File 95: Sick
Hypnosismic AU!
Pairing: Riou Mason Busujima x Yamada Saburo
Genre: Angst
Warn: OOC,Typo and mature containt
"Riou-san!"
Panggilan kecil itu membuat Riou tersenyum,sedikit bersyukur suara manis itu tetap keluar untuknya. Dengan sabar,ia mendorong kursi roda Saburo menuju balkon,tempat dimana Saburo suka bersantai sendiri maupun berdua,"Ya,Saburo?"ia menyahut lembut,sangat lembut bahkan cenderung sendu,"Riou-san! Riou-san! Riou-san!"panggilan itu terus diulang,seperti kaset rusak, terus memanggil satu nama,selalu.
Riou tetap menemani Saburo dan sesekali menyahut panggilannya, senyum bahagia tak pernah luntur dari belah bibirnya,walau ia tahu Saburo sudah lumpuh akibat kehilangan delapan puluh persen fungsi otaknya ditambah dengan amnesia,ia tetap bersyukur Saburo tetap hidup dan mengingatnya.
Bahagia itu sederhana.
Riou merasa sangat bahagia ketika ia diberitahu kalau Saburo sudah lebih baik,walau kenyataan kembali memukulnya ketika Jakurai memberitahu kenyataan Saburo kehilangan hampir delapan puluh persen fungsi otaknya,membuatnya jadi lumpuh dan tak mampu bergerak bebas. Ia mengelus lembut surai jelaga Saburo,"Ya?"tak perlu terlalu banyak interaksi,cukup Saburo memanggilnya dan ia menyahut.
Itu jauh lebih cukup daripada ia melihat Saburo yang terbaring koma di rumah sakit dengan berbagai peralatan penunjang kehidupan,dan suara elektrokardiogram yang konstan berbunyi mengikuti alunan detak jantung.
Itu jauh lebih baik daripada saat ia melihat Saburo dalam kondisi luka parah.
Itu jauh lebih baik daripada saat ia diberitahu kalau kemungkinan Saburo tetap bertahan hidup ternyata kurang dari satu persen.
Itu jauh lebih baik daripada saat ia terus menanti Saburo kembali sadar.
Siang hari terasa hangat untuk mereka,apartemen sunyi itu sudah menjadi saksi bisu akan kisah cinta mereka yang sangat mengenaskan yang juga terasa manis jika diceritakan. Riou kembali mendorong kursi roda Saburo masuk ke ruang tengah,ia kembali tersenyum melihat wajah polos Saburo yang terkesan kosong, senyumannya ia ganti dengan perkataan lembut,"Saburo,aku akan mengambilkan bubur dahulu untukmu."ia berjalan ke dapur, sembari sesekali bersenandung riang mengungkapkan kebahagiaannya.
Semangkuk bubur dan segelas air sudah berada ditangan Riou,pria bersurai orange itu kembali mendekati si pemuda yang hanya duduk di kursi roda sembari menatap kosong sekitarnya. Riou meletakkan semangkuk bubur dan air itu di meja dihadapan Saburo,"Saburo,kau ingin makan sekarang?"dalam diam, Saburo mengangguk.
Riou mengambil mangkuk bubur itu, menyendoknya dengan lembut lalu meniupnya,"Buka mulutmu sedikit, Saburo. Buburnya sudah menunggu didepan terowongannya."pinta si surai orange lembut. Saburo membuka mulutnya sedikit,menuruti peemintaan si surai orange. Sesendok bubur beras kesukaan Saburo masuk ke mulutnya,yang ia kulum sejenak sebelum menelannya,dan terus berulang hingga semangkuk bubur itu habis. Riou dengan sabar terus menyuapi si bungsu,sekalipun Saburo sempat menolak,ia tetap menyuapinya dengan sangat sabar. Segelas air putih lengkap dengan sedotannya sudah berada didepan mulut Saburo,"Minumlah,kau harus mencuci mulutmu setelah makan, Saburo."pinta Riou lembut,Saburo kembali mengangguk dan meminum air yang disodorkan Riou walau sedikit.
"Riou-san! Riou-san! Riou-san!"
Panggilan itu kembali terulang,nada lirih nan sendu,tersisip semangat ketika mengatakannya. Riou kembali mengelus surai jelaga Saburo,diam-diam ia ingin tidur di pangkuan Saburo dengan Saburo yang mengelus lembut rambutnya. Ia rindu hal itu. Ia rindu dimana saat ia bisa dengan bebas memeluk Saburo, terselip penyesalan mengapa ia dulu tak sering-sering memeluk Saburo kalau ia tahu Saburo akan berakhir seperti ini? Ia berlutut dihadapan Saburo yang menatap lurus kearah balkon,dengan tatapan kosong tentunya.
Dengan hati-hati,Riou menumpukan kepalanya di paha Saburo,ia bahkan tak tega memberatkan kepalanya, ia akhirnya membiarkan kepalanya setengah mengambang pada paha lembut Saburo yang tertutupi piyama. Manik ocean blue menyendu,kentara pria itu tengah menahan tangisannya melihat keadaan Saburo yang seperti ini. Warna hidupnya sedikit memudar, ketika ia tahu Saburo tak lagi sama seperti dahulu. Setidaknya,selalu ada kata setidaknya disetiap masalah.
Setidaknya aroma Saburo tetap sama.
Setidaknya Saburo tidak melupakannya.
Setidaknya Saburo terus berkomunikasi dengannya walau hanya memanggil dengan tatapan kosong.
Setidaknya Saburo sudah kembali sadar,walau pemuda itu kini dalam kondisi lumpuh.
Dan yang terpenting,
Setidaknya Saburo tidak pergi meninggalkannya untuk selamanya.
Tanpa sanggup lagi ia tahan,setetes air mata lolos dari pelupuk mata, mengalir begitu saja hingga pada akhirnya paha Saburo basah karenanya. Saburo tetap diam, menatap kosong kearah balkon, sembari terus menggumamkan nama Riou.
Jauh didalam pikiran Saburo,ia ingin sekali mengelus kepala Riou lembut, ia ingin sekali memeluk pria itu dengan bebas,ia ingin mencium bersentuhan,semuanya dengan bebas. Ia ingin mengingat siapa dua orang yang mirip dengannya,ia ingin kembali bergerak bebas,ia ingin semuanya kembali seperti semula. Sederhana,namun sulit. Sakit? Tentu saja,apalagi saat ia merasakan air mata Riou di pahanya. Ia ingin mengutarakan semua isi hatinya,ia ingin mengatakan betapa ia mencintai pria itu dan begitu pula betapa sayangnya ia pada pria itu. Ia ingin meneriakkan semua kegundahannya,kegelisahan dan masalahnya. Namun ia tidak bisa.
Ia sadari itu.
Entah sudah berapa lama ia melalui hidup seperti ini. Dirinya ingin kembali seperti semula,ia ingin Riou kembali bahagia dengan cara ia harus kembali seperti semula. Ia pernah mendengar ketika Riou berbicara dengan Jakurai mengenai kondisinya, dan Jakurai memberitahu kalau Saburo bisa saja menerima banyak operasi otak,namun kemungkinan terburuk yang bukan lagi akan terjadi namun pasti terjadi adalah Saburo lupa ingatan secara total. Saburo sudah dapat dipastikan melupakan Riou begitu pula kisah cinta mereka yang terasa manis sekaligus pahit disaat yang bersamaan. Ia tahu betapa berat pilihan yang dihadapkan pada dirinya dan juga Riou. Ia tak ingin kehilangan ingatannya tentang Riou maupun ingatannya tentang kisah mereka. Dengan pasrah,ia akhirnya menolak operasi itu dan memilih untuk hidup seperti ini.
Ia harus menerima kenyataannya sekarang,demi ia tak melupakan Riou ataupun kisah mereka.
Demi Riou.
Dengan hati-hati juga perlahan,ia menggerakkan sebelah tangannya untuk mengelus kepala Riou dengan lembut. Rasanya sangat sakit, mengingat tangan itu sudah membeku hampir satu tahun tanpa bergerak sama sekali. Ia akhirnya berhasil mengelus kepala pria itu lembut,sekalipun rasanya sakit,ia tetap memaksakan diri.
Riou mendongak,menatap tangan Saburo yang tengah mengelus kepala bersurai orangenya dengan lembut. Senyum bahagia merekah di bibirnya, ia dengan hati-hati meraih tangan Saburo dan mengecupnya lembut. Ia takkan pernah lupa ketika Jyuto memberitahunya kalau Saburo dan kedua kakaknya mengalami kecelakaan sebelum mereka bertiga sampai di arena rap battle,ia tak lupa bagaimana Jyuto memberitahunya kalau kecelakaan itu disebabkan oleh kloningan Ramuda yang sengaja menabrak mereka bertiga,juga tak lupa bagaimana hancur dan marahnya ia saat itu.
Battle rap dibatalkan,kloningan Ramuda ditemukan dalam keadaan hangus tak bersisa,menunjukkan kalau pihak pemerintahan segera melenyapkan Ramuda untuk menghilangkan jejak. Riou tak lupa bagaimana penantiannya berujung bahagia ketika Saburo sadar,walau lumpuh dan lupa ingatan,ia tetap menerima Saburo apa adanya.
Ia tahu,panggilan namanya terhadap Saburo adalah sisa ingatan Saburo yang terus menggumamkan namanya ketika kecelakaan itu terjadi hingga merenggut kesadaran juga sebagian besar fungsi otaknya. Ia tahu kalau itu adalah cara Saburo untuk berkomunikasi karena Saburo tak lagi dapat banyak berbicara,dan juga bergerak.
Mereka bahagia dengan cara mereka sendiri. Riou tetap merawat Saburo dengan sangat sabar tanpa pernah sekalipun ia berpikir kalau ia akan meninggalkan si bungsu Yamada itu dan pergi mencari orang yang lebih baik sekalipun Saburo sudah mengijinkannya mencari pasangan baru.
"Riou-san! Riou-san! Riou-san!"
Panggilan itu terus berulang,begitu saja tanpa bisa ditahan Saburo. Itu adalah cara barunya untuk mengutarakan semua pemikirannya juga rasanya. Riou tersenyum lembut, panggilan itu terasa seperti mellodi yang menyayat hati,namun juga mentiratkan ketulusan sang pelantun. Riou tahu,ia harus kuat demi dirinya juga Saburo,demi Saburo agar anak itu tidak membebani pikirannya sendiri dengan beban yang ditanggung Riou tentangnya.
Namun,Saburo tak lagi bisa bertahan.
Saburo menyerah.
Saburo tahu betapa dirinya sangat membebani Riou dengan sangat.
Kondisinya terus menurun,ia semakin melemah hingga perlu dirawat di rumah sakit. Saburo diam-diam meminta maaf,ia tak sanggup lagi bertahan dan justru membebani Riou dengan masalah yang ada.
Saburo akhirnya menghembuskan napas terakhirnya dengan damai, tentu saja dipelukan Riou yang terus memohon agar ia bertahan. Saburo pergi dengan damai,ia tahu Riou itu kuat sekali. Jadi ia tahu Riou pasti akan tetap hidup walau tanpanya.
Ada satu hal yang tak diketahui Saburo,ia tak tahu kalau separuh jiwa Riou adalah dirinya,dan dirinya dengan egoisnya memilih pergi, membunuh separuh jiwa Riou dengan cara menyerah.
Hanya satu gumaman,hanya satu.
Ditelinga Riou ketika pria itu sedang berdoa di altar,mendoakan rohnya.
"Maaf,dan selamat tinggal."
Meninggalkan Riou,dengan damai.
End
(A/N)
Plot by me
Story by me
Ending by me
Jangan lupa voment
Regards
歩か秋冬
Ark Akifuyu
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro