IL-20-Persahabatan [Abigail]
IL-20-Persahabatan [Abigail]
Reaksi Alden sangat tidak aku duga, helm yang dia hendak pakai jadi jatuh ke tanah. Aku tersenyum geli melihat ekspresi kagetnya.
"Hai Al." Atha menyapa Alden, saudara kembarku masih bisu menatap cewek yang harus berakhir bersamaku hari ini.
Ini benar-benar sangat tiba-tiba, ada tugas Sejarah yang menyebalkan. Mengerjakan banyak soal dan harus dikumpulkan besok. Kenapa begini? Karena kesalahan anak-anak kelas kami yang gaduhnya minta ampun juga nilai ulangan harian kami hancur.
Ada tugas kelompok dan aku satu tim dengan Atha. Aku simpati padanya, dia tidak memiliki teman. Aku memilih menjadi rekannya, lagi pula Lora dan Kika sudah berdua. Masa bodoh dengan permintaan Alden agar aku membuatnya membenci Atha lagi. Aku tidak mau jadi gadis jahat dan egois. Aku ingin Alden bahagia.
"Hari ini Atha ke rumah kita. Ada kerja kelompok. Dua orang," ucapku datar.
"Oh, harus ya? Gue ga suka ada stalker masuk rumah kita." Ucapan Alden membuatku ingin merajamnya dengan batu. Perkataannya ketus sekali!
Aku melirik Atha yang menunduk.
"Abby, gue aja yang garap tugasnya. Ga apa-apa kok." Atha pasti terluka dengan keketusan Alden barusan.
Aku menggaruk kepalaku. "Heh, Tha. Gue ga mau cuma ongkang-ongkang kaki. Ini kerja kelompok, jadi ya kita lakuin berdua. Lagian apa lo yakin sanggup garap soal bejibun gitu... sendirian?"
Atha meringis dan menggeleng. Dia sadar, seberapa besar kadar kedongoannya. Aku berdecak melihat reaksi Atha.
Mata tajamku beralih menyorot Alden.
"Gue sama Atha naik taksi."
Alden tidak berkata apa-apa, dia memungut helmnya dan wajahnya masih terlihat kesal. Dia pasti kesal kenapa aku harus membawa Atha bersamaku. Dia masih keukeuh menyangkal perasaan sukanya terhadap Atha.
"Ga ... usah. Gue bisa sendiri," kata Atha gugup.
Atha tersenyum tipis sebelum meninggalkanku.
"Lo sama gue aja, Tha." Tiba-tiba aku tersentak mendengar suara yang mengingatkanku tentang ucapan Sam.
Rio menawari Atha tumpangan?
"Lo mau ke rumah Abby 'kan? Gue juga. Hari ini gue mau nginep di rumah dia." Rio menyengir memberikan Atha helm cadangannya. Dia memasangkan helm itu ke kepala Atha. Aku dan Alden berasa jadi kambing conge.
Mereka cocok.
"Perlu lo tau, Ab. Gue sengaja ngucapin kalimat ambigu itu untuk Rio. Dugaan gue ternyata bener, Rio suka sama lo Abby."
Perkataan Sam melintas di otakku yang sekarang jadi berpikir keras. Aku merinding setiap kali mengingat ucapan Sam yang berkata bahwa Rio menyukaiku.
Tidak, kita hanya sahabat.
Ya, kita hanya sahabat.
"Lo ngapain nginep di rumah gue? Ngerepotin." Alden menyodorkanku helm, barulah aku sadar dari tadi aku menatap Rio curiga.
"Bokap sama Nyokap gue ada bisnis. Bokap nyuruh gue nginep di rumah lo dan sebagai anak yang baik, gue nurut." Rio tersenyum menampilkan lesung pipinya dan dia menatapku.
Untuk kali ini, aku merinding ditatap oleh kutu kupret itu. Perkataan Sam benar-benar berdampak besar bagi psikologisku.
Oke, itu berlebihan. Tapi benar, aku jadi berkeringat dingin.
"Atha, dikancing dong helmnya." Rio mengunci pengait helm Atha dan mereka terlihat so sweet.
Tempat sampah mana? Aku mau muntah!
"Sialan." Aku mendengar gumaman lirih Alden, dia benar-benar cemburu melihat kedekatan Rio dan Atha. Aku yang jadi pelampiasannya, Alden menarik tanganku kasar.
"Buruan naik! Gue kangen samsak di rumah."
Aku bergidik, Alden sedang sangat marah. Mendengar kata 'samsak', sesampainya di rumah, dia pasti akan meluapkan amarahnya melalui olahraga tinju.
"Hi everyone! Mau ke mana? Double date? Gue boleh ikut, tapi gue ga ada pasangan. Gimana?" Celetukan yang tidak dibutuhkan menyela Alden dan Rio untuk menyalakan mesin motor mereka.
Sam muncul seperti hantu, dia datang tiba-tiba dengan suara riang gembira dan wajah tak tahu apa-apa.
"Jangan bacot!" seru Alden dan Rio bersamaan.
Kami meninggalkan Sam yang menggaruk kepalanya sambil menggeleng.
Sam memang rada-rada, tapi sebenarnya dia enak diajak mengobrol.
Sam?
Aduh, aku baru ingat lagi masalah taruhan itu. Aku menengok ke belakang dan Rio fokus mengendarai motornya. Tangan Atha memegang pundak Rio.
Entah kenapa aku senang karena Atha tidak sampai melingkarkan tangannya di pinggang Rio.
SIALAN! GUE TERPENGARUH UCAPAN SI SETAN SAMUEL HERJUNO!
Mampuslah dirimu Abigail.
~°°~
Kami berempat sampai di rumah, seseorang menyambut kami dengan muka cemberut dan tangannya memegang mobil remote control. Siapa lagi kalau bukan Lita, dia langsung berlari ke arah Rio, dia memandang sinis Atha yang turun dari motor Rio.
"Ini siapa Kak Rio?" Lita menyukai Rio. Biasalah rasa suka-sukaan anak kecil. Lita menarik ujung seragam Rio, dia menunjuk-nunjuk Atha yang tersenyum pada Lita. Sayangnya senyuman ramah Atha tidak terbalaskan.
"Rivalnya Lita," tutur Alden yang masih ketus, dia masuk ke dalam rumah.
Wow, to the point sekali Alden. Lita tambah cemberut, dia menghentakkan kakinya. Lita lari ke dalam rumah juga.
Novel-novel buatan Mamahku telah meracuni otak Lita, Lita jadi lebih cepat dewasa dalam hal cinta-cintaan. Walaupun sudah dibilang agar tidak membaca novel Mamah karena belum cocok dibaca oleh anak seumuran Lita, tetap saja anak itu curi-curi kesempatan.
Aku lebih baik menyusul Alden yang sudah dibutakan kecemburuannya terhadap Rio. Aku masuk ke dalam kamarnya dan dia rupanya sedang ganti baju. Adegan bertelanjang dada Alden sudah biasa kulihat.
"Omongan gue bener, lo suka sama Atha." Aku menghempaskan tubuhku ke atas ranjang Alden yang berseprai hitam.
Alden mengambil kaus oblong abu-abu bergambar macan, wajahnya ditekuk dan jelek banget jadinya.
"Gue cuma ga suka lihat mereka deketan. Panas, By! Panas!" Alden memakai kausnya. Sekarang dia memakai sarung tinju yang tergantung di gantungan jaket.
Samsaknya ada di balkon, Alden hendak meluapkan amarahnya.
"Tinggal akuin aja kalo lo suka sama Atha. Semuanya jelas! Kelakuan lo itu namanya cemburu, Alden Davian Pradipta! Lo panas karena cemburu. Hati lo sakit ngelihat mereka ya 'kan?" Aku geregetan untuk menyadarkannya sampai sesadar-sadarnya.
Alden berhenti tepat di ambang pintu balkon. Dia terdiam, dia memainkan rekatan sarung tinjunya.
"Sakit? Mungkin. Ya, gue sakit ngelihat mereka berdua bersama. Gue ga suka Atha muji-muji Rio, itu disebut cemburu ya By?"
Aku menengok. "Itu cemburu. Akhirnya! Lo mau ngakuin kalo lo cemburu sama Rio. Itu artinya lo udah mulai peka sama perasaan suka lo ke Atha."
Peka?
Mulutku tidak kugerakkan lagi, aku memikirkan kata 'Peka'.
"Cepetan peka, Ab." Itu yang Sam katakan mengenai apa?
Perasaan suka Rio terhadapku? Tapi kita sahabat.
Kasur Alden terasa berat. Alden tiduran di sampingku.
"Kita bertiga itu sahabatan, Abby."
Aku dan Alden sama-sama melihat lampu yang ada di atas sana.
"Ya, kita udah sahabatan dari kecil."
"Tadinya, gue pikir. Persetan dengan Rio suka sama Atha. Tapi apa boleh gue ngerebut Atha dari Rio? Gue ga mau persahabatan kita pecah. Gue marah sama Rio karena bikin lo nangis. Tangan gue gatel pengen mukulin dia, sayangnya... lagi-lagi gue inget tentang persahabatan kita. Persahabatan orangtua kita bertiga."
Aku tiduran menghadap Alden.
"Jadi soal lo minta gue bantu lo ngebenci Atha, batal?"
Alden tiduran menghadapku juga, dia sempat terlihat berpikir lalu mengangguk.
"Terus masalah taruhan elo sama Rio?"
Aku kembali telentang, mengambil napas dalam-dalam.
"Gue minta nomor hapenya Sam. Lo punya?"
"Punya, tapi buat apa?"
Aku melirik Alden. "Buat bikin gue peka."
Alden mengerutkan dahinya sampai alisnya hampir menyambung. Dia mengeluarkan ponselnya dan menekan-nekan layarnya.
"Gue udah kirim nomornya ke hape lo."
Aku tersenyum. "Thanks brother."
"ABBY! ALDEN! TURUN BURUAN! SEPULUH DETIK!" Teriakan mamah kami tercinta mengharuskan kami untuk turun.
Alden menepuk jidatnya. "Oh iya! Ada Atha 'kan di bawah?"
"Ah iya, gue lupa. Rio juga bilang mau nginep di sini!" Aku juga menepuk jidatku.
Kami berdua balapan turun ke bawah, disusul Lita yang ikutan turun sambil memegangi ponselnya.
Paling mau minta uang Mamah buat beli kuota internet. Dasar Lita!
~•••~
Tbc!
Vomment!
Sepertinya Abby punya rencana...wkwkwk...
Maaf pendek, lagi movie marathon Authornya. Sebenernya sibuk nonton drama korea, hahahaha...
Memulihkan dan menghibur diri sendiri, hahaha...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro