Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

IL-38-Move On [Abigail]

IL-38-Move On [Abigail]

"Ongkal! Kak beruang jahat! Dia masa nyuri Kak Rio dari Lita!" Anak kecil itu terus tersedu-sedu di gendongan Paman Kalvian, Lita memanggilnya Ongkal. Katanya singkatan dari: Uncle Kalvian.

"Cup, cup, cup. Lita ga boleh cengeng, sayang." Paman Kalvian mencoba menenangkan Lita yang mewek tidak jelas.

"Kak Rio ... hiks ... hiks ... terlalu ganteng buat Kak Abby ... hiks," ucap Lita sembari cegukan karena sudah terlalu lama menangis.

Adik durhaka! Ucapannya sama saja mengatai aku jelek dong?!

Aku mendengus sebal sembari bersedekap dada melihat betapa manjanya Lita terhadap Pamanku yang mantan model itu.

Paman Kalvian mengernyitkan dahi lalu menatapku dan Rio secara bergantian. Jari telunjuknya teracung pada Rio, tetapi matanya terpaku padaku. "Seleramu kok jelek banget, Abby? Kayak Mamahmu, hahaha...." katanya tak berperasaan dan bahunya naik turun akibat tawa yang menggelegak.

"Oh..., bagus! Bagus! Ngatain suamiku jelek, hah? Mau hidungmu aku ratain pake setrika, Kak?" Muncullah Mamah. Mamah menggulung kedua lengan bajunya dengan mata yang terpicing.

Ancaman Mamah membuat Paman Kalvian sontak memegangi hidungnya dan tiba-tiba dia menatap tajam Rio. "Sista! Aku kan ga asal ngomong. Aku pernah lihat Rio..., jalan sama dua cewek sekaligus!"

Ha! Mamahlah tangan kanan pawangnya Paman Kalvian yang dulu sempat sedikit mengidap sindrom sister complex.

APA?! Dua cewek sekaligus?!

Aku melirik Rio tajam, lebih tajam daripada silet. "Dia udah sadar kok, Paman Kalv." Ini kalimat dengan nada perintah.

Rio yang menyadari lirikan ala beruang grizly-ku, menelan ludah dalam-dalam. "Itu demi dapet perhatian Abby, Paman."

Ia menatap Paman Kalvian dengan takut-takut. "Rio janji bakal berubah dan jagain Abby, Paman."

Paman Kalvian tersenyum sinis. "Kalo ga mampu janji ga usah sok jadi laki."

"KAKAK!" Mamah berani membentak Pamanku.

"Inget umur Kakak! Atau..., atau Kakak mau aku panggil cuma nama lagi?" Kini Mamah bersedekap dada, wajah garang yang dibuat-buat olehnya terlihat lucu.

"Jangan sista!!" Paman Kalvian menghambur ke arah Mamah yang langsung mundur beberapa langkah karena ngeri melihat sikap kekanakan Paman Kalvian. Sikap yang hanya dia tunjukkan di lingkup keluarga saja, bahkan istrinya tepuk jidat menerima kelakuannya.

"Hahaha...." Tawa keluar dari mulut Lita yang akhirnya berhenti menangis.

Aku bernapas lega. "Cie..., udah ga marah kan sama Kak Abby?"

Lita mendadak kembali cemberut lalu memalingkan wajahnya. Ah, dia masing marah rupanya...

"Lita turun." perintah Mamah.

"Ga mau! Ga mau sampe Kak Abby ngembaliin Kak Rio!" jawab Lita yang sikap manjanya kelewat batas.

"Udahlah, Ambar. Kalo anaknya ga mau, ga usah dipaksa--"

"Ini semua gara-gara Kakak yang manjain Lita!" Mamah mulai benar-benar marah, "Lita turun! Jangan jadi anak manja! Mamah ga suka anak manja."

"Kok aku? Kamu tuh yang suka bikin novel ga jelas!" Paman Kalvian tersulut emosi juga.

"Ga jelas, hah?! Kakak yang ga jelas! Beliin ini, itu, ini, itu ke Lita! Seakan Bara ga mampu beliin anaknya apa-apa? Kita mampu! Kita cuma ga mau anak-anak kita jadi manja!"

Sialan. Pertengkaran saudara. Perang saudara!

"Aku kan cuma mau supaya ponakan aku bahagia! Dan ... dan karena Lita mirip banget sama kamu waktu kecil!" kata Paman Kalvian, wajahnya terlihat geregetan.

Paman Kalvian mendesah, sepertinya dia menyadari apa yang selama ini dia lakukan sudah membuat Lita tumbuh jadi bocah kecil yang manja. Dia mencoba menurunkan Lita, tetapi anak itu tidak mau turun. Dia mengalungkan kedua tangannya ke leher Paman Kalvian. "Ga mau! Ga mau!" kata Lita di sela-sela tangisannya.

Aku berdecak menyaksikan kelakuan adikku. "Lita..., mau pulsa buat main game engga?" bujukku. Padahal lagi bokek, ah..., minta uang sama Rio saja nanti.

"GA MAU! LITA MAUNYA KAK RIO!" Jeritan Lita sama toanya denganku. Ya, namanya juga Kakak--Adik.

"Abby, kamu ga usah nambahin sifat manjanya Lita!" Mamah membentakku, dia mulai mendekati Paman Kalvian kemudian mengambil paksa Lita yang mau tidak mau turun dari gendongannya.

"Hiks..., hiks..., hiks...." Lita menangis tersedu-sedu, "Lita ... Lita takut kalo ... kalo Kak Rio sama Kak Abby ... hiks ... ntar kalo gede ... hiks ... pangerannya Lita siapa, Mah?"

"Itu jelas akibat baca novelmu tuh." cibir Paman Kalvian yang pindah posisi duduk di sofa lalu memainkan ponselnya. Paman Kalvian sudah hampir kepala lima, tetapi tetap terlihat tampan. Gen keluargaku benar-benar mendekati sempurna!

Mamah memutar kedua bola matanya sebelum berjongkok agar lebih leluasa mengusap pipi Lita yang dibanjiri air mata.

"Menunggu, Lita sayang. Semua hal ada waktunya, ada prosesnya. Kamu masih kecil, tapi kenapa kamu kayak udah dewasa banget sih?" Mamah mencubit batang hidung Lita, "Semua putri punya pangerannya masing-masing. Pangerannya Mamah adalah Papah. Kebetulan pangerannya Kak Abby adalah Kak Rio dan mungkin aja...."

Omong-omong soal Sam, dia berdiri seperti patung sambil menggaruk-garuk tengkuknya dan Rio menunduk tak banyak bicara.

"Mungkin aja Kakak itu pangerannya Lita?" kata Mamah lagi dengan tatapan mengarah ke Sam yang bingung dengan ucapan Mamah.

Lita pun sekilas menengok ke belakang untuk melihat Sam.

"Hahaha..., jangan Lita! Jangan dia! Dia itu kun--"

"Lita tuh ga punya temen main lagi! Kak Abby sering nginep di apartemen! Kak Alden sibuk main dan belajar di luar! Mamah bikin novel! Papa terus-terusan cari uang! Lita jadi kesepian Mah!" Tidak jadi menyebut Sam kunyuk karena perkataanku dipotong ucapan Lita.

Dahiku mengerut, tahu-tahu aku merinding mendengar keluh kesah Lita. Jadi selama ini dia merasa kesepian, huh?

Lita mengusap pipinya sendiri. "Lita takut semakin ga ada yang peduliin Lita," katanya penuh kejujuran.

Selama ini dia bersikap manja dan rese hanya untuk mencari perhatian?

"Lita sini," Rio melambaikan tangan supaya Lita mendekat padanya.

Dengan langkah yang dibuat kecil, Lita menghampiri Rio. Sesampainya di dekat Rio, dia langsung berjongkok. "Ga ada yang ga akan peduli sama Lita. Bukannya kalo Kak Rio jadi pacarnya Kak Abby, Lita jadi bisa sering main sama Kak Rio?"

Lita mengerjap-ngerjapkan kelopak matanya seraya mengangguk.

Tangan Rio mengusap kepala Lita. "Kak Rio janji bakal sering nginap di sini."

"Serius, Kak?!" Mata Lita sontak berbinar, "Yeeee! Kak Rio jadi lebih sering nginap di sini!"

Rio mengangguk cepat usai mengacak-acak rambut Lita gemas. Detik berikutnya, dia menoleh padaku dan melempar senyum setan yang berbahaya.

Tepuk jidatlah! Ujung-ujungnya ini semua demi kepentingan Rio, 'kan?

"Ngomong-ngomong, aku belum siap jadi Kakek-kakek, Sista." celetuk Paman Kalvian datar namun menohokku.

Aku tahu maksudnya! Sangat memahami maksudnya!

Selanjutnya aku menangkap sebuah senyuman terulas di wajah Sam, si Kunyuk itu sepertinya menertawaiku. Sial!

++++++

Aku memberikan Sam sekaleng jus dingin, "Berhenti ketawa, nyuk!"

Sam tak henti-hentinya tertawa genderuwo, dia betah sekali menertawai ucapan Paman Kalvian yang memiliki makna tersirat tadi. "Hahaha..., Keluarga lo bener-bener gila! Somplak semua! Hahaha...."

Aku menghela napas, setidaknya mood Sam terlihat membaik.

"Hahaha...." Cowok satunya juga tidak berhenti tertawa dengan kopi kalengan di tangannya. Rio tertawa karena katanya dia mengingat wajah polos Lita yang tidak mengerti kalimat Paman Kalvian.

"Kalian bener-bener pasangan gila! Hahaha...." ujar Sam yang ber-highfive dengan Rio, "Gue bakal merindukan kalian! Hahaha...."

"Ya..., kita memang geng gila." Aku duduk di ujung meja seraya membuka susu kalengan milikku.

"Merindukan? Hahaha..., emang lo mau ke mana? Gaya lo kayak mau pergi jauh, hahaha...." Rio menepuk-nepuk pundak Sam. Leganya melihat mereka tidak memancarkan aura permusuhan.

"Lo bener kok., gue emang mau pergi jauh. Gue mau balik ke Kanada, hahaha...." balas Sam yang masih meneruskan tawanya.

"Oh," Aku ber-oh ria sebelum meminum susuku.

"HAH?!" seruku bersamaan dengan Rio. Kami ternyata sama-sama baru menyadari arti ucapan Sam tentang, akan--merindukan--kami.

Sam mengusap bibirnya yang basah karena jus jeruk dan tersenyum samar.

Aku memejamkan sekilas. "Apa ini soal Zoey?" tanyaku penuh kehati-hatian.

"Ga, gue ga ke sana buat nemuin Zoey. Alasan gue pulang ke Indonesia..., justru buat ngelihat dia." katanya dengan wajah yang patut diberi rasa iba.

Aku menutup mulutku saat hendak menganga lebar. "Jadi Zoey, Zoey itu bukan di Kanada?! Dia ada di sini?! Di Jakarta?!"

Sam mengangguk, dia mengulum senyum kecut sekaligus pandangan yang nanar. "Tepatnya udah berubah tinggal di Bandung. Aku ngelihat dia udah sama cowok lain. Arti ucapan gue, tentang gue adalah lo versi cowok, Ab. Gue adalah si Sam tampan nan pintar yang ga peka sama perasaan sahabatnya sendiri dan lebih suka mainin hati cewek. Alasan gue mau nyadarin elo karena elo mirip kayak gue. Ga peka sama perasaan orang yang membutuhkan elo, akhirnya..., dia udah beneran ngelupain gue disaat gue baru sadar sama perasaannya."

"Bullshit tau ga? Ngelihat orang yang lo suka bahagia sama orang lain jadi bikin lo bahagia juga? Omong kosong," katanya lagi diakhiri senyum kecut.

Aku mengusap wajahku kasar. "Ya kenapa ga lo rebut balik aja, Sam?! Kelar dah masalah lo! Rebut cinta lo! Bikin dia jatuh cinta lagi!"

"Perkataan Abby ada benarnya, Sam. Lo ga harus pergi, baru aja gue dapet temen komplotan baru dan..., masa iya gue harus kehilangan? Ga lucu, Sam."

"Tapi gue ga bisa lama-lama tinggal di sini, Rio. Lebih tepatnya, gue ga jadi tinggal di sini. Gue harus pergi buat ngelupain dia seutuhnya. Karena bagi gue..., masa depan lebih indah daripada masa lalu." Sam meminum lagi jus kalengannya.

"Kita di sini beneran butuh elo, Sam. As a good bestfriend and as a good devil." ucap Rio yang sudah kuceritakan mengenai usaha-usaha Sam untuk memyadarkan perasaanku terhadapnya.

"Keputusan gue udah bulat, guys. Gue harap, kalian hargain keputusan gue." Sam meletakkan jus kalengannya, hal selanjutnya yang dia lakukan adalah mempersatukan tanganku dengan tangan Rio.

"Gue ga apa kalo Lita sama lo deh. Asal lo mau tetep di sini, nyuk. Ga ada lo, ga asyik," kataku jujur dan otomatis menjadi kakak yang durhaka.

Sam mendesis singkat. "Gue bukan pedo!" Dia menoyor kepalaku ke samping.

Aku menyengir kuda menanggapi toyoran dari Sam. Mimpi apa aku semalam? Aku akan kehilangan seorang sahabat segila Sam?

"Sebagai dewa cupid kalian! Gue harap kalian bisa langgeng!" tambahnya lagi diakhiri senyuman.

Senyuman Sam yang lebar itu kubalas dengan sebulir air mata. "Gue bakal kangen lo, nyuk." kataku.

"We will miss you, Sam." ucap Rio mempererat genggaman tangannya.

~~~~~~

Tbc!

Puzzle pertama finish! Vomment!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro