Suki desu,Riou-sensei
Hypnosismic AU!
Pairing: Riou Mason Busujima x Yamada Saburo
Sensei!Riou x Student!Saburo
Genre: Hurt,Comfort,Fluff and maybe Romance
Warn: OOC,Typo and others
Enjoy
Saburo menatap keluar jendela kelasnya dengan tatapan kosong, seolah tak memerdulikan keberadaan Riou yang tengah mengajar di kelasnya,bukan ia tak mendengar,ia dengar,hanya saja ia malas terlihat merespon setiap perkataan yang keluar. Ia menyentuh perutnya sendiri yang terasa perih,saat ini ia tak memakai seragam gakurannya melainkan hanya memakai seragam olahraganya karena seragam gakuran miliknya sobek dan kotor,seragam itu tersobek ketika perut ratanya ditusuk oleh kakak kelasnya yang terkenal kejam nan sadis.
Tap ...
Tap...
Tap...
"Apa yang kaulamunkan,hm... Yamada Saburo?"Riou menatap Saburo dengan tatapan hangat saat ia mendatangi meja Saburo yang ia lihat sedari tadi hanya melamun,"Tidak ada."jawab Saburo singkat.
"Eh dengerkan? Songong banget kan?"
"Sementang anak emas kesayangan guru,jadi seenaknya aja."
"Gada ahlak emang,masa guru nanya masih tetap buang muka gitu?"
Saburo tetap membuang muka ketika ia mendengar bisikan tak berfaedah itu, ia jauh lebih memilih sendirian dan menjauh dari orang-orang. Riou yang mendengar bisikan itu langsung berkata dengan tegas namun tetap lembut,"Tolong diam ya anak-anak."
Bisikan itu langsung mereda ketika Riou yang turun tangan,ia kembali menatap Saburo,"Akhir jam pelajaran bapak,kamu ke kantor guru ya."ia lalu meninggalkan Saburo yang sedang menatap punggungnya,"...terserahlah."hanya gumaman itu yang ia keluarkan sebagai responnya,ia masih kesakitan dengan luka tadi pagi.
"Jadi anak-anak,tulang manusia itu berjumlah 206 buah...."
Jam pelajaran pun berakhir,Saburo dengan langkah gontai mendatangi ruang guru karena ia melamun ditengah jam pelajaran,"Konnichiwa, Riou-sensei."sapanya datar saat ia berdiri didepan meja Riou,Riou mendongak lalu menaikkan kacamatanya yang turun,"Ah,konnichiwa. Silahkan duduk."Saburo hanya diam dan melakukan apa yang diperintahkan Riou. Ia duduk dihadapan Riou dan melipat tangannya,tatapannya dingin seolah bosan dengan segalanya.
Riou menatapnya lalu bertanya,"Apa yang kaulamunkan di jam pelajaran saya?"gelengan sebagai jawaban,"Ga ada apa-apa. Hanya sedikit melamun."jawab Saburo datar,setelah ia mendapat ceramah singkat dari sang wali kelas baru,ia dipersilahkan keluar dari ruang guru.
Riou masih menatap Saburo saat Jyuto menepuk pundaknya,"Yamada Saburo ya?"tebaknya,Riou menoleh dan mengangguk,"Melamun di jam pelajaran."sahut Riou,Jyuto tertawa kecil,"Anak itu memang misterius,pak. Hanya saja prestasinya memang tak perlu dipertanyakan. Ia memang sulit bergaul,entah apapun alasannya."jelas Jyuto sembari meminum secangkir teh,"Hm... menarik..."gumaman Riou sebagai jawaban.
Saburo tengah berjalan di lorong sepi sekolahnya ketika seseorang menarik dirinya dan menghempaskannya ke tembok,ia mendesis kesakitan ketika ia melihat Nero dan Gero menghadang dirinya dan melayangkan tinju ke perutnya,"GHAKH!!"ia hanya bisa mengerang ketika luka tusukan itu terbuka lagi dan mengeluarkan banyak darah segar. Nero menjambak rambut hitamnya,lalu menghantamkannya berkali ke tembok dibelakangnya hingga berdarah. Sementara Gero,terus menendangi perut Saburo hingga Saburo memuntahkan sedikit darah,"Eh udah yuk,ntar dia mati lagi."ajak Nero ketika Saburo memuntahkan darah,Gero mengangguk,lalu berjalan meninggalkan Saburo bersama Nero.
Dengan langkah gontai,Saburo keluar dari gang itu dan saat ia tengah membawa tasnya,ia tanpa sengaja berpapasan dengan Riou. Riou menoleh saat ia melewati gurunya itu lalu memanggilnya,"Yamada-san."panggilnya,Saburo menoleh sembari menyentuh perutnya sendiri,"Doushite,Riou-sensei?"tanyanya pelan sembari menyentuh pipinya yang sedikit lebam dan seragam olahraganya yang ternoda darah,"Daijoubu desu ka?"tanya Riou dengan tatapan yang menyiratkan kekhawatiran,Saburo hanya mengangguk,"Daijoubu,sudah biasa."ia lalu meninggalkan Riou yang masih terpaku mencerna perkataan 'Sudah biasa' dari Saburo.
Saburo sesegera mungkin pulang ke apartemen pribadinya dan ia jatuh pingsan akibat ia kelelahan ditambah menahan sakit sedari tadi. Tak seorang pun tahu kalau ia terluka parah,karena ia menutupinya sendirian dan berjuang sendirian. Saat ia sadar,ia segera beringsut ke kamarnya sendiri dan jatuh tergeletak diatas tempat tidurnya dengan tangan yang memegang kotak P3K,ia lalu berusaha mengobati dirinya sendirian dengan luka tusuk yang kembali terbuka itu.
Selama beberapa hari,ia tak masuk ke sekolahnya karena ia tak sanggup menahan sakit ditambah saat ini ia sedang demam tinggi. Riou masuk ke kelasnya dan mulai mengabsen,saat nama Saburo dipanggil,tak ada yang menyahut ataupun mengangkat tangan. Ia hanya diam dan memulai pelajaran seperti biasa. Sepulang sekolah,ia memutuskan untuk pergi ke tata usaha guna mencari alamat Saburo. Setelah mendapat alamat si bungsu Yamada dan sekilas info tentangnya,ia memutuskan untuk datang ke apartemen Saburo.
Beberapa kali denting bel didengar Saburo. Ia dengan langkah gontai nyaris terjatuh beberapa kali mendekati pintu dan membukanya, ia mendongak,"Nani ka... Riou-sensei?"ia bertanya dengan nada lemah dan kaus yang sedikit mengeluarkan darah,namun ia tutupi dengan jaket miliknya.
"Kamu kenapa tidak masuk hari ini?"
Pertanyaan itu membuat Saburo menggeram pelan,"Saya sedang tak enak badan,itu saja. Kenapa seorang walas baru yang famous mau datang kesini? Mau bantu buat rumor yang tidak-tidak?"Saburo bertanya balik dengan nada tak suka,"Awas saja kalau besok saat saya masuk dan ada lagi respon yang tak enak. Itu semua salah bapak!!"ia merentak marah ketika mengatakannya,ia lalu menghela napas panjang kemudian bergeser dari pintu,"Silahkan masuk,terserah sih mau masuk atau tidak. Aku tidak peduli."ia berjalan masuk dengan langkah gontai dan tetesan darah kembali menetes dari ujung kausnya.
Riou langsung menarik tangan Saburo hingga ia terjatuh diatas sofa,"Argh!! Sakit!! Apaan sih?!"erang Saburo kesakitan saat luka di perutnya terasa bergesekan dengan kain kaus yang ia gunakan. Riou secara perlahan,walau sempat mendapat penolakan Saburo,membuka kaus yang dipakai anak itu dan menatap luka didalam kaus itu,ia terdiam. Saburo juga hanya diam tak berniat mengeluarkan perkataan apapun,hanya erangan sakit yang ia keluarkan dari bibir manisnya. Ia merasa sangat kesakitan ketika kapas berlumur alkohol itu menyapu lukanya,membersihkan darah yang masih menempel. Riou akhirnya buka suara,"Kenapa bisa seperti ini?"
Saburo mendecih,malas untuk menjelaskan,"Bukan urusan bapak,ga usah ikut campur."Riou menghela napas panjang,lalu tersenyum tipis,"Kamu anak didik saya,tentu saja terkadang saya harus tahu apa yang terjadi. Ada apa?"Saburo membuang mukanya,enggan menjelaskan,"Kalau sudah selesai,bergeserlah biat aku bisa ke dapur dan membuat minuman."Riou terdiam,sekilas ia sempat melihat binar depresi dan kesedihan dalam ekspresi datar Saburo. Entah apa penyebabnya,ia sendiri tak bisa mengoreknya.
Beberapa hari berlalu,kini Saburo sudah kembali masuk ke sekolahnya karena ia sudah sembuh,ia tetap saja hanya sendirian. Jam makan siang, kerja kelompok,jam olahraga,dan lainnya ia lakukan sendirian. Saat ia tengah duduk dibawah pohon di taman belakang sekolah,Riou datang dan tiba-tiba duduk disampingnya yang tengah menggeram kesakitan, lagi,ia dibully habis-habisan. Ia hanya memakai jaketnya karena seragamnya sudah basah dan ia lupa membawa seragam olahraga,"Hei."satu kata itu membuatnya menoleh,"..."ia hanya diam ketika Riou dengan seenaknya menyodorkan saputangan,"Gak perlu ikut campur pak. Masalah saya bisa saya selesaikan sendiri,oh iya soal tugas makalah,dan kliping,besok saya berikan ke bapak. Hari ini makalah sama klipingnya kebuang karena basah."
"He? Basah kenapa?"Riou menatap Saburo penasaran,"Ketumpah air minum."jawaban asal Saburo membuat Riou mengerinyit,"Kamu bukannya gak pernah bawa minum sendiri ya?"Saburo menyahut jengah,"Saya bawa minum sendiri, tapi kalo gak kebuang ya udah hilang. Puas?"
Riou tersenyum teduh dan menepuk kepala Saburo lembut,"Katakan saja kalau kau ada masalah. Tak apa ko-" perkataannya terputus,"AKU TIDAK BUTUH BANTUAN SIAPAPUN!!"teriak Saburo kesal sebelum pergi dari sana. Riou kembali tersenyum teduh,"Aku akan membuatmu menceritakan semuanya,Yamada Saburo."
Saat jam pulang sekolah,Riou tanpa sengaja mendengar suara teriakan lirih diiringi suara gelak tawa dari ruang kelas yang ditempati Saburo. Secara perlahan,ia membuka pintu kelas itu dan mendapati Saburo, dengan jaketnya yang basah,dan beberapa anak laki-laki lain sedang menyiksanya entah menendang, memukul atau menjambak surai lembutnya. Nero,Gero,GigaP,Giga, dan lainnya ia lihat dalam kelas itu,"Ekhm!"dehamannya membuat semua anak itu menoleh dan menatapnya dengan tatapan terkejut,"A.. ah bapak..."sesegera mungkin,mereka meninggalkan Saburo yang sudah tak berdaya dengan geraman tak suka. Didalam kelas,kini hanya ada Saburo dan Riou disisi kelas yang bersebrangan,Riou menatap Saburo yang meringis kesakitan dan secara perlahan mendekatinya,ia berjongkok didepan Saburo,"...kamu pulang bersama saya, saya tak bisa menjamin keselamatanmu jika kamu pulang sendirian."ia menggendong Saburo ala bridal dan berjalan menuju parkiran. Ia memasukkan Saburo ke kursi penumpang sementara ia duduk dibalik kemudi,"Makasih."gumaman itu keluar dari mulut Saburo ketika Riou mengantarnya hingga depan pintu apartemen.
Beberapa bulan sudah berlalu,kini Saburo dekat dengan sang wali kelas barunya itu. Memang banyak sekali rumor tak benar yang tersebar tentangnya,namun ia seolah tak memperdulikan lagi hal itu. Ia sudah mulai tersenyum,tak lagi dingin dan tak tersentuh seperti dulu,namun itu hanya berlaku pada Riou yang kini ia anggap sebagai teman pertamanya, ia tahu,sangat tahu kalau pandangan orang tentangnya semakin aneh. Ia sendiri bingung,kenapa terkadang jantungnya berdetak lebih kencang ketika ia berdekatan dengan sang guru,atau ia tiba-tiba gugup saat hanya berdua saja. Pipinya pun mulai sering merona ketika ia bersama Riou, ia tak tahu ia kenapa,dan ia memutuskan untuk diam saja tentang itu.
Hari white day datang,sebulan setelah hari valentine. Ia diam-diam membuatkan bekal untuk Riou dan saat ia bertemu Riou di halaman belakang sekolah,ia menyerahkan bekal itu sembari menggumam,"Suki, Riou-sensei!!"ia segera berlari menjauh setelah memberi bekal itu. Namun saat ia belum begitu jauh dari tempat Riou,sebuah pisau menusuk perutnya diiringi kata,"Berani sekali kau mendekati Riou-sensei!!"penglihatannya terasa mulai memburam ketika ia mendengar teriakan marah Riou. Ia pingsan dengan perut tertusuk pisau di dekat gedung olahraga.
Riou segera membawanya ke rumah sakit setelah menelepon kepolisian dan meminta anak-anak pelaku penusukan itu ditangkap. Ia menatap Saburo yang masih tak sadarkan diri di ruang UGD,"Suki mou,Yamada Saburo-kun."ia kemudian membuka bekal buatan Saburo dan memakannya sembari menunggui Saburo hingga sadar.
Tamat
[A/N]
Ketika lo nemu pict dan tetiba lo dapet ide
Dahlah jan lupa voment
Regards
Ark
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro