Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Gara-Gara Jutsu

Di tempat latihan tim 7, terlihat Naruto, Sasuke, dan Sakura sedang menunggu si tukang ngaret mesum. Siapa lagi kalau bukan guru tercinta mereka, Kakashi-sensei. Usut punya usut, mereka berencana latihan bersama, tapi gurunya itu belum menunjukan batang hidungnya hingga saat ini.

"Bosaaaaaaaann !!! Kakashi-sensei lama sekali. Tahu begini kita ke kedai Ichiraku dulu saja tadi. Aku lapaaaaaaarr." Keluh Naruto yang kini mengelus perutnya yang lapar.

"Kau seperti tidak tahu guru Kakashi saja, Naruto." Sakura yang sedang duduk pun menyahut dengan malas. Nampaknya gadis itu juga bosan.

"Pantas saja dia tidak laku laku."

"Tidak ada hubungannya, bodoh." Sakura menjitak kepala kuning Naruto. "Tebakanku, dia pasti sedang sibuk membaca buku mesum itu lagi."

Naruto mengelus benjolan yang kini bersarang di kepala kuningnya. "Padahal buku itu tidak seru sama sekali. Membosankan malah. Aku heran guru Kakashi selalu husyuk membacanya."

"Seharusnya aku memeriksa gulungan medis dari tsunade-sama dulu saja tadi." Keluh Sakura untuk kesekian kalinya.

"Tunggu! Bicara soal gulungan, tadi saat menuju kemari aku menemukan gulungan ini." Naruto segera mengeluarkan sebuah gulungan dari kantong senjata dan menunjukkannya pada Sasuke dan Sakura.

"Guulungan apa itu, Dobe." Tanya Sasuke yang sejak tadi terdiam menyaksikan perdebatan kedua rekannya tersebut.

"Entahlah." Naruto mengangkat bahu. "Mungkin saja isinya sebuah jurus rahasia."

"Tapi bagaimana kalau ini jebakan musuh?"

"Sasuke-kun benar, Naruto. Lagipula, kita tidak tahu asal usul gulungan itu kan?"

"Kalian tidak usah khawatir." Naruto mengibaskan tangannya. "Kalau benar jurus rahasia kan lumayan. Lagi pula tidak ada salahnya mencoba, kan?"

Seolah tidak kehabisan akal, Naruto terus menghasut kedua temannya itu.

Iya juga sih. Pikir Sasuke dan Sakura. Lumayan kan kalau memang isinya memang jurus baru.

Setelah bergelung dengan pikiran, akhirnya mereka bertiga bergerak mengerubungi gulungan itu. Tangan Naruto mulai membuka gulungan tersebut dengan hati berdebar-debar.

Setelah gulungan itu terbuka, mereka pun membacanya dengan seksama. Sesekali alis mereka mengernyit tanda tidak mengerti.

Tiba-tiba, sebuah cahaya menyilaukan mengerubungi mereka setelah selesai membaca gulungan tersebut.

Naruto

Cahaya apa itu tadi? Apa Baekhyun EXO datang? Tapi tidak mungkin. Dia kan sedang konser. Terus kenapa tiba-tiba dingin ya? Dengan perlahan aku membuka mata dan terkejut mendapati diriku ada di depanku.
Bagaimana mungkin? Apa aku sudah mati?

Sakura

Ugh silau sekali. Kenapa tiba-tiba gulungannya mengeluarkan cahaya? Gulungan apasih itu? Mana dingin lagi. Kurasa cahaya itu sudah hilang. Dengan perlahan aku buka sebelah mataku untuk mengintip situasi, dan seketika mataku terbelalak mendapati keanehan yang ada.

Sasuke

Apakah cahaya itu memiliki efek buruk padaku? Entah kenapa aku merasa panas, seperti kegerahan padahal aku menakai baju yang tidak tertutup. Tunggu dulu, aku merasa ada keanehan disini.

Normal

"AAAAAAAAAAAAAAAA."

Teriakan itu berasal dari gadis berambut merah muda dan pemuda berambut raven, sementara pemuda berambut kuning hanya diam mematung.

*******

"Ini semua gara-gara gulungan bodohmu itu, Naruto! Bagaimana cara agar kita kembali seperti semula?!" Pemuda raven menunjuk gadis merah muda sambil merenggut.

"Sakura, berhentilah merengek dengan tubuhku. Itu sungguh memalukan." Pemuda berambut kuning mendelik pada si raven tersebut.

Karna mereka membaca gulungan bodoh Naruto yang berisi jutsu -entah- apa-itu-, roh mereka jadi tertukar.

Naruto berada dalam tubuh Sakura, Sasuke berada dalam tubuh Naruto, dan Sakura berada dalam tubuh Sasuke.

Sakura yang kini berada dalan tubuh Sasuke semakin merengut mendengar kalimat sang pemilik tubuh ini.

"Errrrr.. Sakura-chan, berhentilah memasang pose seperti itu dengan wajah Teme. Aku mual melihatnya." Naruto yang kini berwujud Sakura pun bergidik. Merinding juga melihat kelakuan Sasuke yang melambai seperti itu.

Sasuke yang terjebak dalam tubuh Naruto mendelik mendengar kalimat si maniak ramen itu. Secara tidak langsung, si Dobe itu menghinanya kan?

Hey uchiha selalu tampan dalam pose apapun. Inner Sasuke titak terima. Kecuali yang tadi tentu saja. Tambahnya miris.

Untuk sesaat keheningan melanda ketiganya. Mereka tampak sibuk memikirkan cara untuk kembali pada tubuh masing-masing.

'Pooooffftt'

"Yo ! Apa aku terlambat?" Tanpa di sangka-sangka, orang yang sejak tadi ditunggu pun muncul dari kepulan asap, lengkap dengan wajah (banyak) tanpa dosanya. Siapa lagi kalau bukan guru mesum mereka.

''Cih, terlambat katamu?" Sasuke berucap dengan sinis pada gurunya itu. 'Dasar tak sadar diri'

"Ini semua gara-gara kau, Kakashi-sensei!" Naruto menunjuk gurunya itu dengan rasa kesal yang tiada tara.

"BAKA! Ini juga gara-gara gulungan bodohmu itu, Dobe." Sasuke mendelik pada Naruto. Ia masih tidak terima berada dalam tubuh Naruto, sementara bocah kuning itu berada dalam tubuh Sakura. Dia tidak rela kalau sampai Naruto meng grepe-grepe tubuh gadis yang diam-diam ia sukai itu.

Naruto yang hendak membalas perkataan Sasuke kembali terdiam. Rasanya tidak tega memarahi diri sendiri. Begitu pikirnya.

"Guru, bagaimana ini?"

Kakashi yang masih bingung dengan kelakuan 2 muridnya itu menoleh pada satu muridnya yang tersisa. Pria bermasker itu semakin bingung mendapati Sasuke (sebenarnya Sakura) memandangnya dengan mata berkaca-kaca. Tangan pemuda raven itu memegang kimono putihnya guna menutupi dada bidangnya yang terekspose.

'Apa mereka melecehkan Sasuke?'

Kakashi shock. Sedangkan Sasuke sendiri frustasi melihat image Uchihanya hancur di tangan Sakura.

.
.
.
.

Kakashi memandang muridnya satu persatu. Sakura sudah menceritakan kejadian aneh itu padanya. Kakashi mengerti sekarang, tapi dia geli juga saat mendengar penjelasan Sakura yang berada dalam tubuh Sasuke menceritakan kronologinya dengan suara bass khas laki-laki yang jadi terdengar menggelikan di telinga pria bermasker itu.

"Setahuku ini adalah jutsu pemindah roh (ngarang banget xD). Saat kau membaca isi gulungannya, otomatis rohmu akan berpindah pada orang lain." Kakashi menjelaskan setelah membaca gulungan pembawa bencana itu.

"Kenapa tidak terjadi padamu, Sensei? Bukankah tadi kau membacanya?" Tanya Naruto bingung.

"Jutsu ini akan bereaksi jika yang membacanya lebih dari satu orang."

"Jadi kalau hanya satu orang, jutsu itu tidak akan bereaksi?" Sakura mengambil kesimpulan. Kakashi mengangguk sebagai jawaban.

"Jadi, bagaimana cara untuk kembali ke tubuh kami masing-masing ?" Tanya Sasuke yang kini bersemayam ditubuh Naruto. Maaf saja, dia tidak mau lama-lama terjebak dalam tubuh si Dobe ini. Sungguh tidak enak sama sekali.

"Kalau tidak salah, jutsu ini hanya bertahan selama 24 jam. Setelah itu keadaan akan kembali seperti semula."

"Maksudmu roh kami akan berpindah kembali pada tubuh kami masing-masing setelah 24 jam?"

Kakashi mengangguk.

"Apa tidak ada cara untuk mematahkan jutsu ini lebih cepat?" Tanya Sasuke lagi. Sungguh, ia sudah tidak tahan dengan tubuhnya ini.

Kali ini Kakashi menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan Sasuke.

"Kalau aku sih tidak masalah menunggu 24 jam." Naruto tertawa janggal. Ingat, Naruto sama mesumnya dengan kedua gurunya itu.

Sasuke mendelik pada Naruto. Enak sekali si Dobe itu bicara. Sasuke tidak sudi lama-lama di dalam tubuhnya saat ini.

'KRETTEEEKK (?)'

Suara kepalan tangan yang diremas menghentikan cengiran mesum Naruto.

"Kalau jutsu ini sudah di patahkan, akan kuhajar kau, Naruto." Ucap Sakura tajam. Naruto bergidik mendengarnya.

Kakashi terkekeh melihat kelakuan ketiga muridnya itu. Jujur, dia merindukan saat-saat seperti ini.

"Kurasa tidak buruk juga seperti ini. Jarang-jarang aku melihat Sasuke yang manis, Naruto yang kalem, dan Sakura yang bersemangat." Kakashi tertawa tanpa dosa. Padahal ini juga gara-gara dirinya yang terlambat datang.

Perkataan Kakashi sontak mendapat deathglare gratis dari ketiga muridnya itu hingga ...

"RASENGAN"

"CHIDORI"

"SHANNARO"

... mendapat serangan gratis dari ketiga muridnya tersebut.

********

Hari menjelang malam saat Naruto, Sasuke dan Sakura keluar dari kedai Ichiraku. Tadinya Kakashi bersama mereka, tapi karena seorang Anbu memberitahu bahwa Hokage memanggilnya, akhirnya pria bermasker itu pergi dari sana setelah membayar ramen yang mereka makan. Katanya sih sebagai permintaan maaf, jadilah Kakashi mentraktir ketiga muridnya itu.

Saat perjalanan pulang hanya keheningan yang menemani langkah tiga sekawan itu. Tidak bisa dibilang hening juga, karna sedari tadi Naruto terlihat menggerutu tidak jelas.

"Berhentilah menggerutu, Dobe. berisik." Sasuke yang jengah dengan tingkah Naruto pun membuka suara.

"Kau tidak mengerti perasaanku, Teme. Aku sangat lapar, tapi Sakura-chan hanya memperbolehkan ku makan satu mangkuk ramen saja. Padahal kan sedang ditraktir Kakashi-sensei. Sakitnya tuh disini." Sahut Naruto sambil mengelus perutnya yang masih lapar.

"Aku tidak mau tubuhku melar seperti Chouji, mengingat selera makanmu itu, Naruto." Ucap Sakura malas. Naruto semakin menggerutu mendengarnya.

Lama mereka berjalan, hingga ketiganya berhenti di sebuah pertigaan menuju rumah masing-masing.

"Kita berpisah disini. Karena Kakashi-sensei bilang jutsu ini bertahan 24 jam, jadi kurasa tidak masalah kita istirahat dirumah masing-masing."

"Hn." Gumam Sasuke seolah meng-iyakan kalimat gadis merah muda itu.

"Dan kau Naruto...." Sakura menunjuk Naruto yang masih setia mengelus perutnya sambil terus menggerutu tidak jelas. "Aku tidak akan segan untuk menghajarmu jika kau berani macam-macam dengan tubuhku. Ingat itu!"

Naruto terlihat mencibir, "Heh, Teme. Awas kalau kau macam-macam dengan tubuhku juga." Dengan percaya dirinya, Naruto berkata sambil menunjuk Sasuke.

"Cih. Apa bagusnya tubuh hitamu ini? Akan aku bakar dengan Amaterasu." Sahut Sasuke datar. Percaya sekali si Dobe ini. Membayankannya saja Sasuke tidak sudi.

"Kau...."

"Sudah-sudah, kalian ini." Lerai Sakura. "Aku pulang duluan. Jja ne." Sakura berjalan meninggalkan Sasuke dan Naruto yang masih berdebat lewat tatapan mata.

Dalam pandangan orang lain, mungkin yang terlihat saat ini adalah Naruto dan Sakura yang sedang berdebat. Namun kenyataannya, mereka adalah Sasuke dan Naruto.

Keduanya terus bertatapan tajam, hingga dengan kompak membuang muka dan berjalan kearah yang berbeda.

********

Begitu sampai didepan rumah, Sakura menghela nafas. Bagaimana dia bisa lupa, rumahnya ini kan sedang direnovasi. Orang tuanya sedang keluar desa. Rencananya ia memabg akan menginap dirumah Ino, tapi sepertinya tidak mungkin dengan kondisinya yang seperti ini. Bisa repot nanti.

Dengan lemas, Sakura memutar tubuh dan berjalan menuju rumah sakit. Sepertinya ia akan menginap disana malam ini.

.
.
.

Di kediaman Uchiha.

Sasuke menghela napas begitu menjatuhkan dirinya dikasur yang empuk. Matanya yang kini berwarna biru terpejam. Tiba-tiba ia memikirkan kelanjutan hidupnya.

Dulu Sasuke memiliki dua tujuan dalam hidupnya, yaitu balas dendam -yang berakhir dengan penyesalan- dan juga membangun kembali klan-nya yang nyaris punah.

Sasuke sadar, untuk membangun kembali klan-nya ia membutuhkan bantuan seorang wanita. Dan ia sudah menentukan siapa wanita yang tepat untuk melahirkan anak-anaknya kelak.

Sasuke hanya menginginkan wanita itu. Tidak mau yang lain. Tapi apakah wanita itu masih mau menerimanya mengingat ia selalu membuat wanita itu terluka dan menangis.

"Aku harus bagaimana, Sakura."

********

Sakura berjalan dalam keheningan menuju rumah sakit. Hanya suara jangkrik dan sinar rembulan yang menemani. Langkahnya terhenti saat melewati sebuah bangku yang memiliki banyak kenangan untuknya. Bangku yang menjadi saksi saat pertemuan pertama hingga perpisahannya dengan Sasuke saat pemuda itu memutuskan meninggalkan Konoha untuk berguru pada orochimaru. Meninggalkan dirinya yang pingsan dibangku yang dingin ini sendirian ketika berusaha mencegah pria itu untuk tidak pergi.

Entah kenapa hati Sakura terasa sakit setiap mengingat kejadian itu. Hubungannya dengan Sasuke setelah pemuda itu kembali ke Konoha pun tidak ada kemajuan.

Mungkin tidak akan pernah. Batin Sakura miris.

"Sakura-chan."

Lamunan Sakura buyar saat merasakan seseorang menepuk pundaknya. Saat menoleh, ia menemukan Naruto tengah menatapnya penuh tanya.

"Kenapa malam-malam kau ada disini, bukankah tadi kau sudah pulang?" Tanyanya cemas.

Sakura tersenyum pada sahabatnya itu. "Aku mau ke rumah sakit. Aku lupa rumahku sedang direnovasi. Kau sendiri, dari mana malam-malam begini?" lanjutnya seraya mendudukkan diri diikuti Naruto.

Naruto menggaruk belakang kepalanya dan nyengir tanpa dosa. "Hehehe. Aku masih lapar, Sakura-chan. Jadi aku ke kedai Ichiraku lagi."

"Kau ini..." Sakura menghela napas sebelum ia mendongak menatap langit yang dihiasi bulan dan bintang.

Untuk sesaat, keheningan menyelimuti mereka berdua.

"Apa kau ada masalah, Sakura-chan?"

Sakura tersenyum mendengar pertanyaan sahabatnya itu. Naruto memang selalu peduli padanya. "Aku tidak apa-apa."

Namun sepertinya Naruto tidak percaya begitu saja. "Apa ini karna Teme?" Tanyanya hati-hati.

Sakura terdiam. Naruto menatap sahabatnya itu dengan tatapan yang sulit diartikan. "Bersabarlah, Sakura-chan. Aku yakin si Teme itu hanya perlu meyakinkan dirinya sendiri."

Sakura menoleh pada Naruto dan mendapati maniak ramen itu sedang tersenyum tulus padanya.

Ya. Semoga saja.

Sebuah cahaya tiba-tiba muncul dan menyelimuti Sakura san Naruto. Mereka saling berpandangan heran sebelum semuanya menjadi gelap.

********

Begitu Sakura membuka mata, gadis itu mendapati Sasuke memandangnya dengan cemas. Tunggu, bukankah dia sedang berada dalam tubuh Sasuke? Dengan segera, Sakura memeriksa tubuhnya sendiri. "I-ini...."

"Kurasa pengaruh jutsu itu sudah hilang." Sasuke yang mengerti kebingungan Sakura pun membuka suara.

"Tapi bukankah belum 24 jam?"

"Entahlah." Sasuke juga heran, dan ia lebih heran lagi kenapa Sakura malam-malam ada disini bersamanya. Itu berarti sebelumnya Sakura bersama Naruto, kan?

"Sedang apa kau dan Naruto malam-malam ada disini?"

Entah perasaan Sakura saja atau bukan, nada bicara Sasuke seperti tidak suka.

"A-aku bertemu dengannya disini saat menuju ke rumah sakit."

"Kau sakit ?" Nada bicara Sasuke memang datar, namun mata pria itu memancarkan kecemasan.

"Ti-tidak. Aku lupa rumahku sedang direnovasi. Tadinya aku akan menginap di rumah Ino, tapi tidak mungkin aku ke rumahnya saat aku berada dalam tubuhmu. Bisa heboh dia nanti." Sakura terkekeh membayangkannya.

Sasuke diam tidak menjawab. Pria itu sibuk memperhatikan Sakura. Melihat senyum Sakura, ia merasa seperti orang paling jahat didunia.

Sasuke akui ia memang jahat selalu membuat gadis ini menangis dengan perilaku dan kata-katanya yang kasar. Bahkan ia nyaris membunuh gadis ini berkali-kali. Gadis yang diam-diam ia sukai saat masih Gennin. Gadis yang mati-matian ia tolak keberadaannya. Gadis yang mencintainya dengan tulus. Gadis bodoh yang selalu menunggunya untuk pulang ke Konoha. Dan Sasuke .... mencintai gadis itu.

"Maaf...." Hanya kata itu yang keluar dari bibir Sasuke mewakili semua penyesalan yang ia rasakan.

"Maaf? Untuk apa?" Sakura menoleh dan menatap bingung pada Sasuke.

Sejenak Sasuke terdiam. Onixnya masih setia menatap emerald Sakura. "Untuk semua kesakitan yang kau rasakan karna aku. Untuk semua airmata yang kau buang karna aku. Membuatmu menyia-nyiakan waktu hanya untuk menunggu orang seperti aku. Aku bahkan nyaris membunuhmu waktu itu. Seharusnya kau membenciku mengingat aku selalu jahat padamu. Tapi kau tidak melakukannya. Kau memberikan senyumanmu saat aku memutuskan kembali ke desa ini. Disaat semua warga desa tidak lagi percaya padaku, kau dan Naruto menerimaku dengan tangan terbuka setelah apa yang aku lakukan pada kalian. Aku..."

"Cukup, Sasuke-kun..." Sakura tidak sanggup lagi menahan airmata nya. Ia tidak mau Sasuke terus menyalahkan dirinya sendiri. "Aku akan selalu memaafkan kesalahanmu. Kau ingat? Aku juga sempat ingin membunuhmu. Tapi aku tidak bisa. Aku tidak sanggup membunuhmu, Sasuke-kun. Aku mencoba untuk membencimu, tapi aku tidak bisa. Rasa cintaku mengalahkan rasa benciku padamu."

Lagi-lagi Sakura mengungkapkan perasaannya pada Sasuke. Tapi ia tidak peduli. Sakura hanya ingin Sasuke tau bahwa ia selalu mencintainya. Tak apa walau Sasuke tak membalas perasaannya.

"Jangan pernah merasa dirimu sendirian lagi didunia ini, Sasuke-kun. Karena kau masih punya kami. Aku, Naruto, dan Kakashi-sensei akan selalu ada untukmu. Kami akan selalu menjadi tempat untukmu pulang. Walaupun kau pergi jauh dari kami, aku yakin pada kami lah kau akan kembali pulang." Sakura tersenyum pada Sasuke walau kedua matanya sudah di banjiri airmata.

Sasuke tertegun. Sakura benar, tim 7 sudah seperti keluarga baginya. Jadi untuk apa ia selalu merasa sendirian selama ini?

Tanpa sadar, Sasuke melengkungkan sebuah senyum tulus yang belum pernah ia tunjukkan pada siapapun kecuali keluarganya.

"Terima kasih, Sakura." Sasuke membawa Sakura kedalam sebuah pelukan. Sasuke berjanji tidak akan membuat gadis ini menangis lagi karena dirinya. Sudah cukup ia memberikan penderitaan pada gadis musim semi ini. Ia akan mengganti kesedihan yang dialami gadis yang mengingatkannya pada sang ibu itu dengan kebahagiaan. Sasuke berjanji, ia akan menjaga dan melindungi Sakura. Ia tidak ingin kehilangan orang yang paling berharga lagi dalam hidupnya.

"Sakura, mau kah kau mengganti margamu dengan margaku, menjadi menantu dari ibuku dan melahirkan anak-anakku?"

Sakura tertegun mendengar kalimat yang terlontar dari pria yang ia cintai. Sakura mendongak untuk melihat Sasuke dan ia mendapati pria itu tengah tersenyum manis padanya.

Apa Sasuke melamarnya ?

"Menikahlah denganku, Sakura."

Dan perkataan Sasuke menjawab pertanyaan dalam benak gadis musim semi itu. Sakura hanya mampu mengangguk dalam dekapan Sasuke. Sakura menangis bahagia. Akhirnya penantian nya tidak sia-sia. Perasaan yang ia jaga bertahun-tahun akhirnya terbalas oleh Sasuke.

Sasuke merenggangkan pelukannya dan ia mengangkat dagu Sakura agar gadis itu menatapnya.

"Aku tidak akan membiarkanmu menangis lagi karna aku." Sasuke pun menghapus airmata Sakura dengan ibu jarinya. Setelah itu ia mengecup kedua mata Sakura yang terpejam. Turun ke hidung, hingga ampailah pada bibir cherry Sakura. Sasuke mengecupnya dengan lembut dan hati-hati, seolah-olah Sakura adalah kaca yang rapuh dan bisa pecah kapan saja.

Oke, jangan ganggu mereka yang sedang berlovey dovey ria. Apa kita melupakan sesuatu?

Apa?

Naruto ?

Aaaah... Naruto. Mari kita lihat keadaan si bocah kyubi itu.

********

-Dikediaman Uchiha-

Terlihat dalam kegelapan mension Uchiha, sesosok makhluk kuning tengah meraung-raung seraya menggedor-gedor pintu utama mension Uchiha yang terkunci.

"Temeee, buka pintunya. Huwaaaaa mama papa Naru atut. Huhuhuhuhu."

Saat pengaruh jutsu itu hilang, Naruto baru sadar bahwa dirinya sedang berada dalam kamar dirumah Sasuke yang gelap.

Semua orang tau Naruto paling ANTI pada komplek Uchiha yang sepi seperti kuburan menurutnya itu. Ditambah kejadian pembantaian seluruh klan Uchiha yang gosipnya komplek Uchiha menjadi angker karna nya.

Dan seperti yang kita tau, Naruto itu PENAKUT kalau sudah berhubungan dengan yang namanya hantu.

Apa saking takut nya, kau lupa bahwa kau itu seorang ninja, Naruto ?? ckckckck.

Selesai

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro