Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

File 91: Brother

Hypnosismic AU!
Pairing: Riou Mason Busujima x Yamada Saburo
BigBrother!Riou x LilBrother!Saburo
Genre: Hurt(?),Family,And others
Warn: OOC,Typo and others

Bagi Saburo,Riou adalah kakak terburuk untuknya.

Bagi Riou,Saburo adalah adik paling menyusahkan baginya.

Tapi ia bersumpah akan selalu melindungi adik tunggalnya bahkan jika harus berkorban nyawa, semenyusahkan apapun sang adik. Ia sudah kehilangan kedua orang tuanya, dan kini ia tak mau kehilangan sang adik sekalipun adiknya sangatlah menyusahkannya.

"Riou-nii!"suara itu,membuat Riou diam-diam tersenyum,ia suka mendengar panggilan itu. Saburo menepuk bahunya yang tengah mengetik di laptop kesayangannnya, seperti biasa,tengah bekerja. Ia hanya berdeham tanpa menoleh,"Bolehkah kau membelikanku... hump... sebuah buku baru? Aku sangat membutuhkannya,Riou-nii,dan uang hasil gajiku belum cair. Aku butuh untuk tugasku."Riou mendengus, adiknya memang menyusahkan,"Te-tenang saja! Aku sudah membuatkan ramen sebagai gantinya!"

Tawa Riou rasanya ingin pecah,murah sekali bayaran Saburo terhadapnya. Ia berbalik dan menatap sang adik yang sudah siap dengan pakaian formalnya untuk pergi ke kampus,"Aku sedang tidak pegang uang. Dan lagi,itu deritamu. Jangan bawa aku kedalam deritamu."kata sang kakak dingin,ia menatap sang adik dengan tatapan dingin. Yang ditatap langsung cemberut,"Kalau bukan karena terdesak,aku tidak akan meminta,Riou-nii!"omelnya. Riou mendengus,lalu memberi gestur agar sang adik pergi,"Sana pergi."ia mengusir sang adik dari ruang kerjanya,membuat Saburo semakin cemberut dan menghentakkan kakinya ketika anak itu keluar dari ruang kerjanya. Riou menghela napasnya kasar,ia sudah terlebih dahulu membelikan buku yang diinginkan Saburo namun ia sengaja tak memberinya,ia ingin tahu seberapa mandiri sang adik. Ia menatap meja disisinya,ada sebuah ramen instan yang sudah diseduh terletak diatas meja itu,ia tahu itu buatan sang adik untuknya. Ia meraih cup ramen itu,membuka tutupnya yang sudah terbuka sedikit lalu mengaduk-aduknya,adiknya memang tak terlalu bisa memasak. Ia menyantap ramen instan itu dengan cepat,juga ia segera membuang sisa cup itu agar sang adik tak tahu.

Saburo menghentakkan kakinya kesal di sepanjang perjalanan,ia menggerutu mengingat pembicaraannya dengan sang kakak yang terasa sangat menyebalkan untuknya,ia takkan meminta jika uang gajinya cair! Kejadian pagi itu membuat mood Saburo menjadi buruk sepanjang hari,ia bahkan hampir tak fokus mengerjakan pekerjaan paruh waktunya. Ia pulang juga dalam keadaan lelah,capek,juga masih tersisa sedikit rasa kesal pada sang kakak yang menyebalkan nan cuek padanya. Ia hanya menggumamkan kata 'Aku Pulang' yang tentu saja takkan dibalas siapapun,Saburo berjalan ke kamarnya,ia membuka pintu kamarnya dan segera melempar tubuh lelahnya ke ranjang.

"Akh!"Saburo mengerang ketika ia merasakan ia tengah menimpa sesuatu yang ada dibalik selimutnya, membuatnya mengerinyit saat ia tahu kalau ia ingat ia tak pernah meletakkan apapun dibawah selimutnya. Selimutnya ia buka secara paksa,ia melihat isinya dan terkejut. Beberapa buah buku yang dibutuhkannya,beserta peralatan tulis menulis untuk buku itu. Ia tertegun sejenak,memikirkan siapa gerangan yang meletakkan benda-benda ini diatas ranjangnya. Kakak lelakinya? Ah,tidak mungkin lah! Kakaknya saja tidak memerdulikannya!

Dengan segera,ia berlari disepanjang lorong menuju kamar sang kakak dan segera mendobrak pintunya,"Riou-nii!"Riou mendengus,"Jangan mendobrak pintu seperti itu,bodoh. Nanti pintu ruang kerjaku rusak!"ia mengomeli sang adik,bukan memikirkan masalah pintu itu akan rusak atau tidak,ia ingin mengajarkan sopan santun terhadap sang adik, walau bagi beberapa orang,caranya itu salah.

Saburo mengabaikan peringatan sang kakak,ia segera maju dan berdiri tak jauh dari meja kerja sang kakak sembari memegang salah satu dari buku-buku itu,"Riou-nii yang membelikannya untukku?"Riou menggeleng,"Lalu siapa yang masuk ke kamarku dan meletakkan semua ini dibalik selimutku?"tanya Saburo lagi, sang kakak menggedikkan bahunya cuek,"Aku tidak tahu,juga tidak peduli. Kalau kau sudah selesai, keluarlah dari sini karena aku butuh tempat untuk menyelesaikan pekerjaanku."Saburo memanyunkan bibirnya,rasa kesal pada sang kakak terasa semakin meningkat,

Brak!!

Saburo menggebrak meja itu dengan kekuatan penuh,ia menatap sang kakak penuh kebencian,"Kerja saja terus! Kau bahkan lebih memerdulikan pekerjaanmu dibanding aku!"amuk Saburo,ia segera berjalan keluar dari ruang kerja Riou sebelum pria itu memanggilnya dan mengomelinya lebih lanjut. Ia bahkan membanting pintu ruang kerja Riou untuk yang kedua kalinya. Tak peduli apakah sang kakak akan memarahinya lagi atau tidak.

Riou menatap layar laptopnya dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Ia tertegun mendengar perkataan sang adik,otaknya memutar ingatan dimana Saburo hadir untuk pertama kalinya di hidupnya. Dimana ia yang saat itu baru berusia empat belas tahun, orang tuanya mengadopsi satu anak dari sepasang orang tua yang miskin, orang tua kandung Saburo yang dengan tega membuang anak mereka sendiri dengan alasan yang tak masuk diakal sehat manusia. Dimana pasangan itu hanya menginginkan anak perempuan dan akan menyerahkan anak lelakinya pada orang tua lain yang menginginkan anak. Saat itu Saburo baru berusia enam bulan,ia bahkan selalu tersenyum pada Riou yang sebenarnya tak tahu cara mengurus bayi.

Ia tersenyum mengingat kenangan kuno itu. Layar tampilan laptopnya ia ganti dengan shortcut video kebersamaan mereka sewaktu masih anak-anak,ia berbohong pada Saburo saat ia berkata pekerjaannya belum selesai karena pada kenyataannya semua pekerjaannya sudah ia selesaikan dari awal.

Riou menghela napasnya kasar,ia sebenarnya sedang benar-benar lelah saat ini. Ia melipat tangannya dan bersandar di kursi kerjanya,"Mungkin tidur sebentar tidak masalah,"ia menggumam sembari memejamkan matanya. Tak lama kemudian, ruangan itu kini dipenuhi dengkuran halus sang kakak tertua.

Saburo berdiri diselasar lorong mansion keluarga mereka,tak jauh dari ruang kerja Riou. Secara perlahan, ia meluruh dan jatuh,ia berjongkok disana dan memeluk lututnya sendiri,menangisi keegoisan masing-masing persona. Ia menangisi keegoisan sang kakak yang baginya, hanya memperdulikan pekerjaan dan tak pernah memerdulikannya,juga menangisi keegoisannya sendiri dimana ia tega membentak sang kakak yang sudah berjuang buatnya.

Ia menyeka air matanya,merapikan rambutnya yang sedikit berantakan, ia bertekad untuk meminta maaf pada sang kakak. Ia masuk ke ruangan kerja Riou,menatap sang kakak yang tertidur dalam keadaan duduk melipat tangan. Ia meraih sebuah selimut yang memang disediakan disana untuknya,lalu menyelimuti sang kakak,"Maafkan aku,Riou-nii."

Suatu ketika,Saburo mendatanginya bersama kedua temannya. Anak itu menyodorkan sebuah surat,"Datang ya! Aku tampil disana,Riou-ni! Oh ya, kenalkan,ini Jiro Iruma,"Jiro tersenyum kecil lalu mengangguk,"Dan ini Ichiro Aohitsugi."Ichiro hanya mengangguk, Riou menatap surat ditangannya, tatapannya berubah sejenak,"Aku tidak bisa datang,"kata sang kakak, yang tentu saja langsung mematahkan semangat sang adik,"Aku tidak mau dengar!!"Saburo menutup kedua telinganya,membuat Riou menaikkan sebelah alisnya,"Terserah kau,tapi setidaknya aku sudah bilang terlebih dahulu."Saburo terus menutup telinganya selama ia berjalan keluar dari ruang kerja Riou. Ia menutup pintu itu perlahan dan tatapannya berubah menjadi tatapan sendu,ia menunduk dihadapan kedua sahabatnya,"Kakakku... bahkan tidak senang saat aku memberitahunya kalau aku akan tampil di acara kelulusan."katanya sedih,membuat Ichiro dan Jiro hanya bisa menepuk pundaknya dan menguatkannya.

Riou akan datang,sebenarnya. Ia bahkan sengaja membatalkan semua jadwalnya hari itu hanya demi menonton penampilan sang adik di hari kelulusannya. Namun ia duduk di sudut yang lumayan bagus untuk egonya,disudut yang cukup gelap hingga tak banyak yang bisa melihatnya sementara ia bisa melihat sang adik dengan leluasa. Saburo yang berdiri di panggung itu menatap deretan para pengunjung,manik heteronya menyendu ketika ia tak mendapati sang kakak diantara para penonton itu. Namun ia bertekad akan menyelesaikan semuanya hari ini,jika kakaknya tidak kunjung terlihat di matanya,sepulang sekolah nanti,ia akan langsung pergi dari rumah itu.

Benar saja,sampai akhir penampilannya,ia tak melihat sang kakak sedikitpun. Walau sang kakak menonton semuanya,sang adik tak tahu kalau ada kakaknya diantara para penonton itu. Saburo berjalan pulang dengan cepat,ia menatap Riou yang memakai pakaian rapi seolah baru pulang dari suatu tempat dengan tatapan emosi,"KAKAK SIALAN!"air mata Saburo jatuh,ia menatap sang kakak,membiarkan air matanya mengalir begitu saja. Tatapan Riou tetap sama,ia menatap sang adik dengan tatapan dingin sekalipun sang adik sudah mencengkram kerah jasnya,"TIDAK BISAKAH KAU MENINGGALKAN PEKERJAANMU SEBENTAR SAJA?! KAU BAHKAN TIDAK DATANG DI ACARA KELULUSANKU."amukan Saburo dibalas dengan geraman oleh Riou,ia tahu ia tidak boleh marah pada sang adik,"AKU TIDAK PEDULI! URUSI SAJA PEKERJAANMU DAN AKU AKAN PERGI!"Saburo kembali meraih tasnya,ia berjalan pergi dari ruang tamu itu dan membanting pintu depan. Meninggalkan sang kakak yang tetap memasang wajah datar.

Tepat setelah kepergian Saburo,Riou menghela napasnya lelah. Kali ini,ia tahu ia sudah keterlaluan pada Saburo. Caranya salah,harusnya ia tidak memperlakukan sang adik seperti itu.

Sementara itu,Saburo yang sudah pergi dari kediaman sang kakak, sednag berjalan sembari sesekali menendangi bebatuan di trotoar. Namun,ketika ia tengah berfokus dengan jalanan yang ia lalui, sebuah tangan besar menariknya kesebuah gang sempit dan menghantamkannya ke sebuah tembok. Ia menatap beberapa orang yang mengepungnya,"Waktunya balas dendam,"kata pria terbesar yang ada.

Saburo terdiam,'Balas dendam?'

"Mumpung kakaknya tidak ada! Tch, aku masih mengingat bagaimana kerasnya tinjuan si sulung sialan itu!"kata pria itu lagi,"Padahal saat itu aku ingin melecehkan si bungsu imut ini,"ia membelai pipi Saburo dengan kasar,membuat Saburo terdiam tak berdaya,

Dia butuh Riou,sekarang juga.

Ia baru tahu,dibalik sifat dingin nan cuek sang kakak,ternyata sang kakak selalu memperhatikannya dari jauh, menjaganya dengan baik walaupun harus bertarung gila-gilaan dengan orang asing.

Riou menatap segerombolan orang yang tengah melakukan sesuatu di gang itu. Tiba-tiba,ia mendengar teriakan kesakitan sang adik,membuat dirinya sadar ia tak lagi bisa berpura-pura abai pada sang adik. Ia menuruti langkah kakinya, juga seluruh perintah otaknya,"SIALAN!!! ADIKKU!!"ia menghajar para pria itu tanpa ampun, didepan mata Saburo yang sudah lemas tak berdaya dengan tubuh yang nyaris telanjang bulat. Saburo mendongak,ia menatap sang kakak yang tengah dikuasai emosi, membuat dirinya menangis tanpa sadar.

Namun,saking banyaknya preman yang dihadapi Riou seorang diri,ia akhirnya tak sanggup lagi melawan. Tubuhnya sudah babak belur,namun ia tetap berusaha melindungi sang adik sebisa yang ia bisa lakukan. Ia hampir saja tewas kalau Jyuto tidak datang tepat waktu dan segera meringkus para preman menyusahkan itu. Ia dan Saburo segera dibawa ke rumah sakit,ia butuh penanganan lebih lanjut tentang lukanya.

Saat ia sadar di rumah sakit,ia menatap sang adik yang tengah menangis sembari menggenggam tangannya,meminta maaf. Dengan ragu,ia mengelus surai jelaga sang adik,"Maafkan aku,"ia berkata,"Karena aku selalu memperlakukanmu dengan buruk, juga karena aku tidak bisa menjagamu dengan baik."ia menarik Saburo ke pelukannya dan membiarkan adik kesayangannya menangis di pelukannya,ia berjanji ia takkan membiarkan sang adik terluka lagi.

End

[A/N]
Plot by me
Story by me
Ending by me

Jan lupa voment

Regards
歩か 秋冬
Ark Akifuyu

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro