Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

IL-28-Shoot [Alden]

Seo Kang Joon as Alden

Lee Sung Kyung as Abby


Baekhyun as Rio


Jung So Min as Atha

Ahn Seo Hyun as Lita

Makasih juga buat semua yang komen² kasih saran. Castnya Korea karena yang ada dipikiran Author mereka. Mereka yang Author anggap paling pas sebagai tokoh khayalan di IL :-D

Bukannya ga suka cast Indo, Authornya ga kepikiran ada artis yang pas seperti gambaran tokoh² IL :-D

Atha ma Alden dikit dulu yak... Urusan si labil satu belum tuntas-tuntas :-D

SELAMAT MEMBACA!

Dan ternyata banyak yang suka korea gitu yak... Kayak Authornya.


IL-28-Shoot [Alden]

"Apa ga terlalu resmi ya pake kemeja? Mana asal ngambil lagi." Aku bicara sendiri, masih duduk di atas motor. Gara-gara Abby menanyakan soal nge-date, aku main asal ambil kemeja! Biru muda; agak kurang percaya diri jadinya. Tapi, ada benarnya kata Abby, pakai kemeja hitam serasa mau ke makam. Argh! Terserahlah!

Aku melepas helmku ragu-ragu. Ya, aku sudah ada di parkiran kafe tempat aku dan Atha janjian.

Kulihat jam tanganku. "Jam lima kurang sepuluh."

Ini bukan nge-date! Ini cuma acara les biasa biar Atha agak pintar sedikit.

Mataku menangkap seorang cewek yang turun dari motor matic, "Itu Atha?"

Orang yang memboncengkan Atha adalah seorang wanita dan aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan.

Wanita itu sempat menunduk sebelum pergi, apa dia ibunya? Tapi wajah wanita tadi berumur sekitar tigapuluhan.

"Alden!" Atha melambaikan tangannya setelah menyadari kehadiranku, dia berlari ke arahku.

Sebagai lelaki, aku tidak begitu paham nama-nama model baju cewek zaman sekarang, yang kutahu Atha tidak mengenakan pakaian ribet. Dia memakai celana jeans dan kaus di balik jaket merah bergambar Mini Mouse dan ada hiasan telinga tokoh kartun itu. Aku kira, dia akan mengenakan baju serba cewek yang berlebihan seperti punya Abby di almari pakaiannya.

"Sori telat, Pak Guru!" Dia menyengir ceria seperti seorang Atha yang kukenal.

Pakaian yang dia kenakan membuatku semakin menyesal telah memakai kemeja ini.

"Al, Al? Lo ngelamun ya? Hei Pak Guru ganteng." Tangan Atha melambai di depan wajahku.

"Ga apa-apa." Aku tersenyum kikuk. Mengenakan kemeja, berasa beneran jadi guru. Tapi disebut Pak guru ganteng, rasa maluku makin bertambah.

Atha masih betah menyengir. "Oke."

Kami berdua masuk ke kafe yang berada tak jauh dari sekolah kami. Aku duduk berhadapan dengan Atha. Aku memilih kursi yang berada di dekat jendela.

"Lo mau pesen apa?"

"Apa aja, yang penting ada stroberinya." Dia menyampirkan jaketnya di kursi sebelah. Atha tetap beraura menggemaskan.

Argh! Konsen Alden! Konsen!

"Itu yang tadi nganterin siapa?" tanyaku sembari membaca buku menu.

Atha menarik badannya ke belakang sampai membentur kursi. "Oh itu, pelayan di rumah gue. Ngomong-ngomong lo yakin bisa ngajarin gue? Maksud gue, lo 'kan IPA, sementara gue IPS?

"Heh, lo pikir gue ga bisa?" Sikap tengilku keluar begitu saja, "Otak gue lebih encer daripada yang lo kira."

Kucondongkan tubuhku tanpa peringatan mendekat padanya. Aku tersenyum melihat wajah gugup Atha yang matanya tidak mau menatapku, tangannya sok sibuk memainkan halaman buku. "E, Al, pesen mi ... minum gih, gue haus." Bahkan nada bicaranya sampai terbata-bata.

"Mulai sekarang yang harus lo puji cuma gue, Tha. Jangan ada yang lain," ucapku di depan wajahnya.

Pelan-pelan, dia mau menatap kedua mataku yang belum berkedip meneliti wajah Atha.

Persetan mau jadi bahan omongan orang-orang yang ada di kafe ini.

Kedua kelopak Atha mengerjap lucu. "Maksud lo?"

Aku menghindari pertanyaanya dengan pergi untuk memesankan minuman sekaligus makanan.

++++++

"Mana? Yang ini? Ah lo emang ya!" Aku geregetan mengajari Atha yang lagi-lagi tidak paham caranya menggunakan rumus yang kujelaskan.

Kami sedang mengerjakan soal Matematika, bab logaritma.

"Ma ... maaf, gue belum ngerti." Atha menjauhkan tubuhnya saat melihatku yang siap mencubit pipinya.

Sikap oon-nya kenapa jadi terlihat menggemaskan di mataku?

"Gini loh, Tha." Aku tidak menyambung coretan di buku tulis Atha lagi karena ponselku bergetar.

Sebuah pesan masuk dari Rio.

From : Rio

Maag Abby kambuh. Perlu gue panggilin dokter keluarga ga, nyet?

"Ck, ada-ada aja." Aku bergumam setelah membaca isi pesan Rio.

To : Rio

Di P3K, ada obat. Ngerintih?

"Siapa yang sms, Al?"

"Oh." Kuleletakkan ponselku kembali. "Rio. Dia nanya ke gue perlu ga panggil dokter buat nanganin Abby. Katanya maag dia kambuh."

Atha mengangguk. "Kirain siapa."

"Emang lo kira siapa?" Aku tarik buku tulisnya, kulingkari rumus-rumus yang dia tulis dengan benar.

"Pa ... car mungkin?"

Lingkaran di soal nomor tiga hanya jadi setengah. "Pacar?" ulangku.

"Eh, mana rumusnya yang kata lo penting? Gue harus hafalin!" Perkataan Atha jelas-jelas mengalihkan pembicaraan. Dia membolak-balikkan buku rumus.

Aku terkekeh kecil melihat kegugupan Atha. "Gue ga punya pacar, Tha," jawabku penuh penekanan.

"Ehm, Abby sakitnya parah? Untung gue ga punya maag!" Pengalihan lainnya.

Aku menutup buku Atha dengan kasar.

Aku belum pernah memiliki pacar.

Apa ini saatnya untuk... ya aku tidak suka sesuatu yang merepotkan. Aku akan repot jika Atha menyukai orang lain selain diriku.

Menurutku, akan merepotkan jika menginginkan sesuatu yang sudah menjadi milik orang lain.

Cukup Rio saja yang membuatku panas.

"Tha," panggilku sekaligus menarik tangan kanannya, menghentikan kekekehan kecil Atha.

Dia mendelik kaget.

"Gue..., gue ... gue ada yang mau...." Bangke! Dadaku seperti akan jebol! Jantungku berdetak sangat cepat!

Ponselku tiba-tiba berbunyi lagi.

Aku berdesis. "Ck, ganggu aja."

From : Rio

Kagak sih. Udah gue kasih obatnya, tapi ini beneran dia ga bakal kenapa-napa?! Dokternya gue panggil aja ya?

Kubalas lagi pesannya.

To : Rio

Dia ga ngerintih! Ya berarti ga parah, Ri! Ntar juga sembuh! Kalo lo khawatir, tungguin aja dia tidur!

Ini kali pertamanya aku membalas pesan dengan kalimat yang agak panjang. Lagipula cuma maag saja, isi pesannya berlebihan sekali. Kalau Abby merintih sambil memegangi perutnya dan berkeringat dingin, berarti itu baru parah. Ada Mamah juga di rumah, oh, atau Mamah sedang pergi?

"Lo ... lo mau ngomong apa, Al?"

"Ah, tadi gue mau minta lo jadi pacar gue."

Bunyi barang jatuh dari mejaku menyadarkan perkataan yang reflek kujawab.

Ya! Ponselku merosot dari tanganku!

Persetan dengan ponsel!

Kami berdua terdiam. Wajah syok Atha yang mulutnya melongo, dan aku juga dalam keadaan syok mengingat jawabanku barusan yang seharusnya menjadi pertanyaanku untuknya.

Mendadak Atha menarik tangannya dari genggamanku. Melihatnya begitu, seakan menyentakku untuk segera keluar dari zona aman.

Kugenggam lagi tangannya, kali ini keduanya.

"Tha, arti ucapan gue yang lo ga boleh muji seseorang kecuali gue," aku menelan ludah, "artinya... lo harus berhenti bikin gue cemburu."

Atha mengatupkan bibirnya, mengigit bibir bawahnya. "Lo ... lo pasti becanda, Al. Cemburu?" tawanya sumbang.

Aku benar-benar keluar dari zona aman. "Aku ga becanda, Tha. Kamu mau jadi pacarku?"

Jawab iya, Atha.

~~~~~~

Tbc! Daaaaaaaan keep Vomment!

Pendek elaaaah...tapi peka kan?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro