Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

"Tou-sama!!"

Hypnosis mic AU!
Pairing: Riou Mason Busujima x Yamada Saburo
Genre: Hurt(?),Comfort(?),Death character and others
Warn: OOC,typo and others
Enjoyy

Ryoichi tengah menikmati malam terakhirnya dengan sang ayah sebelum Riou ditugaskan entah kemana,Riou dengan iseng memakaikan Ryoichi topi miliknya,"Kelak,"ia berkata lembut pada putra yang tengah ia pangku,"Kamu akan mengikuti jejakku."ia memeluk Ryoichi dengan lembut,sebelum menarik Saburo ke pelukannya,"Aku juga akan kembali, suatu saat nanti."ia tersenyum saat mengatakannya,senyum yang terkesan mistrerius dimata Saburo. Keesokan paginya,Ryoichi yang baru berumur delapan tahun  melambai dari atas gendongan Saburo,pada sang ayah yang sedang berdiri di dek kapal. Riou yang melihat lambaian itu membalas dengan sikap hormat,seperti saat ia menghadap sang ayah. Ryoichi tersenyum kekanakan saat menatap sang ayah,ia sangat mempercayai ucapan sang ayah. Saburo yang menatap kepergian Riou,hanya bisa menahan tangisannya karena ia harus terlihat kuat dihadapan sang putra.

Setelah kapal yang dinaiki Riou berangkat,Saburo menurunkan Ryoichi dari gendongannya dan ketika para keluarga dari para perwira sudah pulang,ia dan Ryoichi menghormat ke arah laut,lalu pulang dari pelabuhan. Setiap hari,Ryoichi melakukan hal yang sama saat Riou berangkat,tanpa rasa bosan,ia tetap pergi ke laut dengan atau tanpa Saburo dan menghormat kesana,kemudian tersenyum bangga setelahnya.

Beberapa tahun berlalu,kini Ryoichi menginjak umur ke-lima belas,namun sang ayah belum pulang juga. Ia masih melakukan hal yang sama,dari hari ke hari,tanpa bosan sama sekali ia tetap menanti kepulangan Riou. Walau ia menerima ledekan dari teman-temannya, ia hanya membalasnya dengan senyuman dan tetap melakukannya. Walau Saburo sudah mulai menyerah menunggui kepulangan Riou dan mulai melarang Ryoichi ke laut lagi,Ryoichi tetap melakukannya diam-diam. Hingga akhirnya Saburo juga menyerah dengan kelakuan Ryoichi yang satu itu dan membiarkan Ryoichi pergi ke lautan demi menunggu sang ayah kembali.

Saat ulang tahun ke-delapan belas,ia berharap sang ayah pulang,namun Riou tak juga pulang dari tugasnya entah dimana. Ia menghela napas berat,lalu diam-diam menyalakan rokoknya,ia melakukannya semalam sebelum ia berangkat ke kamp militer guna mengikuti wajib militer,dan menepati janjinya pada sang ayah,delapan tahun yang lalu. Ia menghisap rokoknya dalam-dalam di atap rumahnya,lalu menatap langit. Ia menatap gugusan perbintangan yang kebetulan sedang tersebar indah,lalu berkata,"Tou-san,kapan kau pulang? Besok aku mengikuti jejakmu,dan hari ini ulang tahunku yang kedelapan belas dan kau kenapa belum pulang juga?"ia menghembuskan asapnya ke langit malam yang cerah,matanya menyorotkan sorot sendu,"Papa sudah hampir menyerah,tou-san kenapa belum pulang juga? Aku merindukanmu,tou-san."ia kembali menghisap rokoknya,lebih dalam dari yang ia lakukan tadi,"Aku tetap melakukan hal itu,hal yang sama dengan saat kau pergi dulu,tou-san. Tanpa aku peduli kalau papa melarangku dan teman-temanku mengejekku. Tou-san... aku merindukanmu..."matanya terasa memanas,ia meneteskan air matanya saat ia mendengar langkah kaki menaiki tangga ke atap. Ia segera mematikan rokok yang ia hisap dan berkumur sebelum menghisap permen mint,"Masih merindukannya?"pertanyaan itu dikeluarkan oleh mulut Saburo,Ryoichi mengangguk pelan,tanpa menoleh.

"Aku juga."Saburo duduk disebelah sang putra lalu mengelus rambut sang anak,"Sangat,malah. Aku juga sebenarnya mulai mengira apa dia... gagal selamat di medan peperangan atau apa."namun tangannya ditepis oleh Ryoichi,"Gak! Tou-san pasti masih hidup! Mungkin ia sedang berada disuatu tempat dan akan kembali nanti kan?"kata Ryoichi dengan nada kesal,Saburo tetap mengelus surai hitam putranya,"Aku tahu,aku yakin ia sedang berada disuatu tempat dan akan pulang nanti,entah kapan itu. Tapi dia pasti akan pulang kok,"Saburo ikut menatap langit,"Karena Riou-san yang aku kenal,tak akan pernah mengingkari janjinya sendiri."kata Riou-san membuat Ryoichi menoleh, ia menatap papanya yang tengah mendongak,menatap langit dengan air mata yang tanpa sengaja menetes. Ia menghela napas panjang,"Besok aku akan pergi wajib militer..."Ryoichi tahu,Saburo tak akan setuju,namun tak bisa menolak karena itulah takdir yang dituliskan Riou pada hidup Ryoichi,maka dari itu ia tetap memaksakan diri untuk ikut wajib militer.

"Iya,papa tahu. Barangmu sudah dipacking semua?"pertanyaan dari Saburo membuatnya menatap sang papa terkejut,ia kira sang papa akan berusaha melarangnya,namun itu hanya angan. Sang papa justru menanyakan apa barangnya sudah dibereskan,seolah pasrah dengan apapun keputusan Ryoichi,ia mengangguk pelan,"Sudah."jawabnya singkat sebelum memakan permen kedua. Saburo menghela napas pelan,"Kau dan Riou-san itu sama, sama-sama keras kepala dan sulit untuk dilarang,jadi buatku,tak ada gunanya melarang kalian berdua. Apapun keputusanmu,"Saburo menatap kedua mata Ryoichi,"Aku akan mendukungnya,jangan khawatirkan aku. Aku tahu kalian berdua itu sama saja,jadi aku tak perlu khawatir akan keselamatan kalian berdua... tapi..."

"Tapi apa?"Ryoichi menatap sang papa,"Jangan merokok lagi,nanti paru-parumu rusak!"perkataan Saburo membuat Ryoichi terkejut,"Kok... papa tahu?"tanyanya pelan,Saburo tersenyum,"Aroma mulutmu itu bau rokok,tentu saja kau tadi habis merokok. Nah,kau sedang sedih ya?"tanya Saburo balik,lagi-lagi Ryoichi terkejut,namun ia memasang wajah datar,"...sedikit."ia menjawabnya dengan nada ketus. Saburo lagi-lagi mengusak rambut hitam sang putra tunggal,"Nah, jangan merokok lagi pokoknya."ia memperingatkan putranya sembari tersenyum lembut,senyum keibuan yang sangat jarang ditampakkan Saburo pada putranya. Ryoichi akhirnya menaikkan kedua sudut bibirnya sedikit,ia tersenyum tipis,"Haik."sahutnya singkat. Ia sangat berterima kasih pada Kami-sama yang memberinya orang tua yang sangat pengertian dan memiliki hati selembut permen kapas. Lagi, ia tetap mengharapkan kepulangan sang ayah,bersama sang papa. Hanya berdua,ia sadar,ketika dunia menolak keberadaan dirinya,sang papa tetap menerima dirinya apa adanya dan membuka lengan guna memeluknya ketika hatinya gundah.

Beberapa tahun berlalu,Ryoichi delapan belas tahun kini berumur dua puluh delapan tahun,ia bukan lagi anak ingusan seperti dulu,namun ia adalah perwira seperti sang ayah. Ia benar-benar mengikuti jejak sang ayah sampai sejauh ini. Ketika ia sedang menghormat kearah lautan seperti biasanya,yang tetap ia lakukan sesibuk apapun ia,suara lain menyapanya lembut,"Kau sedang menghormat siapa?"Ryoichi sangat mengenal suara itu,bukan suara Saburo maupun sahabatnya,tapi suara sang ayah. Ia menoleh ke belakang,sedikit berharap. Apa yang ia lihat membuatnya sangat terkejut, sang ayah berdiri dibelakangnya sembari menatapnya lembut.

"A... anda siapa?"ia bertanya dengan nada ragu,"Astaga... putraku melupakanku ya?"Riou bertanya balik sembari tersenyum tipis,senyum yang sama dengan senyuman yang dilihat Ryoichi umur delapan tahun,alias senyuman dua puluh tahun yang lalu.

"T... Tou-san?"ia memanggil guna memastikan penglihatannya tak salah lihat,Riou memang tak banyak berubah,hanya wajahnya saja yang terlihat lebih tua dan tegas,namun penampilannya tetap sama. Riou tersenyum lalu mendekati Ryoichi perlahan,derap langkahnya menyadarkan lamunan sesaat Ryoichi. Pria muda itu langsung menghambur dan memeluk Riou seerat mungkin,"Tou-sama..."ia menangis haru sembari memeluk sang ayah yang sangat ia rindukan. Isakannya pecah didepan sahabatnya yang sedang mengantarnya,ia terus terisak tanpa memerdulikan tatapan sahabatnya yang menatapnya aneh.

"Kenapa baru pulang sekarang?!"

Suara itu,mereka berdua kontan menoleh dan menatap Saburo dengan tatapan terkejut,"Pa... papa?"panggil Ryoichi pelan,Saburo ikut memeluk Riou dan menumpahkan tangisannya dipelukan pria paruh baya itu,Riou membalas pelukan keduanya tak kalah erat,"Yang penting,"ia tersenyum lalu mengecup pipi Saburo dan Ryoichi lembut,"Aku kembali seperti janjiku kan? Tapi aku tak bisa lama..."

"Kenapa?!"tanya keduanya bersamaan,"Karena..."Riou menunduk,"Aku... sudah mati."ia menatap kedua pria dihadapannya yang menatapnya terkejut,"Yang kalian peluk ini... bukanlah tubuh asliku. Tubuh asliku beradadi pemakaman,maaf ya,aku tak bisa kembali seperti mau kalian."Saburo kontan menatap mata Riou guna  mencari kebohongan di mata itu. Namun yang ia dapat adalah tatapan serius,namun sendu,dari kedua manik ocean blue milik Riou. Ia melepas pelukan itu,"R... Riou-san... kalau begitu kenapa tak dari dulu saja?!"Saburo membentak pasangannya ketus,"Karena aku ingin melihat putraku sukses dulu dan aku ingin melihat sejauh apa kalian menungguku hingga saat ini. Terima kasih ya,sudah menungguku sejauh ini. Dan... Saburo, aishiteiru, sayonara,"bayang Riou secara perlahan menghilang dari pandangan Saburo dan Ryoichi,meninggalkan luka mendalam bagi mereka berdua.

Beberapa hari kemudian,Ryoichi menatap nisan dihadapannya sebelum menghormat,"Sampai... kita akan bertemu lagi nanti,aku akan tetap merindukanmu,Tou-sama."ia mengatakannya dengan nada lirih, dan air mata yang mengalir mulus di pipi putihnya.

Tamat

[A/N]
Terinspirasi dari mini comic yang gue temuin di fb. Jan lupa vote dan comment

Regards
Ark

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro