aku bisa membantumu untuk kembali pada Shuuzou-nii."

Shougo melepaskan genggaman sang gadis dan menggeleng.

"Tidak. Aku tak bisa kembali padanya, Shizuka."

Sang gadis terheran.

"Tapi kenapa? Kau mencintainya, bukan?"

Dia menggeleng singkat dengan ekspresi keras. "Cinta yang dulu sudah tak ada. Aku sudah bertekad untuk bangkit dan maju dengan cinta lain. Heck, aku bahkan tak tahu kapan cinta itu akan mengetuk hatiku lagi."

Shougo lalu memandang menerawang ke arah pemandangan luar ketika awan memancarkan putih cerahnya dan pelangi mulai tampak; seperti ketika dirinya ditemukan di kelabu yang suram, Shuuzou datang dengan kilauan warnanya dan membawa warna ke dalam hidupnya yang tak berarti.

"Kalau begitu aku akan membantumu."

Shougo menatap balik Shizuka yang tersenyum berani.

"Akan kucarikan kau laki-laki maupun perempuan yang bisa kau dapat agar kau tidak sakit hati lagi dan maju, Haizaki-san!"

Matanya sedikit melebar karena melihat warna di sekitarnya. Halusinasikah atau imajinasi?

Dia tak tahu.

Tapi yang pasti dia merasakan kalau warna yang terlihat sama seperti ketika dirinya ditarik ke dunia yang mulai berarti oleh Shuuzou.

Apakah karena dia bersaudara dan terlihat kembar, ataukah karena marga mereka yang berarti pelangi, membuat mereka yang memiliki nama menjadi penerang dengan warnanya?

Lalu dia tertawa kecil, "Apaan sih, dasar norak."

Hal itu membuat Shizuka mengembungkan pipi cemberut.

"B-Biarin. Bukannya aku harus membantumu move on, 'kan?"

"Ya, benar. Terima kasih, Shizuka. Tapi denganmu mungkin aku bisa coba, kau sama cantiknya dengan model kalau dipoles."

Shizuka merasakan pipinya sedikit panas lalu menunduk sambil makan pesanannya.

Dia berpikir sejenak sebelum berujar, "Kita bisa kemana saja, nih... Jadi apa kau punya usul?"

Pemuda itu ikut berpikir dan muncul ide. "Bagaimana dengan bioskop? Biasanya kalau jalan 'kan menonton bersama-sama."

Mendengar itu, sang gadis tertegun sambil menggangguk setuju. "Hoo... Ide bagus! Kita bisa kesana dan memilih filmnya. Kudengar ada film bagus yang sudah ditayangkan. Aku mau liat Rescue Squad."

Pemuda bermata kelabu tersebut mengangguk singkat untuk setuju. "Baiklah. Habis ini kita kesana."

Walaupun jalan-jalan ini dilakukan karena dia penasaran, namun Shizuka senang bisa lebih dekat sebagai teman berbincang untuk Shougo.

Setelah itu, mereka berbincang sesaat, dari aktivitas klub, hobi, serta saat dulu mereka latihan di SMP, sebelum menghabiskan pesanan mereka dan membayarnya di kasir.

Keluar dari café, mereka berdua melanjutkan perjalanan di pusat berbelanjaan lalu ke lantai lima dari bangunan tersebut; dimana terdapat ruang bioskop yang cukup ramai jika saat akhir pekan.

Dan di dalam sudah lumayan ramai saat mereka berdua tiba disana.

Setelah masuk, mereka melihat-lihat pilihan film. Romansa, Sci-fi, Horor, Drama, Komedi, dan masih banyak lagi.

Shougo tengah memilih beberapa film yang ditayangkan. "Banyak juga pilihannya... Shizuka, coba kau pilih salah satu."

Sambil berpikir akan film yang dipilih-pilih bersama, dia menunjuk singkat salah satu film.

"Wah, yang ini ya... Aku pernah lihat trailer-nya, sepertinya menarik. Mau yang ini?" Dia menoleh padanya sebelum disambut anggukan mantap.

"Ya. Aku belum pernah lihat sih, jadi penasaran saja. Jadi film laga ini saja."

"Baiklah, aku akan beli tiket dan popcornnya."

Pemuda tersebut pergi untuk membeli beberapa hal, sementara Shizuka menunggu di bangku tunggu.

Dia melihat-lihat beberapa pilihan lain dan mendapati seseorang yang cukup familiar tak jauh dari tempatnya duduk. Seperti seseorang yang ia kenal, tapi lupa.

Siapa itu ya? Sepertinya kenal, pikirnya dalam hati sambil berangkat dari kursi—sebelum pundaknya ditepuk pelan oleh Shougo yang telah kembali dengan tiket serta 2 popcorn berukuran medium.

"Oi, mau kemana?" Shougo bertanya sambil sedikit bingung karena gadis itu seperti mau pergi dari tempatnya duduk.

Shizuka langsung menoleh kepada Shougo dan mengedarkan pandangannya ke arah dimana ia melihat seseorang tadi. "A-Anu... Tadi, aku seperti melihat seseorang darisana."

Pemuda bertubuh tegap tersebut mengernyitkan dahi sebelum melihat ke arah yang ditunjuk olehnya, tetapi tidak melihat siapapun yang dikenalnya.

"Tidak ada siapapun disana. Mungkin halusinasi saja." ujarnya pada Shizuka, membuat yang bersangkutan terdiam dan menoleh ke arah tadi.

"Ya... mungkin saja." Sebenarnya dia tidak yakin; tapi karena tidak mau membuat sang pemuda khawatir, Shizuka sengaja untuk tak mengetahuinya dulu.

"Ayo kita masuk. Filmnya diputar 5 menit lagi." Dia menyahut dan berjalan terlebih dahulu, disusul oleh gadis berambut hitam tersebut sebelum masuk ke dalam ruangan yang telah ditentukan.

Meski begitu ternyata tak sedikitpun ia mengetahui, kalau sebenarnya mereka berdua di stalking oleh Shuuzou dan Shouto.

"Hampir saja! Untung saja mereka sudah masuk. Kalau tidak, bisa gawat."

Pemuda bertopi hitam itu menghela napas lega sambil menoleh ke arah Shouto yang bertanya, "Jadi bagaimana sekarang? Mau sampai masuk ke dalam mengikuti mereka?"

"Bagaimana menurutmu?" Yang ditanya malah menanyakan balik.

Mendengar itu, sang pria berkacamata dan berpakaian kasual itu langsung menggeleng pelan. "Sudahi saja. Kita juga tahu nanti kalau mereka akan melakukannya dengan lancar."

Shuuzou tertegun dan tersenyum kecil. "Iya. Kau benar, aku terlalu khawatir. Aku percaya kalau dia bisa diandalkan. Kalau dia mencoba mengambil Shizuka, aku yang akan mengetesnya. Mau ke Magiba?"

Shouto mengangguk setuju, sebelum dua beradik itu berlalu dari tempat bioskop yang meramai.

.
.
.

Sekitar dua jam kemudian, para penonton keluar dari ruangan-termasuk Shizuka dan Shougo.

"Filmnya bagus sekali..."

"Ta-Tapi... Aku tak menyangka, tokoh utamanya musti menjatuhkan diri demi mengambil hartanya sendiri! Dan ternyata sudah ada jaring!"

Shougo menyahut dikarenakan sudah geram setelah melihat film drama laga tadi di dalam bersamanya.

Shizuka yang sudah kelar berteriak, mencoba menenangkan dia yang geram melihat akhir filmnya tadi.

Tangannya menepuk punggung pelan sang pemuda bertubuh tinggi tersebut untuknya.

"Sudah, sudah, hehe..."

"Ah.. Aku tidak keren sama sekali. Maafkan aku, Shizuka. Jarang-jarang aku bisa begini, kecuali kalau filmnya memang bagus sekali."

Mendengar pernyataan tersebut, Shizuka melemparkan senyuman senang. "Tak masalah. Kita harus melepas stress dan bersenang-senang sesekali. Bagus juga kok untuk menikmati hidup.

Selagi berjalan-jalan di tempat pusat perbelanjaan, tak terasa hari begitu cepat-menandakan bahwa mentari akan terbenam kurang dari satu jam lagi.

"Tak kusangka, hari ini berjalan lancar." Shougo menyeletuk—sambil berjalan santai pulang bersama dengan gadis berambut hitam yang tertawa kecil.

Shizuka menoleh sambil melemparkan senyuman lebar.

"Tapi, hari ini sangat menyenangkan lho! Terima kasih sudah mau mengikuti permintaanku, Haizaki-san."

Ditepuknya pelan puncak kepala Shizuka, lalu menyeringai kecil. "Pulang yuk."

Shizuka mengangguk mantap mendengarnya. "Iya!"

Tak terasa, mereka sudah sampai d depan kediaman Nijumura. Artinya, mereka sudah selesai.

Shougo berkata, "Baiklah. Sampai jumpa. Jaga dirimu."

"Ah, tunggu sebentar!'

Seruan itu membuat Shougo berhenti dan berbalik.

"Ada ap—!"

Sedetik kemudian dia baru menyadari kalau dia habis diberi kecupan.

Shougo mengelus pipi kirinya sambil menatap dengan bodohnya.

"Eh? Shizuka..."

Senyuman tipis dan lembut mampir di bibirnya sembari mundur selangkah. "Terima kasih untuk hari ini. Aku senang bisa mengenalmu, Shougo-kun."

Apa? Dia memanggilnya apa tadi?

"Shizuka, kau—"

"CUKUP SAMPAI DISITU!!!"

Keduanya kaget bukan kepalang ketika menengok bahwa Shuuzou dan Shouto berpakaian dengan topi dan kacamata.

"Kalian ngapain disini??"

"Hentikan. Kalian berdua, kita harus bicara." Shuuzou membuka kacamata dan memberikan titahnya.

Kedua pemuda pemudi ini mulai kempat kempit.

This wont end good.

.
.
.

-o0o-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro