Peacefully death
Hypnosismic AU!
Pairing: Riou Mason Busujima x Yamada Saburo
Genre: Hurt,Comfort,Death Chara and others
Warn: OOC,Typo and others
Riou menggeram pelan lalu menguap, hari sudah pagi. Ia terbangun,tidak ada Saburo disisinya,
"Ohayou Riou-san!"
Oh,Riou sungguh merindukan suara kekanakan itu. Ia menghela napasnya kasar,menoleh ke sisi kosong ranjangnya,ia tersenyum,berat rasanya,namun ia sadar ia harus merelakannya.
Ia mengusak surai honey blondenya, lalu turun dari ranjangnya kemudian berjalan menuju kamar mandi. Saat ia mencuci wajahnya,ia berharap ada Saburo yang sedang memeluk pinggangnya sembari berkata,
"Cukuran sana! Kamu berantakan sekali,tahu!"
Tak ada yang memintanya untuk rapi, ia rindu suara itu,omelan itu,semuanya. Ia mengelap wajahnya menggunakan handuk lama milik Saburo,menghirup aroma cokelat yang lembut,mengingat bagaimana aroma tubuh Saburo. Ia menghela napasnya untuk yang kesekian kali, perasaannya pagi ini tak berubah juga dari kemarin,sama-sama sendu dan kosong,juga hampa. Tidak tahu apa yang bisa dilakukan,juga tak tahu harus apa dan bagaimana.
Ia berjalan ke dapur,membuka kulkasnya,kosong tanpa ada isi. Ia ingat kalau kulkasnya pernah dipenuhi makanan ini dan minuman itu,hingga pintunya hampir tak bisa tertutup. Semua isinya adalah milik pria mungil itu,yang selalu mengkhawatirkan dirinya.
"Kamu harus makan dengan benar! Lihat,apa ini? Hanya air putih dan susu? Juga sisa cinnamon roll? Makanan apa ini?"
Omelan Saburo terngiang jelas ditelinganya,bagaimana pria mungil yang lembut hati itu mengomelinya hanya karena isi kulkasnya kosong. Ia menatap isi kulkasnya yang hanya terisi sebotol susu dan sebungkus roti,"Hei Saburo,"ia memanggil nama pria mungil itu,"Kulkasku sekarang kosong,kamu kenapa nggak marah?"ia bertanya,nadanya sendu. Mengambil selembar roti,lalu memakannya begitu saja tanpa memberikan selai atau semacamnya. Ia kembali menghela napas berat,lalu berjalan ke ruang tengah,ia duduk di sofa didepan televisi,mengingat bagaimana kepala mungil Saburo bersandar nyaman di pundak lebarnya,
"Riou-san! Aku ingin menonton Psycho(?) Pass! Lalu Death Note dan Corpse Party!"
Ia ingat,bagaimana Saburo mengajaknya menonton sembari memakan sarapan mereka, menyalakan televisi,lalu menonton Death Note,"Saburo,"lagi,ia memanggil nama pria mungil itu,"Tolong ceritakan padaku bagaimana alur ceritanya?"ia meminta,melirik bahu dimana Saburo biasa bersandar mencari kenyamanan bersamanya. Tak ada yang memberatkan bahunya,membuat dirinya rindu akan sensasi berat yang dihasilkan Saburo.
Ia menonton anime Death Note dengan wajah tidak peduli,hanya berharap Saburo kembali untuknya. Hanya untuknya. Ia akhirnya mematikan televisi,setelah menghabiskan sarapannya sembari menonton anime kesukaan Saburo-nya dahulu. Ia berjalan,langkahnya gontai menuju kamar mandi,masuk kedalamnya lalu membuka pakaian atasnya,
"Riou-san! Coba pakai ini,aromanya enak sekali lho!"
Menatap deretan shampoo yang ada, Riou mengambil shampoo yang berada dibarisan belakang,masih terpatri jelas diingatannya,aroma cokelat yang lembut dan menenangkan,sungguh khas sekali dari seorang Yamada Saburo.
Ia mandi menggunakan sabun milik Saburo yang sudah lama tersimpan tanpa ia pakai sedikitpun,mengubah aroma tubuhnya sendiri menjadi seperti aroma tubuh Saburo. Setelah mandi,tentu saja ia akan berpakaian, ia menatap deret pakaiannya dan pakaian Saburo,
"Riou-san! Kemeja milikmu besar sekali... tapi hangat! Seperti pelukanmu!"
Ia mengambil kemeja yang sering dipakai Saburo,memakainya lalu merapikan rambutnya,menatap bayangannya sendiri,dulu ada dua bayangan disana,kini hanya tersisa satu. Hanya dirinya yang ada dalam pantulan cermin itu. Lagi,ia hanya diam,menatap peralatan milik Saburo yang tersusun rapi diatas nakas, mengambil parfum kesukaan Saburo dan memakainya. Ia mencium aroma Saburo yang paling ia sukai,membuat dirinya tanpa sadar menitikkan air mata,
Dia rindu aroma Saburo.
Rindu omelannya.
Rindu suara kekanakannya.
Rindu setiap sentuhan Saburo padanya.
Merindukan semuanya.
Kembali,hela napas berat ia keluarkan seolah ia sulit bernapas. Ia menatap fotonya bersama Saburo saat festival musim panas,dimana ia melamar anak itu bersamaan dengan letusan kembang api.
"Riou-san,indah sekali ya."
Ia mengangkat foto itu,mengusap bingkai yang melapisinya dan tersenyum sendu,ia merasa kesepian sekarang,"Saburo,kapan kau akan kembali?"tanyanya pada foto itu,tentu saja tak akan ada yang menjawabnya,Saburo pergi dari hidupnya,hanya itu.
Siang hari pun terlewati begitu saja, tidak ada yang spesial. Ia memutuskan untuk pergi ke kabinnya yang berada ditengah hutan, mengendarai motor membelah jalanan sepi Yokohama yang kebetulan sedang sepi. Menembus hutan,ia merindukan suara lembut Saburo yang meminta dirinya hati-hati,
"Riou-san,berhati-hatilah!"
Sesampai ia di kabinnya,ia membuka helm yang ia kenakan dan menatap kabin kosong itu. Berada ditepi jurang,memberikan pemandangan indah namun berbahaya. Berjalan masuk ke dalam kabin,ia melepas sepatu,dan menatap isi kabinnya,ia ingat akan sesuatu,lagi.
"Woah~ indah sekali,ne Riou-san!"
Keindahan kabinnya kini tak lagi berarti,ia kini sendirian dan rasa sepi itu mulai membunuhnya,bukan,Jyuto dan Samatoki bukan tidak membantunya. Hanya saja mereka berdua...
...berbeda bagi Riou. Tidak sama seperti Saburo-nya.
Ia duduk disalah satu kursi,menatap suasana sepi yang entah mengapa terasa mencekiknya dan membanting dirinya tanpa ampun. Lagi,tanpa ia sadari ia menangis,tak ada Saburo disisinya,tak ada omelan khas yang menyuruhnya untuk makan teratur atau semacamnya.
Riou menghela napasnya berat,kini entah mengapa semuanya terasa berat bagi pria itu. Ia akhirnya memutuskan untuk pergi memancing di sungai yang tak begitu jauh dari kabinnya. Ia memancing bukan karena ia ingin memakan hasil pancingannya,itu alasan sekunder. Alasan utamanya adalah ia hanya ingin mengalihkan pikirannya dari Saburo-nya,sebentar saja.
"Riou-san,lihat! Ada kodok disana! Terlihat lucu,deh!"
Tak ada lagi teriakan cempreng yang akan menemaninya memancing di sungai,tak ada lagi suara kecipak air yang dibuat Saburo karena bosan. Semuanya semu,ia tidak tahu kenapa ia bisa merasakan kesepian semacam ini semenjak ditinggal Saburo. Ia kembali menatap lurus ke depan, tatapannya kosong,lalu tetes demi tetes air mata keluar dari pelupuk manik ocean blue nya tanpa bisa ia tahan.
Riou mengusak surainya frustasi,ia akhirnya kembali ke kabinnya tanpa membawa satupun ikan hasil tangkapannya. Ia masuk,membanting pintu depan hingga jendelanya bergetar,berjalan cepat menuju kamarnya dan melempar tubuh besarnya ke ranjang,memeluk bantal yang beraroma khas Saburo dan menangis hingga akhirnya tertidur dengan isakan kecil menjadi temannya.
Pagi hari,lagi,ia seperti mendengar suara yang dirindukannya,
"Ohayou Riou-san!"
Ia masih mengusal di bantal Saburo, berusaha menghirup dalam-dalam aroma yang sangat ia rindukan selama ini. Ia tak ingin melakukan apapun,hanya ingin tertidur, mendapatkan mimpi bersama Saburo dan tak ingin bangun karena mimpi indahnya akan buyar hancur begitu saja kalau ia bangun. Ia tidak peduli dengan gedoran didepan pintunya, ia tidak peduli dengan teriakan Samatoki yang memintanya membuka pintu,ia tidak peduli bahkan kalau pintu depan kabinnya hancur akibat tendangan maut dari seorang Samatoki Aohitsugi.
Benar saja,pintu depannya kini sudah tidak berbentuk,Samatoki menendang pintu itu begitu keras,juga tanpa ampun. Derap kaki menuju kamarnya juga tak dipedulikan Riou,ia hanya ingin tidur sepanjang hari,menikmati mimpi indahnya bersama Saburo,
"WOI BANGKE!!"teriak Samatoki di kamarnya,ia mengerinyit kesal,merasa sangat terganggu akibat teriakan temannya,"Ri,bangun buru."perintah Jyuto ganas,ia bahkan menarik-narik kaki Riou,memaksa pria itu untuk bangun,Riou mengerang,ia tidak ingin keluar dari mimpi indahnya.
"APAAN SIH?!"bentaknya pada akhirnya,membuat kedua temannya berjengit terkejut,"LO YANG APAAN! LO GA TAU INI UDAH DUA HARI LO GA BANGUN GA NGAPA-NGAPAIN CUMA MERINGKUK DIATAS KASUR LO TIDUR SEPANJANG HARI?!"balas Samatoki tak kalah ngegas,Riou mengerinyit, kentara sekali ia terkejut,"Ngga mungkin lah udah dua hari!"sangkalnya. Jyuto memperlihatkan ponsel Riou,
50 missed call from Samatoki
100 missed call from Mama Jyuto
Dam ratusan chat lain,hanya dari kedua temannya yang khawatir tentangnya.
Riou mengusap kedua matanya,"Jadi ini beneran udah dua hari?"keduanya mengangguk kecil,"Oh..."ia hanya ber-oh-ria. Samatoki langsung meninju pipi sahabatnya,"WOI BANGSAT!! LO GAK BISA APA LEPAS SEBENTAR AJA DARI BAYANG BOCAH ITU?!"sebelum tinjuan kedua dilayangkan Samatoki, Jyuto langsung menahan tangan Samatoki,"Jangan! Kendalikan dirimu, bodoh!"perintahnya.
Riou memegang pipinya,tak sadar kalau ia ditarik ke kamar mandi dan didorong masuk,"Mandi buru!"perintah Samatoki sebelum menutup pintunya. Riou pun mandi, walau hanya ala kadarnya saja, setelah itu ia keluar,"Yok jalan-jalan!"ajak Samatoki semangat. Riou hanya mengangguk,sedang tidak mood untuk mendapat ceramah dari kedua sahabatnya.
Mereka ternyata pergi ke cafe tempat Riou nge-date pertama kali dengan Saburo. Mereka duduk di kursi yang sama ditempat mereka date pertama, membuat Riou menatap kosong,ia tak mengeluarkan sepatah kata pun, kedua temannya hanya menatapnya, tak tahu harus apa lagi,
"Riou-san! Aku ingin kue cokelat saja."
"Aku mau kue cokelat saja."kata Riou, kedua temannya mengerinyit,"Bukannya lo ngga suka manis?"tanya Jyuto,Riou yang moodnya dalam keadaan sangat tidak baik langsung menggebrak meja cafe,"AKU MAU ITU SAJA!"akhirnya kedua sahabatnya terdiam,tak ingin memperkeruh suasana. Mereka makan dalam diam,bahkan Samatoki tak berani mengeluarkan suaranya setelah mendengar bentakan Riou.
Ketiganya akhirnya berpisah,itupun karena Riou yang meninggalkan mereka berdua di cafe. Ia tidak berniat menemui siapapun untuk saat ini. Ia pulang ke kabinnya,langsung ke belakang kabin tempat dimana ia memasang altar untuk Saburo. Ia berlutut disana,mengenggam kedua tangannya dan berdoa,ia menangis.
"Kenapa aku memberinya ijin untuk pergi hari itu?"
"Kenapa aku tidak menemaninya saja dan tidak membiarkannya sendirian?"
"Kenapa aku tidak memaksanya untuk tetap dirumah?"
"Kenapa aku tetap memberinya ijin kalau aku tahu itu adalah hari terakhirnya bersamaku?"
Terlintas diingatannya,bagaimana ia mendapat telepon dari pihak rumah sakit yang memberitahu kematian Saburo-nya. Bagaimana ia menahan diri tidak menangis di hari dimana Saburo dikremasi,bagaimana ia jatuh dalam kesedihan dan kesepian semenjak ditinggal Saburo mati. Bagaimana ia menangis di malam hari,meratapi kematian Saburo sendirian. Bagaimana ia kehilangan wajah datarnya malam itu. Bagaimana Riou yang terkenal dapat menyembunyikan semua perasaannya kecuali malam itu,malam dimana Saburo meninggalkannya untuk selamanya.
Mengambil sebuah pisau yang memang ia sediakan tak jauh dari altar Saburo,ia tersenyum tulus,seolah abai pada air mata yang terus menenus mengalir,ia membunuh dirinya sendiri dihadapan altar Saburo,dihadapan Saburo.
Ting!! Klang!! Klang!!
Suara dentingan pisau dan ia ambruk ke lantai,hanya itu yang ia ingat sebelum semuanya gelap,sebelum ia melihat siluet Saburo yang memeluk jasadnya sembari menangis. Sebelum ia memeluk Saburo dalam bentuk arwah,sebelum ia pergi bersama Saburo.
Meninggalkan jasadnya yang tersenyum tulus sebagai pengiring kepergian mereka berdua ke alam baka.
Tamat
[A/N]
Baper ga si kalian baca ginian? Gue sih b aja ehe '<'
Jan lupa vote komen
Regards
Ark
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro