Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Trauma

Hypnosismic AU!
Pairing: Riou Mason Busujima x Yamada Saburo
Riou x Trauma!Saburo
Genre: Maybe thriller, Maybe survive, Hurt and others
Warn: OOC,Typo and mature containt
Enjoyy

Saat itu Riou tengah iseng berjalan-jalan meninggalkan Yokohama. Saat ia sedang menenggak sekaleng soda dingin,ia mendengar sesuatu,"To... long!! To... long aku..."seperti teriakan lemah,ia segera mencari asal suara itu dan mendapati,mantan rivalnya berjalan ke arahnya dengan tangan kiri yang hampir putus dan anak itu hanya menggunakan celana gakurannya saja,dan ia dalam kondisi babak belur.

Tak lama,Riou mendengar suara seolah Saburo sedang dikejar,dengan segera ia menggendong Saburo ala bridal dan berlari menjauh,ia tak ingin mengacau di daerah teritorial orang lain. Saburo berbisik lemah,"Bawa... aku..."sembari berlari, Riou melirik Saburo khawatir,"Kenapa seperti ini?"tanyanya pada Saburo yang telah jatuh pingsan. Ia tak habis pikir,apa yang baru saja terjadi pada Saburo? Namun ia segera membuat keputusan yang tepat dengan membawa Saburo kabur dari tempat aneh itu yang ia tahu adalah tempat transaksi narkoba dan lainnya.

"Sial! Kita kehilangan dia!"Riou mendengar perkataan itu saat ia dan Saburo bersembunyi dibalik sebuah tembok,setelah ia rasa aman,ia segera membawa pergi Saburo dari sana. Ia segera membawa anak itu ke rumah sakit,ia tak tahu kalau kedua kakak anak itu sudah mati karena tersiksa dan akhirnya keduanya memilih mengakhiri hidup.

"TIDAK!! AKU TIDAK MAU!! I-ITU PASTI OBAT BIUS KAN?! ITU... KALIAN INGIN MEMBI-USKU KAN?!"teriak Saburo ketakutan setiap kali ia melihat jarum suntik,Riou hanya menatapnya dari luar jendela,trenyuh namun tak bisa berbuat banyak. Saat ia melihat Saburo yang kembali terisak dan menangis ketakutan,ia segera masuk dan memeluknya erat. Ia berusaha menenangkan Saburo sementara suster secara hati-hati menyuntikkan antibiotik pada anak itu. Beberapa minggu berlalu,Saburo akhirnya sudah diperbolehkan untuk keluar dari rumah sakit.

Saat ia tahu kalau kedua kakak Saburo sudah mati,ia segera mengurus ijin adopsi untuk Saburo agar ia bisa menjadi orang tua asuh Saburo dan membantu anak tak bersalah itu keluar dari traumanya,setelah ia selesai mengurus surat menyurat yang menyangkut Saburo,ia segera memindahkan Saburo ke apartemennya yang berada di Yokohama,dan membuat anak itu meninggalkan Ikebukuro untuk selamanya. Bukan hal yang mudah untuk mengeluarkan Saburo dari traumanya,setiap kali Saburo melihat botol kaca,pisau,jarum dan lainnya, anak itu bisa berteriak histeris dan menangis ketakutan karena ia ingat bagaimana ia diperkosa,disiksa dan lainnya dengan benda-benda laknat itu. Riou bahkan harus menyembunyikan separuh koleksi kesayangannya hanya agar Saburo tak begitu ketakutan lagi. Namun tetap saja,trauma Saburo tak hanya sebatas dengan benda,setiap kali anak itu bertemu pria atau wanita yang memakai pakaian hitam,ia pasti akan mundur,lalu berteriak histeris dan ketakutan.

"TIDAK!!! TI-DAK!! JAUHKAN!! JAUHKAN ITU!!"teriak Saburo ketika ia melihat Riou tengah mengambil sebilah pisau untuk memotong sayuran,Riou segera menyimpan kembali pisaunya,lalu mendekati Saburo yang berdiri dengan kedua kaki yang bergetar hebat dan mata yang kembali dialiri air mata. Riou segera meraih Saburo ke dalam pelukannya dan berusaha menenangkan anak itu lagi,"Ssh... tenanglah... aku takkan melukaimu kok."bisik Riou lembut ditelinga Saburo. Ia lalu menggendong Saburo yang sedari tadi meronta-ronta minta dilepaskan,menuju kamarnya. Ia membaringkan Saburo diatas ranjang queen sizenya dan memutarkan lagu-lagu klasik guna menenangkan Saburo.

Beberapa hari berlalu semenjak kejadian itu,Saburo terlihat sangat acak-acakan dengan kantung mata yang sangat tebal karena ia tak bisa tertidur sama sekali,masih takut kalau ia tertidur,ia akan diculik dan kembali disiksa dan diperkosa. Riou yang sangat mengkhawatirkan keadaan Saburo berusaha membujuknya agar mau tidur,namun Saburo seolah abai. Sudah seminggu lebih ia tidak tertidur dan kini semakin parah saja,anak itu tak mau makan karena ia takut dalam makanannya dicampurkan obat-obatan terlarang atau apapun. Ia juga tak ingin minum,dengan alasan yang kurang-lebih hampir sama dengan alasannya tak ingin makan,  Saburo juga selalu menutup kedua telinganya hampir sepanjang hari dan berteriak,"AKU GAK MAU!! JAUH!! JAUHIN AKU! A-AKU GAK MAU LAGI!!"

Riou akhirnya menyerah,ia akhirnya meminta tolong pada Jakurai untuk meminta saran,namun saran dari Jakurai adalah,"Mengajaknya keluar, dan membantunya bersosialisasi, kemudian katakan padanya kalau tak ada lagu yang akan menyiksanya dan aku bersamamu. Kalau ia tidak mau tidur,kamu harus memaksanya minum obat tidur terkadang,bisa sangat berbahaya kalau ia tak tidur dengan cukup."Riou hanya mengangguk dan berterima kasih sebelum mengantarkan Jakurai hingga pintu apartemen.

Riou menatap Saburo yang masih bersembunyi disudut ruangan dengan memeluk kedua lutut mungilnya,ia mendekati anak itu secara perlahan, sembari di mulutnya mengulum obat tidur tanpa menelannya,ia menarik tangan Saburo,dan mencium bibir anak itu lembut,dan saat Saburo berontak tak ingin lebih lanjut,ia segera menekan kepala bagian belakang Saburo agar tetap berciuman sementara ia memindahkan obat di mulutnya ke mulut mungil Saburo. Ia juga memastikan Saburo menelan obatnya sebelum ia melepaskan ciuman dan menghadiahi satu kecupan di leher jenjang Saburo.

Tak lama setelahnya,efek obat yang diminumkan Riou mulai terjadi, Saburo tertidur lelap didalam pelukan erat dari Riou di kamar Riou sendiri, ia mengelus surai hitam Saburo,yang selama ini sebenarnya sangat ia sayangi namun ia tak bisa memiliki, karena selain kenyataan ia dan Saburo adalah musuh,umurnya dengan Saburo pun terpaut jauh. Ia senang saat ia mendapat hak asuh atas Saburo walau ia sedikit sedih saat mendapat kenyataan kalau Saburo sedang dalam masa trauma yang panjang.

Riou menghela napasnya pelan,lalu diam-diam mengecup bibir manis Saburo dan menyusul anak itu ke alam mimpi dengan Saburo yang masih berada di pelukannya. Pagi pun tiba,Saburo terlihat masih tidur didalam pelukan erat dari Riou. Secara perlahan,Riou melepas pelukan itu dan beranjak ke dapur guna membuatkan sarapan. Setelah itu,setelah ia selesai membuatkan Saburo sarapan,ia menatap wajah tidur Saburo yang terkesan polos, entah apa yang merasukinya,ia meletakkan nampan berisi sarapan untuk Saburo dan mendekati bibir cherry Saburo dan mengecupnya lembut,tanpa nafsu ataupun paksaan. Hanya kecupan lembut yang ia ubah sedikit menjadi ciuman lembut. Netra hetero Saburo terbuka,dan saat ia akan berteriak,Riou kembali membungkam mulutnya menggunakan ciuman lembut. Saburo akhirnya secara perlahan menjadi pasrah,ia hanya bisa pasrah saat dirinya dicium seperti itu,sebagian karena ia tak bisa bergerak,sebagian lagi,menurutnya ciuman dari Riou tak mengandung paksaan sama sekali dan terasa sangat berbeda padanya. Riou akhirnya melepas ciuman ketika Saburo sudah mulai memukuli punggungnya karena kehabisan pasokan oksigen,ia menatap Saburo lembut,"Maaf,"katanya lembut, Saburo menggeleng,"Da... daijoubu."sahutnya pelan,Riou tersenyum,"Sarapan dulu? Kamu sudah berhasil tidur,jadi kini kamu harus berhasil menelan seluruh sarapanmu dan aku akan mengabulkan semua permintaanmu kalau kamu berhasil memakan seluruh sarapanmu tanpa memuntahkannya."bujuk Riou lembut,dengan wajah sedikit tertekuk,Saburo berusaha menghabiskan sarapannya tanpa memuntahkannya dan ia berhasil, Riou menatapnya dengan senyum di wajah pria itu,"Apa yang kauinginkan dariku?"dengan wajah sedikit memerah dan ragu,Saburo menjawab,"K... kissu..."Riou kembali tersenyum,secara perlahan ia mendekatkan wajahnya pada wajah Saburo lalu mencium bibir lembut Saburo dengan lembut seperti biasa, tanpa paksaan dan nafsu. Saburo tersenyum lagi,ia kembali memeluk Riou erat dan menyembunyikan wajahnya yang memerah di pelukan Riou.

Riou tahu,Saburo masih trauma dengan benda tajam dan warna hitam. Bukan hanya trauma,tepatnya lebih kearah fobia terhadap benda tajam yang pernah menusuk, mengiris,dan lainnya pada tubuh mungilnya yang lembut. Ia tetap mengurus Saburo dengan sabar dan telaten,walau terkadang ia harus memaksa anak itu meminum obat tidur agar anak itu bisa tertidur.

Suatu ketika,saat ia ada urusan diluar kota,lebih tepatnya saat ia akan berpamitan pada Saburo,tiba-tiba saja kedua kaki Saburo bergetar hebat dan anak itu melangkah mundur, merasa sangat ketakutan. Riou yang melupakan warna pakaiannya saat ini berjalan maju,mendekati Saburo yang masih ketakutan setengah mati.

Saburo yang terpojok akhirnya jatuh terduduk,ia menangis,"Ku... kuro... ku... ro..."isaknya ketakutan,Riou mengerinyitkan dahinya lalu menatap Saburo,"Kuro?"tanyanya,ia pun baru sadar kalau pakaiannya saat ini berwarna hitam secara keseluruhan. Ia segera menyambar jas panjangnya yang berwarna putih dan memakainya guna menutupi pakaian hitamnya. Ia berjongkok dihadapan Saburo lalu mengecup dahi anak itu dengan lembut,"Aku pergi dulu, makanan ada dikulkas dan kau hanya perlu memanaskannya. Jaga dirimu dan jangan bukakan pintu bagi siapapun kecuali aku."Saburo mengangguk kecil,lalu menatap kepergian Riou dari dekat rak buku.

Setelah pintu apartemen Riou tertutup,ia berjalan gontai menuju kulkas dan membuka isinya. Ia mengambil sekarton susu dan meminumnya segelas kecil,lalu duduk di lantai ruang tengah,tanpa melakukan apapun. Saat ia hampir tertidur,ia mendengar gebrakan di pintu depan apartemen Riou dan menoleh,menatap sekelompok perampok bersenjata tajam. Mengalahkan rasa takut,insting bertarunya dipaksa berjalan. Ia mengambil sebuah pedang yang disembunyikan Riou,lalu dengan kedaan tak sepenuhnya sadar,ia menyerang para perampok itu hingga dua diantaranya mati ditangannya. Ketika perampok lainnya berlari meinggalkannya sendiri,ia tersadar.

Serangan panik menghantam dirinya, ia bergerak mundur,menatap kedua tangannya sendiri yang berlumuran darah,lalu berteriak sekencangnya,"AAHHHHHHHHHHHH!!!!!!!!!!!"Riou yang kebetulan baru saja keluar dari lift,mendengar teriakan melengking Saburo,ia segera saja berlari menuju kamar apartemennya yang terbuka lebar. Pemandangan didalamnya membuatnya terkejut, pedang kesayangannya berlumuran darah menusuk salah satu orang asing bertopeng dan yang satunya tergeletak tak jauh dari Saburo. Sementara itu Saburo yang masih ketakutan,semakin meringkuk di sudut ruangan. Riou segera memakai kembali jas putihnya dan mendekati Saburo,menarik anak itu ke pelukan tanpa peduli jas putihnya kini dikotori oleh darah dari tubuh Saburo. Setelah ia memastikan Saburo tak terluka,ia menelepon Jyuuto untuk meminta pria itu mengurus orang asing yang bukan hanya berniat merampok isi apartemen Riou,mereka juga ingin menculik Saburo lagi. Ternyata kelompok itu adalah kelompok yang dahulu pernah menculik Saburo hingga membuatnya trauma berat.

Setelah mayat kedua perampok itu dibawa ke rumah sakit dan komplotannya diringkus,Saburo yang masih dalam pelukan Riou hanya terisak ketakutan sementara Riou menenangkannya. Secara perlahan, Riou melepas pelukannya guna mengganti pakaiannya terlebih dahulu. Ia kembali saat Saburo sudah tertidur di sofa ruang tengah,ia menggendong anak itu dan membawanya ke kamar,lalu berkata lembut sembari menyelimutinya,"Otsukaresama. Kau berhasil melalui ketakutanmu demi melindungi dirimu sendiri. Aku bangga padamu." Saburo hanya tersenyum tipis dalam tidurnya hingga Riou ikut tertidur disisinya sembari memeluknya. Sebelum tidur, Riou juga sudah memastikan pintu dan jendela apartemennya sudah tertutup rapat dan terkunci.

Kalian sudah memastikan pintu dan jendela kalian tertutup kan~? Hati-hati saja dengan pintu dan jendela kalian,siapa tahu ada yang berniat masuk dari sana kan? Kalian juga sudah memastikan di dekat kalian ada senjata apa saja kan? Bisa saja orang yang berniat masuk itu membawa senjata api ataupun senjata tajam~.

Tamat

[A/N]
Jan lupa voment,udah pastiin pintu jendela ketutup kan?

Regards
Ark

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro