Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

File 94: Slave

Hypnosismic AU!
Pairing: Riou Mason Busujima x Yamada Saburo
Scientist(?)!Riou x Slave!Saburo
Genre: Sci-fi,fantasy,hurt,violence and others
Warn: OOC,Typo and others

Netra ocean blue menilik sekitar dengan tatapan tidak peduli. Ia hanya berfokus pada manusia yang berdiri di panggung jual beli budak,seorang pria muda dengan perkiraan umur 14 tahun,dengan kaki dan tangan yang dirantai,dan tubuh yang telanjang bulat.

Pria gendut lain diatas panggung itu tersenyum lebar hingga matanya nyaris tak terlihat,"Ya! Selamat datang di penawaran malam ini,"katanya semangat,"Disamping saya ini adalah budak baru!"penutup mata pria muda itu dibuka,terlihatlah dua netra berbeda warna yang menyelisik ke penjuru ruangan itu,tatapannya takut.

"Saya membuka penawaran dimulai dari harga satu juta yen!"kata pria gendut itu lagi,"Dua juta!"tawar seorang pria botak,dengan tubuh yang sangat gendut,"Ya,dua juta,ada lagi?"tanya sang penjual lagi,

"Lima juta!"

"Sepuluh juta!"

"Tujuh belas juta!"

"Dua puluh lima juta!"

"Lima puluh juta!"

"Seratus juta!"

"Lima ratus juta!"

Riou memutar bola matanya tak peduli,ia mengangkat betnya,"Satu miliar!"katanya cuek,mengundang perhatian dari seisi gedung itu,bahkan sang penjual,"Ada lagi?"tanya penjual itu memastikan, tak ada yang mengangkat bet,"Penawaran ditutup dari tiga,dua dan satu! Terjual dengan harga satu miliar yen!"

Riou menatap budak yang ia beli, tatapannya dingin,"Aku tidak akan menggunakanmu sebagai pemuas,"ia berkata dingin,"Atau semacamnya. Aku akan menggunakanmu sebagai kelinci percobaan,"tatapannya tetap sama ketika ia tahu mimik Saburo sedikit berubah,"Ah ya,aku Riou. Tak perlu memanggil dengan embel-embel daddy,master ataupun tuan."

Saburo mengangguk kecil,"Sa-Saburo Yamada,"katanya lirih. Riou tersenyum tipis,ia lalu menarik kaki Saburo paksa dan melingkarkan sebuah gelang besi,"Jangan mencoba kabur dariku atau benda itu akan menyengatmu."katanya lagi sembari menjalankan mobilnya membelah kota Yokohama. Saburo terdiam,ia hanya menatap paha mulusnya,diam-diam tetes demi tetes air mata mengalir dan jatuh diatas pahanya yang tak tertutupi apapun,isakannya ia tutupi dengan cara menggigit bibir bawahnya hingga berdarah,kedua tangannya mencengkram pahanya sendiri,ia menangis.

Riou menoleh,tatapannya tetap sama seperti dari awal ia membeli Saburo, ia berkata tanpa mengalihkan pandang dari jalan,"Jangan nangis,"katanya dingin,"Aku bahkan belum melakukan apapun padamu."pria bersurai orange itu tetap melajukan mobilnya,"Kita akan ke rumahku,aku akan meninggalkanmu disana dulu sebelum aku pergi lagi."ia mengutarakan rencananya,Saburo tetap diam membisu.

Rumah yang dituju Riou ternyata adalah sebuah mansion ditengah hutan,yang juga merangkap laboratorium super lengkap. Saburo berjalan dengan langkah gontai, dengan Riou didepannya. Saat pria itu membuka pintu mansion itu, Saburo tercekat sejenak melihat betapa mewahnya isi mansion itu,"Jangan menatap seperti itu,"Riou yang sudah masuk terlebih dahulu, kini tengah memegang sebuah suntikan injeksi,ia menarik tangan Saburo dan langsung menyuntikkan obat aneh itu di lengan Saburo,"Jangan lupa apa tugasmu disini. Kau hanya kelinci percobaan, ingat itu baik-baik."kata Riou sebelum pandangan Saburo menggelap dan akhirnya jatuh pingsan. Pria itu membopong tubuh mungil Saburo, menekan sebuah akses masuk dan membawa Saburo masuk ke laboratoriumnya,ia membaringkan Saburo diatas sebuah brangkar khusus yang langsung mengikat kedua tangan dan kaki Saburo. Lalu menutup layaknya sebuah kapsul khusus,"Maaf,"kata Riou dingin,"Tapi ini adalah bagian dari pekerjaanku."ia meninggalkan laboratorium itu juga mansion itu,kembali pergi entah kemana.

Saburo tersadar beberapa jam kemudian,ia menilik sekitarnya dan menyadari ia berada di sebuah tabung laboratorium,ia segera meronta,berusaha melepaskan diri sebelum gelang di kakinya kembali menyengatkan listrik dalam jumlah yang cukup besar,"AKH!!"Saburo mengerang,rontaannya berhenti dan ia akhirnya diam. Ia menatap dari balik kaca transparan,berbagai selang menyambung ke berbagai tabung, juga ke tabungnya sendiri. Ada berbagai gelas takar laboratorium tergeletak diatas meja,mikroskop dan berbagai benda lain yang tak ia ketahui. Tetes air mata kembali mengalir bebas,ia tahu ia akan berakhir disini.

Riou kembali setelah setengah jam Saburo sadar,sebuah map tebal yang dipegangnya diletakkan diatas meja, pria itu membuka tabung Saburo dengan sidik jarinya. Tali yang mengikat Saburo juga secara otomatis lepas begitu penutup tabung itu terbuka. Riou menarik tangan Saburo agar dia keluar dari tabung itu,"Kau harus makan,dan kulihat kau tadi berusaha kabur ya?"Saburo tetap diam,ia menunduk tanpa bicara sama sekali.

"Jawab aku kalau aku bertanya, bocah."

"Y-ya,Riou-san."kata Saburo lirih, Riou mengangguk puas,"Bagus. Makan itu,"ia melepas tangan Saburo ketika mereka sampai di meja makan, Saburo mendongak,menatap berbagai hidangan yang tak pernah ia makan diatas meja dengan tatapan berbinar. Ia segera duduk di meja makan itu dan menyantap berbagai hidangan yang disajikan tuan barunya. Riou menatapnya dingin dibalik kacamata yang digunakannya,"Tabung tadi hanya akan kaugunakan ketika aku sedang melakukan percobaan,"katanya dingin,"Selebih itu,kau akan kuberikan kamar tidur baru. Dan kau boleh bebas berkeliaran disini,dengan catatan kau tidak akan berusaha kabur atau gelang tadi akan menyengatmu lagi."Saburo hanya mengangguk,nafsu makannya menguap dan hilang begitu saja.

"...baik,Riou-san."

Riou kembali mengangguk dalam diam,Saburo menjauhkan piring makannya,"Aku sudah kenyang,"ia berkata lirih. Riou menatapnya dari balik buku yang dibaca pria itu,"Kenyang,"ia menaikkan sebelah alisnya,"Atau kehilangan nafsu makan?"Saburo terdiam,ia berusaha memasang senyumnya,"Kenyang."ia menyahut lembut. Riou kembali diam, membuat suasana kembali sunyi mencekam,terasa mencekik bagi Saburo sebelum pria yang menjadi tuannya itu bangkit dan berjalan keluar dari ruang makan itu. Saburo berjalan mengikutinya,tentu saja atas perintah pria itu. Tatapan Saburo nanar,ia menilik sekitar berusaha mencari celah untuk kabur dari laboratorium laknat ini.

Mereka berhenti tepat disebuah ruangan yang sangat besar,Riou membuka pintu itu dan memperlihatkan isinya yang berupa kamar minimalis super rapi,"Ini adalah kamarmu yang biasa,ada kamera tersembunyi disetiap sudutnya yang akan kupakai untuk mengawasimu. Tapi siap-siap saja kau akan lebih sering menginap di kapsul laboratoriumku."seperti biasa,dengan nada dingin nan menusuk,membuat Saburo hanya bisa mengangguk lemah tanpa banyak bicara.

"Istirahat,"kata pria itu lagi. Saburo berjalan masuk ke kamarnya lalu duduk diatas ranjang queen size itu,ia tetap diam bahkan ketika Riou menutup pintunya. Saat Saburo yakin ia sudah benar-benar sendirian,ia menatap gelang di kakinya,sebuah gelang metalik berwarna hitam,tak ada yang spesial jika dilihat,namun hanya ia dan tuan barunya yang tahu kalau gelang itu bisa menyengat layaknya taser gun.

Mungkin?

Ia cukup bersyukur kalau ia dibeli oleh ilmuwan,setidaknya itu jauh lebih baik daripada ia dibeli oleh mucikari, atau pria tua mesum dan semacamnya. Setidaknya ia tak harus menahan malu,ketika dijadikan pemuas atau dijual kembali, setidaknya. Sesuai dengan ajaran sang kakak yang sudah terlebih dahulu terjual,ia diharuskan mencari sisi positif dari setiap masalah yang ada,apapun masalahnya. Hal itu membuatnya tersenyum tipis,dalam hati ia bertanya-tanya apa kabar kedua kakaknya yang berada entah dimana?

Saburo membaringkan tubuh mungilnya diatas ranjang yang empuk itu,ia menatap langit-langit kamar dan mulai memikirkan apa yang akan terjadi berikutnya. Memikirkan itu, membuatnya lelah dan akhirnya tertidur.

Saat Saburo terbangun,ia sudah berada di tabung laboratorium, sesuai dengan perkataan Riou dimana ia akan lebih sering berada disana daripada di kamarnya sendiri. Saburo meronta hebat,membuat gelang di kakinya kembali menyengatnya,dan ia terdiam karena rasa kaget juga panas yang menghantamnya sejenak. Ia menoleh,menilik sekitarnya dimana Riou terlihat tengah mencampurkan sesuatu didalam gelas tabung ukur, entah cairan apa itu,Saburo tak ingin tahu.

Riou mendekati tabung Saburo,ia lalu membuka tabung itu perlahan dengan sidik jarinya. Menatap Saburo dingin,ia menyuntikkan obat yang dibuatnya tadi pada lengan Saburo tanpa peduli akan rontaan kesakitan Saburo. Saburo menggeliat kesakitan, bahkan berteriak melampiaskan rasa sakit ketika cairan yang dimasukkan ke tubuhnya mulai menyebar,Riou tetap menatapnya dingin,sembari menyuntikkan cairan yang sama pada lengan,kaki juga leher Saburo. Teriakan Saburo semakin keras,ketika sesuatu mulai mencuat keluar dari kulit kepalanya,sebuah kuping kucing yang masih basah oleh darah, sewarna dengan surainya. Analnya put terasa sakit,ketika ia merasakan tabung yang mengikatnya mulai berubah posisi menjadi berdiri dan transparan,ia merasakan sesuatu yang panjang dan berbulu keluar dari analnya,teriakan dan erangannya semakin keras,tangannya mulai berubah menjadi cakar kecil yang menggemaskan.

Ia menjadi mutan kucing.

Riou mencatat perkembangan Saburo setelah perubahannya dari manusia ke makhluk setengah kucing. Ia menatap Saburo datar sembari mengelilingi tabung Saburo dan menulis sesuatu. Tabung itu ia buka, ia sengaja membiarkan Saburo jatuh ke lantai dalam kondisi lemah,ia ingin melihat apa mutan miliknya ini bisa berdiri sendiri dan berjalan atau tidak. Saburo merasakan tubuhnya melemah,dan ia jatuh ke lantai dan tubuh mungilnya berasap,ia berubah menjadi kucing,"Buka mulutmu,"Riou memerintahkannya sembari mencengkram dagunya,dengan pasrah,Saburo membuka mulutnya sedikit,Riou menilik bagian dalam mulut Saburo,lalu menyentuh taring kecil yang muncul,"Taring...."gumam pria itu pelan sembari mencatat setiap perubahan Saburo. Ia menatap Saburo yang masih terbaring lemah di lantai,"Berdiri,"perintahnya dingin, Saburo segera mencobanya,namun ia tak bisa,"Akh!"ia mengerang,kembali terjatuh.

Riou memberikannya sebuah cermin, membuat Saburo berkaca dan tersentak kaget,ia melihat dirinya sendiri dengan kuping dan ekor kucing, serta cakar kecil dikedua tangannya. Rasa shock itu membuatnya langsung jatuh pingsan, karena hampir tak menyangka ia berubah menjadi kucing. Riou membopong tubuh mungil itu lalu mengembalikannya lagi ke dalam tabung,mengunci tabung itu seperti biasa dan mengisi tabung itu dengan cairan khusus setelah ia dapat memastikan masker oksigen yang menempel di mulut dan hidung Saburo bekerja dengan baik.

Ia akan membuat kloningan mutan kucing. Tentu saja sebagai senjata hidup.

Tatapannya dingin,ia menyentuh tabung yang ia isi dengan cairan sejenis nitrogen yang terasa dingin, menatap objek tak berdaya didalamnya,tatapannya sedikit berubah. Rasa kasihan menelusup ke hatinya ketika ia mengingat erangan dan teriakan kelinci percobaannya, namun ia tahu kalau ia harus mengesampingkan nuraninya demi misi pekerjaannya,menciptakan banyak kloning juga mutan sebagai senjata perang.

Ia mengambil sebuah pipet tetes,lalu berjalan ke tempat dimana Saburo tergeletak lemas sebelum jatuh pingsan. Ia mengambil sisa air liur Saburo menggunakan pipet tetes itu, dan memasukkannya ke sebuah tabung spesimen,setelahnya,ia memotong DNA yang berada di air liur Saburo menggunakan enzim retriksi, dan setelahnya,ia menyisipkan DNA itu ke sebuah vektor kemudian ia menggabungkan DNA Saburo dengan DNA vektor dengan cara ligasi.

Tatapannya sedikit menyendu, mengingat bagaimana teriakan kesakitan Saburo ketika anak itu berubah menjadi mutan. Ia segera menggeleng keras,tak ingin terlalu memikirkan hal itu. Google ia pakai ketika ia memasukkan vektor DNA tadi ke sebuah bakteri atau ragi yang ia manfaatkan sebagai sel inang. Ia menoleh sejenak,melihat Saburo yang masih dalam kondisi tak sadarkan diri didalam tabung laboratoriumnya,senyum tipis ia keluarkan setelahnya,ia kembali melanjutkan pekerjaannya yaitu memasukkan vektor DNA ke ragi atau bakteri sebagai sel induk,dengan proses yang disebut transormasi. Sembari menunggu bakteri itu selesai menyalin DNA vektor berserta DNA mereka sendiri,ia menatap Saburo datar,mendekati tabung itu dan tersenyum dibalik maskernya.

"Maaf."

Ia hanya mampu mengatakan satu hal itu saja,karena ia tahu ia tak bisa berhenti secepat ini. Setelah menunggu hampir satu jam,ia mengisolasi DNA vektor dari DNA induk,kemudian memurnikannya dan memasukkannya ke embrio tujuan alias embrio kucing. Ia membuka tabung dimana Saburo terkurung, mengeluarkan anak itu dan menggantinya dengan embrio kucing, kemudian kembali menguncinya dari luar. Dengan hati-hati juga perlahan, ia mengelap tubuh basah Saburo, semakin berhati-hati ketika mengeringkan bagian tubuhnya yang berubah menjadi kucing.

Ia membawa Saburo ke kamar pribadi si bocah dan membaringkannya, menyelimutinya lembut kemudian meninggalkan kamar Saburo untuk melanjutkan penelitiannya.

Esok harinya,Saburo tengah berkeliaran didalam mansion milik tuannya,ekor dan telinga kucingnya sudah menghilang entah kenapa. Ia harus kabur,hanya itu yang ia tahu. Ia segera berusaha membuka pintu utama,pintu belakang,setiap jendela dan setiap pintu,berharap bisa keluar walau gelang di kakinya sudah menyengatnya berulang kali.

"Sial... sial... sial..."gumamnya terus menerus ketika ia tak kunjung menemukan jalan keluar sementara kakinya sudah melepuh parah. Ia akhirnya jatuh terduduk didepan pintu utama mansion,dengan kaki melepuh parah dan air mata yang membanjir. Riou sedang keluar,maka pria itu mungkin tak tahu apa yang sedang dilakukan budaknya ini. Saburo menangis sembari menyentuh lukanya,ia ingin pergi dari sini.

Riou kembali tak lama kemudian,ia menatap Saburo yang tengah terduduk di lantai dengan luka lepuh di pergelangan kaki tempat dimana gelang listrik itu berada. Ia terlebih dahulu menilik luka itu,diam-diam ia bersorak senang karena ia mendapat bahan untuk uji coba serum regenerasi buatannya. Tanpa terlebih dulu menenangkan Saburo,ia langsung menggendong anak itu ala bridal dan membawanya ke laboratorium,"Kau harus menjadi objekku lagi,"katanya dingin pada Saburo yang tengah menangis kesakitan,"Hitung-hitung hukuman karena kau berusaha kabur tadi."ia menyambung dengan nada dingin, tidak peduli akan perasaan remuk seorang Saburo.

Saburo kembali dibaringkan pada tabungnya yang langsung mengikat dirinya seperti biasa. Ia sudah pasrah, ia tahu ia tak dapat berbuat apapun untuk lepas. Riou kembali memakai jas laboratoriumnya,juga sarung tangan dan google serta masker. Ia kini tengah mencampurkan beberapa bahan obat yang Saburo sendiri tak tahu apa saja itu. Saburo diam-diam terpana melihat betapa cekatannya Riou ketika tengah membuat serum yang akan disuntikkan kepadanya, seolah pria itu sudah terbiasa dengan peralatan kimia dan semacamnya.

Riou berjalan kearah tabung Saburo, membukanya dan mengubahnya menjadi meja operasi. Tatapannya sedikit berubah ketika ia melihat luka pada kaki Saburo,seperti tatapan kasihan juga merasa bersalah,namun Saburo tidak peduli akan tatapan itu bahkan tak menyadarinya. Dengan hati-hati,Riou melepaskan gelang kaki Saburo dari pergelangan kaki yang sudah melepuh terbakar,ia terlihat menatap luka Saburo dengan tatapan merasa bersalah,

"Maaf,"ia menggumam lirih pada Saburo,merasa kalau ini adalah salah dan tak seharusnya terjadi. Ia membersihkan luka Saburo dengan hati-hati sementara Saburo terus mengerang kesakitan tanpa henti, juga menangis. Riou menatap luka Saburo dengan tatapan sedikit tertarik,ia mengambil suntikam tadi dan langsung menyuntikkan serum buatannya sembari berbisik pada Saburo,"Ini tak akan sakit."sebelum serum itu mulai bekerja,ia langsung mengganjal kaki Saburo hingga tegak.

Teriakan Saburo menguar bebas di ruangan laboratorium itu,berteriak kesakitan ketika serum itu dengan cepat memulihkan lukanya,tanpa tersisa bekas sedikitpun bahkan walau hanya sedikit bekas lepuh. Ia kembali pingsan ketika serum itu selesai bekerja,menyembuhkan lukanya.

Riou kembali memasangkan gelang listrik itu,namun ia menurunkan daya sengatnya hingga tak akan separah tadi,lalu membopong Saburo kembali ke kamarnya,membiarkan anak itu beristirahat dengan bebas.

Entah sudah berapa lama Saburo terisolir di mansion itu. Entah sudah berapa banyak serum dan obat yang masuk ke tubuhnya. Kloningan yang dibuat Riou ternyata berhasil dan kini menjadi hewan peliharaan pria itu, namun tidak dengan Saburo.

Saburo sudah mati rasa,ia bahkan sudah tak dapat merasakan nyerinya ketika serum sialan itu masuk ke tubuhnya. Namun ada yang aneh, Riou tiba-tiba menjadi sangat peduli kepadanya,bahkan menghentikan penelitian itu tanpa alasan yang jelas. Ada satu hal yang tak pernah diketahui sang kelinci. Bahwa sang tuan kini jatuh hati padanya,rela menghentikan penelitian itu hanya demi sang kelinci,rela melakukan apa saja asal dia tetap bersama sang kelinci. Riou menyadari satu hal, dimana Saburo sudah tak pernah lagi berbicara banyak,cenderung diam dan justru malah meminta penelitian itu dilanjutkan sekalipun ia harus terus menjadi kelinci percobaan, seolah Saburo sudah berkomitmen untuk mati demi penelitian itu,

'And i was commit to die,like a object for humanity. It's not really suicide, it just for humanity,maybe?'

Saburo tidak tahu kalau ia akan dijadikan senjata hidup,Riou selalu mengatakan kalau semua ini hanya untuk umat manusia yang bisa jauh lebih baik kedepannya. Riou menghentikan penelitian itu begitu saja,tanpa banyak bicara maupun memberitahu alasan sebenarnya. Dan disinilah ia,Saburo berdiri di belakang pria itu sembari menatap punggung pria itu tajam,"Kenapa kau tidak melanjutkan penelitian itu? Aku sudah rela kau jadikan kelinci percobaan,kau tahu. Lanjutkan saja, aku tidak marah,"

"Aku rela mati demi kemanusiaan."

Hati Riou terasa tertusuk ketika ia mendengar itu dari mulut orang yang ia cintai,ia tahu,kesalahan terbesarnya adalah menutupi kenyataan dimana Saburo akan dijadikan inang untuk berbagai mutan yang akan dikembangkan sebagai senjata perang. Ia tak sanggup mengatakan itu,walau ia sendiri dulunya sering sekali menyiksa si bocah dengan alasan penelitian. Banyak sekali obat yang dibuat dengan campur tangan Saburo yang ternyata berhasil dan sangat manjur,tapi banyak pula mutan yang dibuat dari sel organ maupun DNA Saburo yang berhasil dan menjadi senjata untuk pemusnah umat manusia tanpa diketahui si pemilik tubuh. Ia menunduk,tabung ukur yang ada ditangannya ia letakkan diatas meja. Ia berbalik,menatap si bocah dan langsung memeluknya erat,"Tidak,aku tak mau menyiksamu lebih jauh. Lebih sering sekalipun itu dengan alasan kemanusiaan."diam-diam,Saburo tertegun. Ia tidak sangka kalau penelitian itu dihentikan karena Riou tak tega melihatnya tersiksa lebih jauh.

"Kalau begitu,lanjutkan saja. Dengan orang lain tentunya."

Riou akhirnya sepakat membeli budak baru lagi,tetapi Saburo tetap tinggal bersamanya di mansion ini. Ia tahu itu terkesan egois,namun ia terlanjur mencintai kelincinya,dengan sangat tanpa bisa mengutarakan perasaannya karena ia takut akan beberapa hal. Terdengar mustahil,tapi itu cukup normal dimana sang tuan pada akhirnya jatuh cinta pada sang budak,walau ia tak menganggap Saburo seperti itu.

Seorang budak belian bernama Jyushi ia jadikan kelinci baru. Untuk membuat hal yang sama seperti yang ia buat pada Saburo.

Namun suatu kesalahan terjadi,ia tanpa sengaja menyebutkan kalau dahulu Saburo adalah mutan yang akan ia gunakan sebagai senjata perang ketika Saburo tidak terlalu jauh darinya,membuat Saburo berpikir ulang.

Jadi selama ini dia dijadikan senjata dan bukan untuk kepentingan kemanusiaan? Jadi dia hampir mengorbankan nyawanya hanya untuk menjadi alat pemusnah umat manusia? Jadi setiap sel dan DNA yang diambil darinya itu untuk menjadi cikal bakal pemusnah umat manusia?

Jadi ia tak ada bedanya dengan para peneliti itu?

Ia berkomitmen untuk bunuh diri,ia tak ingin sel tubuhnya lagi-lagi dijadikan cikal bakal pemusnah umat manusia. Ia tak mau itu terjadi. Menatap Riou dingin,dengan lantang ia meneriakkan kata kalau ia akan dan ingin mati. Membuat Riou sangat terkejut bahkan terpukul,tanpa sadar mengejar Saburo yang sudah terlebih dahulu berlari meninggalkannya. Seolah tak peduli akan sengatan-sengatan yang diterimanya di salah satu dari kedua kakinya,anak itu tetap berlari,walau ia tahu ia bukan lagi kelinci percobaan,tetapi ia tahu di tubuhnya lah serum terpenting itu ditanam.

Riou terus mengejarnya tanpa lelah, larinya ia percepat ketika ia tahu kemana Saburo akan pergi. Saburo akan pergi ke ruangan tempat ia baisa memusnahkan hasil penelitian mereka dengan cara dibuang ke cairan asam. Ia menatap Saburo yang sudah berdiri dipagar pembatas, menatapnya,"TIDAK!!! AKU MENCINTAIMU SABURO!!!"teriakan itu menguar disertai cucuran air mata, Riou tak mau kehilangan Saburo-nya.

Saburo tertawa kecil,ia merentangkan kedua tangannya lalu berkata,"Kau pikir aku percaya kalau kau mencintaiku? Tidak sayangku,aku tahu kau akan menggunakan serum yang kau tanam ditubuhku untuk memusnahkan umat manusia. Aku tak mau itu terjadi dan,"

Terlambat,Riou tak dapat menahan tangan Saburo sebelum anak itu meloncat ke dalam kolam asam pekat.

"SAYONARA!!"

BYUR!!!

Pssh...

Saat Riou melihat ke bawah,ia hanya dapat melihat Saburo yang sudah meleleh di cairan itu. Meninggalkannya bersama kisah cinta mereka yang rumit dan tak terbalaskan.

End

[A/n]
Plot by me
Story by me
Ending by me

Buat yg mau tahu knp gue ga up dua hari ya buat kelarin chap ini

Jan lupa voment

Regards
歩き 秋冬
aruka akifuyu

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro